• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu kerangka konseptual yang menggambarkan langkah-langkah yang tertata rapih dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.34 Melihat fungsinya ini, sudah menjadi keharusan bagi setiap guru yang hendak mengajar di dalam kelas untuk mempersiapkan model pembelajaran apa yang akan digunakan sehingga jalannya pembelajaran menjadi terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Dalam praktiknya terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, salah satunya adalah model Pembelajaran Kooperatif. Artzt dan Newman menyatakan bahwa di dalam model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja secara bersama sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu menyelesaikan tugas-tugas kelompoknya.35 Prinsipnya, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya bukan hanya satu atau dua orang siswa saja. Kagan menyatakan prinsip yang mendasari model pembelajaran

kooperatif yang dikenal dengan akronim “PIES”, yaitu Positive Interdependence,

33

Ibid.

34

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.IV, h. 22.

35

Individual Accountability, Equal Participation, Simultaneous Interaction, berikut penjabarannya:36

a. Positive Interdependence (Saling Ketergantungan Positif) adalah proses penciptaan sikap saling ketergantungan antar siswa yang bersifat positif dalam arti bahwa siswa tidak akan merasa sukses kecuali semua siswa dalam kelompoknya sukses.

b. Individual Accountability (Tanggung Jawab Individu) meningkatkan motivasi untuk mempunyai andil dalam mencapai kesusksesan kelompoknya.

c. Equal Participation (Kesetaraan Partisipasi) memungkinkan siswa yang tadinya tidak biasa berpartisipasi dalam kelompok untuk terlibat dan berpartisipasi aktif apabila semua merasa posisi mereka sama.

d. Simultaneous Interaction (Interaksi Bersama), banyaknya partisipasi siswa dan efisiensi guru dalam mengajar akan meningkat drastis apabila guru menggunakan struktur interaksi siswa bersama-sama daripada memberi contoh secara langsung.

Salah satu bentuk dari model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif Informal. Model pembelajaran kooperatif informal menempatkan siswa belajar bersama dalam kelompoknya dalam waktu yang sifatnya sementara, yang berlangsung untuk satu diskusi hingga satu kali pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama.37 Pembelajaran seperti ini berfungsi untuk memfokuskan perhatian siswa pada materi yang diajarkan, menciptakan suasana hati yang baik untuk belajar, dan memastikan siswa memproses materi yang diajarkan kepada mereka secara kognitif. Ditambahkan lagi bahwa proses yang terjadi di dalam pembelajaran kooperatif informal ini adalah pengajaran oleh guru lalu diikuti oleh diskusi siswa, dan begitu berulang terus hingga jam pelajaran usai.

36

Spencer Kagan & Miguel Kagan, op. cit., p. 4.2.

37

Roger T. Johnson, David W. Johnson & Karl A. Smith, Cooperative Learning, diunduh dari http://www.ce.umn.edu/~smith/docs/CL%20College-604.doc, pada 21 April 2014, p. 8.

Perbedaan antara pembelajaran kooperatif formal dan informal adalah terletak pada lamanya posisi siswa sebagai tim.38 Jika pada pembelajaran kooperatif formal siswa bekerja sebagai tim dalam waktu yang cukup lama (bisa sampai beberapa minggu) untuk menyelesaikan suatu proyek atau penugasan tertentu, maka pada pembelajaran kooperatif informal dapat diterapkan pada sebagian dari suatu pertemuan kegiatan belajar mengajar dimana siswa menjadikan rekan satu kelompoknya sebagai partner untuk memperdalam pemahaman materi yang mereka dapat.

Salah satu variasi dari pembelajaran kooperatif informal yang umum dikenal adalah Think-Pair-Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif informal tipe Think-Pair-Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk di Universitas Maryland. Secara sederhana dapat dijelaskan langkah-langkah pembelajaran TPS adalah:39

1. Siswa dipersiapkan dalam kelompok berpasang-pasangan; 2. Guru menyampaikan materi;

3. Guru memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah disampaikan; 4. Siswa masing-masing memikirkan (think) jawaban;

5. Siswa saling berbagi hasil pemikirannya pada pasangannya (Pair); 6. Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas (Share). Pembelajaran melalui TPS ini sangat bermanfaat untuk memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir (think) dan saling membantu satu sama lain.40 Namun manfaat ini menjadi sedikit berkurang apabila siswa hanya berpikir saja tanpa mencatat apa yang terpikirkan olehnya, dengan asumsi bahwa kemungkinan lupa akan muncul, maka hal ini tentu menjadi kelemahan. Ketika memasuki fase berdiskusi (pair), maka gagasan yang tadinya terpikirkan oleh siswa, bisa saja

38

Wendy Jolliffe, Cooperative Learning in the Classroom: Putting It into Practice, (London: Paul Chapman Publishing, 2007), p. 43.

39

Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Terj. dari Cooperative Learning: theory, research, and practice oleh Nurulita Yusron, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008), Cet. I, h. 257.

40

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), Cet. I, h. 191.

hilang, akibatnya mereka akan menghabiskan waktu untuk memikirkan ulang ide tadi sehingga diskusi tidak berjalan lancar.

Salah satu solusi yang diajukan oleh Johnson, Johnson, dan Smith dari University of Minnesota yaitu menciptakan variasi baru dari model pembelajaran kooperatif informal yang mereka namakan Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). Secara prinsip FSLC sama dengan TPS, dari proses pembelajaran ini diharapkan siswa memahami dengan baik materi yang akan atau telah disampaikan guru dan mampu memberikan ide atau gagasan mereka terhadap masalah yang diajukan guru kepadanya melalui tahapan berikut:41

a. Formulate yaitu siswa mencari ide untuk menjawab permasalahn yang diberikan guru lalu menuliskannya.

b. Share dan Listen yaitu saling mendengarkan ide yang teman berikan dalam kelompoknya

c. Create yaitu membentuk jawaban atas permasalahan yang diberikan guru berdasarkan hasil penyatuan ide-ide terbaik saat berdiskusi dalam kelompok.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe FSLC didalam kelas dijelaskan oleh Johnson, Johnson, dan Smith sebagai berikut:42

1. Persiapkan beberapa pertanyaan yang akan membantu siswa memahami dengan baik materi yang akan diajarkan. Lalu setelah di dalam kelas, bentuk lah siswa menjadi kelompok kecil (berpasang-pasangan atau kelompok bertiga). Jelaskan apa yang akan siswa lakukan selama proses pembelajaran, dan pentingnya bekerja sama untuk menemukan jawaban dari setiap masalah yang diberikan;

2. Sajikan materi pelajaran namun jangan terlalu lama agar konsentrasi siswa tidak terpecah, cukup sampaikan materi pengantar sebagai pengetahuan awal siswa;

41

Roger T. Johnson, David W. Johnson & Karl A. Smith, op. cit., p. 11.

42

3. Lalu beri siswa pertanyaan sebagai masalah yang terkait dengan materi pelajaran. Siswa diminta menyelesaikan masalah itu melalui tahap Formulate-Share-Listen-Create;

4. Setelah waktu diskusi dianggap cukup, guru memilih beberapa siswa untuk mempresesntasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas;

5. Ulangi tahap 1 sampai 4 hingga materi selesai;

6. Minta siswa lakukan diskusi penutup sebagai konfirmasi atas apa yang telah mereka pahami dari pembelajaran saat itu;

Masalah yang dapat digunakan untuk melaksanakan FSLC bentuknya sangat bervariasi, mulai dari meminta mereka merangkum materi yang baru disajikan, memberi reaksi terhadap konsep atau informasi yang baru saja disajikan, memprediksi apa yang akan dipelajari selanjutnya, menyelesaikan persoalan, mengaitkan masalah dengan materi yang lalu kemudian membuat pemahaman yang baru, dan lain-lain.43 Intinya adalah model pembelajaran ini sangat fleksibel, apapun jenis atau bentuk masalah dapat digunakan, tentunya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

Karena tidak ada pembatasan secara khusus dalam model pembelajaran kooperatif informal tipe FSLC berapa kali siswa harus berada pada mode diskusi, maka dalam penelitian ini akan dibatasi mode diskusi sebanyak dua kali (double FSLC). Hal ini dikarenakan penyesuaian dengan banyaknya materi yang akan diajarkan dan juga ketersediaan waktu penelitian. Bagan 2.1 menggambarkan langkah penerapan FSLC dalam penelitian.

Ditinjau dari karakteristik model pembelajaran kooperatif informal FSLC ini, terlihat beberapa keunggulan seperti yang diungkapkan oleh Johnson, Johnson, dan Smith bahwa model pembelajaran seperti ini menuntun siswa terlibat aktif dalam memahami apa yang mereka pelajari. Hal ini juga memberikan waktu yang cukup bagi guru untuk untuk lebih banyak memperhatikan apa yang didiskusikan

43

siswa. Dengan memperhatikan diskusi siswa, guru akan mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari.44

Bagan 2.1

Langkah Penerapan FSLC

Susan Ledlow, seorang peneliti dari Arizona State University, mengatakan bahwa model pembelajaran FSLC ini sangat baik bila menggunakan masalah-masalah yang sifatnya memiliki beragam cara penyelesaian.45 Hal ini menjadi kelebihan lain yang ditunjukan pada model pembelajaran FSLC yaitu fleksibilitasnya, dalam arti semua materi pelajaran bisa menggunakan model ini dan berbagai jenis persoalan pun dapat digunakan sebagai bahan diskusi termasuk masalah terbuka.

Dokumen terkait