BAB III METODOLOGI
H. Instrumen pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama (Siregar, 2014: 46). Maka, dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:
1. Soal Tes
Instrumen tes yang digunakan yakni dalam bentuk tes uraian. Tes dilakukan oleh peneliti untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika berdasarkan :
1. Materi : Faktorisasi suku aljabar
Standar kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus
Kompetensi dasar : 1.1 Melakukan operasi aljabar
1.2 Menguraikan bentuk aljabar kedalam faktor-faktornya
2. Aspek pengukuran kemampuan komunikasi matematika meliputi: Aspek I : “Kemampuan memberikan alasan rasional
terhadap suatu pernyataan”.
Aspek II : “Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika”.
Aspek III : “Kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika kedalam bentuk representasi yang relevan”.
Berikut ini adalah kisi-kisi tes yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur kemampuan komunikasi siswa:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
2. Non tes
Dalam pengambilan data dengan cara non tes digunakan: a. Kuesioner (Angket) Materi Aspek komunikasi matematika yang diukur Indikator Nomor soal Faktorisasi Suku Aljbar
Aspek 1 Siswa mampu, menyederhanakan bentuk aljabar serta memberikan
penjelasan tentang sifat apa saja yang digunakan dalam menyelesaikannya
1a,1b,1c
Aspek 3 Siswa terampil menggambarkan ilustrasi soal cerita
2a, 3a, 4a
Aspek 2 Siswa dapat
menuliskan soal cerita dalam bentuk matematika dan menyelesaikannya dengan benar 2b, 3b, 4b
Angket sebagai suatu teknik pengumpulan data yang merupakan sebuah bentuk teknik komunikasi tidak langsung. Pengisian angket diisi sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan sebenarnya yang dialami subjek penelitian. Angket pengukuran sikap siswa terhadap matematika berisikan 30 butir pernyataan.
Peneliti memilih menyusun kuesioner menggunakan skala likert dalam bentuk checklist untuk memudahkan peneliti saat mengolah data. Data yang didapat dari kuesioner berupa data interval atau rasio. Hal ini berdasarkan pendapat Sugiyono (2014:134), yang menyatakan bahwa skala likert merupakan salah satu dari empat jenis skala sikap yang dapat digunakan dalam pengukuran yakni berupa data interval atau rasio.
Tiap pernyataan pada kuesioner ini memiliki lima tingkat jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk tiap-tiap pertanyaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penskoran Setiap Pernyataan (Skala Likert)
Pilihan Sikap
+ -
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari skala sikap yang dikembangkan oleh Yunika Primasiwi dengan penambahan dan pengubahan tertentu sesuai dengan apa yang diteliti oleh peneliti. Skala yang digunakan berisikan tentang pandangan siswa terhadap matematika baik penolakan, penerimaan, peranan dan fungsi matematika serta pemahaman tentang matematika berdasarkan komponen sikap.
Dibawah ini akan disajikan indikator pengukuran sikap siswa terhadap matematika yang akan disajikan dalam bentu tabel, yakni:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket
Komponen
Sikap Indikator Angket Favorable
Non favorable Jumlah butir tiap komponen sikap Kognisi (berhubungan dengan kepercayaan, keyakinan,dan persepsi subyek sikap terhadap obyek sikap) Keyakinan atau kepercayaan siswa tentang matematika 3,9,17 6,29 10 Persepsi Siswa Terhadap Matematika 23,16 4,11,25 Afektif (berhubungan Perasaan atau emosi yang 1,8,21,19 5,12,14,15,2 6,27 10
dengan perasaan yang menyangkut hubungan emosional seseorang terhadap obyek sikap, rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap)
dimiliki oleh siswa terhadap matematika Konasi /perilaku (berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak dan berprilaku berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya) Kecenderungan tindakan atau perilaku siswa terhadap matematika 2,18,20 28,30 10 Komitmen yang dimiliki siswa berkaitan dengan matematika 7,22,24 10,13
JUMLAH BUTIR KUESIONER 30
b. Wawancara
Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu peneliti bebas mengemukakan pertanyaan yang mendukung untuk penelitian sesuai dengan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan setelah pengambilan data angket dan tes, hal tersebut dilakukan untuk memperkuat data.
Beberapa komponen wawancara yang berkaitan dengan permasalahan peneliti antara lain:
Untuk siswa:
a) Mengetahui kemampuan komunikasi matematika 2 anak dengan kategori kemampuan komunikasi matematika tinggi dan 2 anak dalam kategori rendah secara lisan
b) Mengetahui letak kelebihan dan kekurangan keempat anak tersebut mengenai pemahaman soal
c) Mengetahui pendapat keempat anak terhadap matematika d) Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi
matematika
Untuk guru pengampu matematika:
a) Mengetahui tentang keberagaman jenis tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa
b) Mengetahui bagaimana pembelajaran matematika dikelas c) Mengetahui pendapat guru tersebut akan sikap yang ditunjukan
oleh siswa terkait pelajaran matematika
d) Mengetahui pendapat guru tentang hubungan antara sikap siswa terhadap matematika dengan kemampuan komunikasi matematika
e) Mengetahui pendapat tentang berbagai faktor lain yang mempengaruhi kedua variabel tersebut sesuai dengan keadaan kelas VIII di SMP Pangudi Luhur Wedi
I. Validitas dan Realibilitas Instrumen
Instrumen yang baik harus valid dan reliabel. Maka dari itu beberapa isntrumen yang digunakan dalam penelitian akan diuji validitas dan realibilitasnya, yakni kuesioner, dan soal tes kemampuan komunikasi matematika. Uji yang digunakan adalah validasi isi, validasi butir, dan realibilitasnya.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Dalam penelitian ini akan digunakan pengujian validasi isi dimana untuk menguji validitas butir-butir dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan pengujian analisis item (validasi butir item), yaitu mengkorelasikan skor tiap butir instrumen dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir (Sugiyono, 2018:181). Maka dari itu teknik yang digunakan dalam oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson (Arikunto, 2013:85), dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
∑ (∑ )(∑ ) √ ( ) (∑ ) √ ( ) (∑ ) Keterangan: n : Jumlah responden X : Skor item Y : Skor total
Setelah koefisien korelasi ( ) ditemukan, maka akan diuji dengan product moment tabel ( ) pada taraf signifikan 5% dan n. Jika maka dapat dikatakan bahwa alat ukur atau butir instrumen itu valid dan dapat digunakan untuk penelitian.
Dalam validitas, instrumen dituntut valid menyangkut harapan diperoleh data yang valid, sesuai dengan kenyataan. Dalam hal realibilitas tuntutan yang dinginkan tidak jauh berbeda. Jika validitas menyangkut ketepatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data dari kenyataan, artinya data itu benar, maka konsep reliabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat digunakan sesuai dengan perubahan (dapat dipercaya). Suatu instrument yang reliable dan dapat dipercaya maka akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Dalam penelitian ini, yang digunakan untuk mengetes realibilitas instrumen adalah rumus Alpha (Arikunto, 2013:122), yakn sebagai berikut:
( ) ( ∑ ∑ ) Keterangan:
n = Banyaknya soal =Realibilitas instrument ∑ =Jumlah variansi butir ∑ = Variansi total
Setelah nilai realibilitas ( ) ditemukan, maka akan diuji dengan product moment tabel ( ) pada taraf signifikan 5% dan n. Jika maka dapat dikatakan bahwa alat ukur atau butir instrumen itu reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Selain itu juga dapat dilihat dari kategori berikut ini, yakni:
: Sangat Tinggi : Tinggi : Cukup : Rendah : Sangat Rendah