• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen penelitian yang digunakan unuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah tes berbentuk uraian. Soal uraian yang digunakan disusun dengan mengacu pada konsep kemampuan berpikir kreatif matematis yang memiliki indikator berpikir lancar, luwes, orisinil, dan terperinci. Sebelum membuat instrumen terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang disesuaikan dengan indikator berpikir kreatif matematis maupun kompetensi dasar materi ajar yang dalam hal ini materi Himpunan, kemudian menentukan pedoman penskoran untuk menilai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Kompetensi dasar materi Himpunan berasal dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kompetensi dasar Himpunan yang dimaksud adalah sebagai berikut:4

Tabel 3.3

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Himpunan Standar

Kompetensi No Kompetensi Dasar

Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah

1 Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya

2 Memahami konsep himpunan bagian

3 Melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan komplemen pada himpunan

4 Menyajikan himpunan dengan diagram Venn

5 Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah

4

Yaddi Moelyadi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VII, diakses dari http://yaddimoelyadi.blogspot.com/2012/10/standar-kompetensi-dan-kompetensi-dasar.html, pada 7 April 2014.

Adapun penskoran tes KBKM mengacu pada rubrik dari Bosch, rubrik ini diambil dari buku pedoman penilaian keberbakatan pada The Kansas State Department of Education yang berjudul Effective Practices for Gifted Education in Kansas. Pedoman penskoran dari Bosch adalah sebagai berikut:5

Tabel 3.4

Rubric for Creative Thinking Skills Evaluation Aspek yang

diukur Skor Respon Siswa terhadap Soal atau Masalah

Fluency

1 Lists a limited number of ideas and responses 2 Lists a sufficient number of ideas or responses 3 Lists many ideas or responses

Flexibility

1 Perceives or approaches the problem in a different way with assistance

2 Perceives or approaches the problem in a different way

3 Perceives or approaches the problem in a number of different ways

Originality

1 Generates few clever, unique or unusual ideas

2 Generates several clever, unique or unusual ideas 3 Generates many clever, unique or unusual ideas

Elaboration

1 Adds details, expands or embellishes ideas with assistance 2 Expands, develops and embellishes ideas by adding details

3 Expands, develops and embellishes ideas by adding details and making changes

Pedoman penskoran yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi yang mengacu pada kompetensi dasar materi Himpunan pada tabel 3.3 dan penskoran pada tabel 3.4 yang dapat dilihat pada lampiran 7.

5

Nancy Bosch, Rubric for Creative Thinking Skills Evaluation, diakses dari http://www.adifferentplace.org/creativethinking.htm, pada15 Oktober 2013.

Untuk mengetahui instrumen yang akan digunakan dalam penelitian sudah memenuhi persyaratan kelayakan sebagai pengumpul data, maka sebelum instrumen tersebut digunakan, harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Selain uji validitas dan reliabilitas, instrumen juga perlu diuji tingkat kesukaran dan daya pembeda soalnya. Setelah instrumen tersebut memenuhi persyaratan instrumen yang baik dan layak untuk digunakan maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diinginkan.

Sebelum melakukan uji validitas secara empiris, peneliti meminta dosen pembimbing untuk melakukan pengujian validitas secara logis. Pengujian secara logis dilakukan dengan meninjau instrumen secara nalar atau logis apakah memenuhi indikator yang terdapat pada kisi-kisi soal atau tidak.6 Berdasarkan rekomendasi dari dosen pembimbing, maka dilakukan beberapa perbaikan pada instrumen tes baik dari segi redaksi kalimat maupun isi dari instrumen itu agar semakin sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat.

Instrumen yang telah disetujui oleh dosen pembimbing itu, diuji coba ke beberapa siswa di sekolah tempat penelitian akan berlangsung sebagai proses validitas muka (face validity). Validitas ini didasarkan pada penilaian tampilan tes, proses ini dianggap sukses apabila hasil uji coba memberikan kesan bahwa instrumen ini mengungkapkan apa yang hendak diukur.7 Uji coba dilakukan dalam bentuk wawancara (hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 8). Dari hasil wawancara itu dilakukan lagi perbaikan redaksi kalimat sebab terdapat beberapa kalimat yang kurang dipahami siswa. Setelah melakukan perbaikan barulah diuji coba dalam skala yang lebih besar, yaitu pada salah satu kelas di tempat penelitian akan berlangsung, dan hasilnya diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen dengan ketentuan berikut:

6

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2012), Edisi 2, Cet.1, h. 81.

7

Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 213.

1. Validitas

Validitas adalah salah satu ciri yang menandai instrumen baik. Validitas yang digunakan adalah validitas isi, yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh setiap butir dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir tersebut. Pengujian validitas butir menggunakan rumus Product Moment dari Pearson sebagai berikut:8

  

   

   

  

    ] ][ [n x2 x 2 n y2 y 2 y x xy n r Keterangan:

r = koefisien korelasi anatara variabel x dan y x = skor per butir yang diuji

y = jumlah nilai setiap siswa ∑ = jumlah hasil kali x dengan y

= kuadrat dari x = kuadrat dari y

n = banyaknya subjek skor X dan skor Y

Validitas suatu instrumen tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien (r). Penafsirannya dengan membandingkan harga r dan . Harga dapat diperoleh dengan terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya menggunakan rumus df = n – 2 , derajat kebebasan dikonsultasikan kepada tabel “r” pada taraf signifikansi α = 0,05. Dengan ketentuan:

Jika , maka soal tersebut valid Jika , maka soal tersebut tidak valid.

Setelah diuji validitas berdasarkan kriteria di atas, didapatkan hasil bahwa semua butir soal pada instrumen valid dengan r = 0,456 dan df = 19 serta α =

0,05. Untuk lebih rinci mengenai validitas butir soal instrumen dapat dilihat pada lampiran 10.

8

V. Wiratna Sujarweni & Poly Endrayanto, Statistika untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. Ke-1, h.177.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi ketepatan instrumen dalam mengukur variabel yang diinginkan.9 Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan rumus Alpha, yaitu: 10

Keterangan:

11

r = koefisien reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal yang valid ∑ = jumlah varians butir

= varians total

Koefisien realibilitas instrumen umumnya bernilai antara -1 sampai dengan 1, semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas instrumen maka semakin reliabel instrumen itu.11 Setelah dilakukan uji reliabilitas, berdasarkan kriteria di atas, didapatkan hasil bahwa instrumen yang diujikan memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,94 yang artinya instrumen ini sangat reliabel untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis. Untuk lebih rinci mengenai reliabilitas instrumen dapat dilihat pada lampiran 11.

3. Taraf Kesukaran

Dilakukannya uji taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal-soal pada penelitian ini adalah soal-soal yang mudah, sedang, dan sukar. Uji taraf kesukaran soal ditentukan dengan menghitung indeks besarnya, untuk itu digunakan rumus: 12

9

Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Edisi 1, Cet. 7, h. 43.

10

Suharsimi Arikunto, op cit, h. 122.

11

Sukardi, loc cit.

12

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B: jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar JS: jumlah seluruh peserta tes

Indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Klasifikasi indeks kesukaran yang sering digunakan adalah:

P = 0,00 sampai 0,30 : soal sukar P = 0,31 sampai 0,70 : soal sedang P = 0,71 sampai 1,00 : soal mudah

Soal yang dianggap baik adalah soal yang memiliki taraf kesukaran antara 0,31 sampai 0,7. Setelah dilakukan uji taraf kesukaran, berdasarkan kriteria di atas, didapatkan hasil bahwa 6 dari 7 butir soal yang diuji coba berada pada taraf

kesukaran “sedang”, sisanya berada pada taraf “sukar”. Untuk lebih rinci mengenai tingkat kesukaran instrumen dapat dilihat pada lampiran 12.

4. Daya Pembeda

Pengujian daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah: 13

Keterangan:

D : Daya Beda

J : Jumlah peserta tes

JA : Jumlah peserta kelompok atas JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

13

BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:

D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D = 0,21 – 0,40 : cukup (satisfactory) D = 0,41 – 0,70 : baik (good)

D = 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)

Untuk butir soal yang ideal, daya bedanya berkisar antara 0,21 hingga 0,7. Setelah dilakukan uji daya pembeda soal, berdasarkan kriteria di atas, didapatkan hasil bahwa 4 dari 7 butir soal yang diuji coba, memiliki daya pembeda antara

siswa kelas atas dan kelas bawah yang berada pada kategori “cukup”, sisanya

berada pada kategori “baik”. Untuk lebih rinci mengenai daya pembeda instrumen dapat dilihat pada lampiran 13.

Dokumen terkait