• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hampir setiap saat kita selalu mendengar berita mengenai bayi meninggal dibunuh karena kelahirannya tidak diinginkan oleh orangtuanya, bahkan banyak janin yang sudah digugurkan sebelum terlahir ke dunia. Hal ini terjadi karena setiap tahunnya di dunia berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka. Walaupun abortus provocatus atau biasa dikenal dengan aborsi secara umum adalah illegal (Mochtar, 2011).

Kejadian abortus juga dapat terjadi secara alami atau tidak dipengaruhi oleh perlakuan untuk menghentikan kehamilan ibu, yang lebih sering disebut keguguran. Menurut data WHO tahun 2015, 25% kasus abortus terjadi pada seluruh kehamilan. Di Indonesia persentase keguguran terjadi sebesar 4% pad`a kelompok perempuan pernah menikah usia 10-59 tahun, dan besarnya kemungkinan kasus keguguran pada wanita usia subur adalah 10% - 25%

(Kemenkes, 2010). Di setiap tahun diperkirakan terdapat 25 juta kasus abortus yang tidak aman terjadi di seluruh dunia, dan sangat banyak terjadi di negara berkembang. Lebih dari 50% kasus abortus yang tidak aman terjadi di Benua Asia. Setiap tahunnya berkisar antara 4.7%-13.2% dari kematian ibu disebabkan oleh abortus yang tidak aman (WHO, 2015). Frekuensi abortus tidak dapat diketahui secara pasti karena kebanyakan pasien datang ke rumah sakit apabila terjadi komplikasi (Mochtar, 2011).

Persentase Abortus yang terjadi diperkirakan sebanyak 15-20% pada seluruh kehamilan dengan 80% diantaranya terjadi pada trimester pertama (< 13minggu) dan sangat jarang terjadi pada trimester kedua (Husin, 2013). Di Indonesia kejadian abortus disebabkan oleh faktor janin, faktor maternal dan faktor eksternal (Kemenkes, 2010). Faktor ibu seperti usia, gaya hidup, punya riwayat keguguran sebelumnya, serta penyakit kronis yang dialami ibu seperti hipertensi dan diabetes

2

yang tidak terkontrol merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian abortus pada ibu hamil (Cunningham dkk., 2010).

Dampak buruk yang dapat diakibatkan dari abortus pada kehamilan diantaranya adalah perdarahan dan infeksi yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dengan persentase sekitar 15%. Data tersebut sering tersembunyi karena kematian ibu akibat sepsis. (Husin, 2013). Kejadian abortus memiliki efek pada kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan.Risiko yang lebih tinggi antara lain seperti persalinan prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan abortus berulang akan terjadi pada ibu hamil yang memiliki riwayat abortus sebelumnya. (Cunningham dkk., 2010).

Abortus provocatus atau abortus yang diinduksi, ada yang boleh dilakukan dengan syarat mengikuti hukum yang berlaku dan dengan indikasi medis yang tepat disebut abortus provocatus medicinalis, dan yang dilakukan secara illegal dan melawan hukum dan indikasi medis disebut abortus provocatus criminalis.

Abortus yang illegal seringnya terjadi karena ingin mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendakinya dengan berbagai alasan seperti faktor usia ataupun pasangan yang tidak mau bertanggung jawab. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat terjadi karena dorongan seksual yang tinggi yang bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal (Niskala, 2011).

Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab dapat mengakibatkan remaja berisiko dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan reproduksi. Dorongan seksual yang menyebabkan terjadinya kegiatan seksual di kalangan remaja terdiri dari faktor internal karena pengaruh hormonal seiring tumbuh dan berkembangnya remaja dan faktor eksternal seperti kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, pergaulan yang terlalu bebas, dan mendapat stimulus yang memicu remaja untuk melakukan kegiatan seksual (Mochtar, 2011).

Akses internet dan media informasi memiliki pengaruh yang cukup signifikan khususnya media pornografi yang akan merangsang perilaku seksual pranikah yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak di inginkan (Hanafiah, 2014).

Banyak remaja yang menganggap bahwa mereka tidak akan hamil jika hanya pertama kali berhubungan seksual dan tidak klimaks (Arisandi, 2012).

Berdasarkan penelitian WHO di Indonesia diperkirakan ada sekitar 20-60%

kasus aborsi yang disengaja (induced abortion) yang terjadi sejak tahun 2010 dari jumlah kejadian sekitar 2 juta kasus. Hasil riset BKKBN tahun 2010 mengungkapkan banyak remaja di kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Medan pernah melakukan seks sebelum menikah dan hamil diluar nikah. Bahkan di Jabodetabek setengah remaja perempuan lajang pernah melakukan hubungan seks pra-nikah. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan akan kesehatan reproduksi yang rendah yang didukung oleh Hasil SDKI 2012 KRR yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai. Hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan hanya satu kali berhubungan seksual.

Hasil penelitian di beberapa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan lembaga kesehatan lain mengungkapkan 21% remaja atau satu di antara lima remaja di Indonesia pernah melakukan abortus. Hal ini menjadikan fenomena abortus di Indonesia harus diperhatikan dengan serius (Uddin, 2010).

Menurut survei pada tahun 2010 dari Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional menyatakan bahwa 52% remaja di Kota Medan pernah melakukan seks bebas. Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) menyatakan bahwa 2000 remaja di Medan terlibat prostitusi dengan praktik yang terselubung di luar sekolah.

Salah satu kontribusi terbesar penyebab kematian ibu dan bayi di Indonesia adalah tingginya angka kejadian abortus yang terjadi. Kejadian abortus memiliki komplikasi dan dapat menyebabkan kematian. Selain dari segi medis, aspek psikologi dan aspek sosioekonomi yang negatif akan ditimbulkan. Oleh karena itu peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menurunkan Angka kematian ibu dan bayi akibat abortus salah satunya adalah menekan kejadian abortus dengan salah satunya penyediaan layanan ante natal care (ANC) untuk mencegah kejadian abortus bagi ibu hamil, meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi untuk menurunkan angka kehamilan dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan

4

bahaya abortus untuk meningkatkan pengetahuan remaja dan masyarakat umum sehingga mengecilkan risiko kejadian abortus (Mochtar, 2011).

Dokumen terkait