BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Penyajian Data
Setelah pelaksanaan penelitian, diperoleh data-data yang akan dianalisis. Data tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Data hasil pengisian angket sikap siswa terhadap matematika
Pengambilan data untuk mengukur variabel sikap siswa terhadap matematika yakni menggunkan 30 butir pernyataan angket. Pernyataan tersebut dibagi menjadi dua buah jenis yaitu 15 pernyataan favorable dan 15 butir pernyataan unfavorable. Pelaksanaan pengisian angket dilakukan pada kamis, 04 Oktober 2018 oleh 22 siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Wedi dengan waktu 30 menit. Berikut ini merupakan data hasil pengisian angket sikap siswa terhadap matematika:
58 Tabel 4.5 Hasil pengisian angket sikap siswa terhadap matematika
DATA PENELITIAN Jumlah NO. ANGKET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 A1 2 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 75 A2 2 2 4 3 2 1 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 85 A3 2 3 3 2 2 3 4 2 3 4 2 3 3 2 2 2 4 2 3 4 4 3 2 4 2 3 2 2 2 2 81 A4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 106 A5 2 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 69 A6 2 4 3 2 4 4 3 2 3 2 3 4 4 3 4 3 2 1 3 4 3 3 3 1 2 2 2 3 3 3 85 A7 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 85 A8 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 85 A9 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 80 A10 3 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 4 2 2 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 92 A11 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 81
59 A12 2 2 4 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 3 4 3 3 3 4 1 1 2 3 2 3 4 3 3 77 A13 1 3 2 2 3 2 4 2 2 2 2 1 3 3 2 3 2 2 3 3 4 2 2 2 2 1 2 2 1 3 68 A14 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 76 A15 2 4 2 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 81 A16 3 3 2 2 1 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 1 3 2 3 1 2 78 A17 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 80 A18 1 3 3 1 2 3 3 1 2 2 1 1 4 2 3 3 2 3 1 4 4 3 1 2 1 1 2 1 2 2 64 A19 2 4 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 79 A20 3 3 2 2 1 3 2 3 3 1 2 4 4 3 2 3 1 4 2 3 2 2 3 1 2 3 3 3 2 2 74 A21 3 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 76 A22 3 4 3 3 2 2 4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 76
2. Data hasil tes kemampuan komunikasi matematika
Pengambilan data tes kemampuan komunikasi matematika dilaksanakan kamis, 04 Oktober 2018 oleh 22 siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Wedi. Soal yang digunakan dalam tes berbentuk soal uraian. Jumlah soal 4 butir dan waktu pengerjaan 90 menit. Materi yang digunakan meliputi faktorisasi aljabar. Nilai kemampuan komunikasi matematika diperoleh dengan perhitungan, yakni:
Hasil dari perhitungan dibulatkan hingga pembulatan terakhir. Berikut ini akan disajikan data hasil tes kemampuan komunikasi matematika:
Tabel 4.6Hasil tes kemampuan komunikasi matematika
NAMA
SISWA Skor Tes
Jumlah
skor nilai tes
1 2 3 4 A1 14 10 6 2 32 36 A2 0 10 15 7 32 36 A3 14 11 15 3 42 47 A4 22 7 20 19 68 76 A5 0 5 2 3 10 11 A6 14 7 9 3 33 37 A7 10 13 0 0 23 26 A8 6 5 5 5 21 23 A9 10 14 20 15 59 66 A10 16 15 8 5 44 49 A11 7 15 1 0 23 26 A12 0 10 11 0 21 23 A13 0 10 2 5 17 19 A14 0 10 5 0 15 17
A15 8 10 5 0 23 26 A16 0 0 17 10 27 30 A17 12 10 5 1 28 31 A18 0 1 6 3 10 11 A19 9 5 0 0 14 16 A20 4 3 5 1 13 14 A21 0 5 8 5 18 20 A22 2 7 4 1 14 17
3. Data hasil wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 Oktober 2018, dilakukan pada 5 narasumber, yakni guru matematika kelas VIII, dua siswa dengan hasil tes komunikasi matematika tertinggi dan dua siswa dengan hasil tes kemampuan komunikasi matematika terendah. Wawancara yang dilakukan bersifat bebas terpimpin. Wawancara dalam penelitian ini bersifat sebagai pendukung dalam pengumpulan data penelitian. Wawancara dilakukan untuk memperkuat informasi yang telah diperoleh dari angket dan hasil tes. Berikut ini adalah hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti:
a. Hasil wawancara dengan dua siswa yang mendapatkan nilai tes komunikasi matematika tertinggi (S1 dan S2)
Berikut ini adalah penyajian data wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada dua siswa yang mendapatkan nilai tes kemampuan komunikasi matematika tertinggi pada pengambilan data di kelas VIII A SMP Pangudi luhur Wedi. Hal-hal tersebut terkait tentang:
1) Mengetahui pendapatnya tentang kemampuan komunikasi matematika yang dimilikinya
S1 : Dalam pengerjaan soal siswa ini mengungkapkan bahwa lebih memilih untuk mengerjakan model matematika berbentuk uraian terlebih dahulu dibandingkan dengan soal berbentuk pilihan ganda saat ada ulangan. Dia merasa bahwa dengan mengerjakan soal dalam bentuk uraian ia lebih bisa menuliskan apa yang ia ketahui dan tidak ada pengecoh jawaban seperti pada soal pilihan ganda. Siswa mengaku tertantang setiap menemukan soal yang bervariasi. Ketika ditanyakan cara apa yang dilakukan untuk mengasah kemampuan dalam mengekspresikan matematika, jawaban yang diberikan yaitu dengan membicarakan kembali hal tersebut dan mengulangi penjelasan yang dituliskannya kepada teman-teman yang menanyakan cara penyelesaian masalah yang dilakukannya. Ketika dihadapkan oleh pilihan harus mengerjakan banyak soal atau diberikan banyak contoh pembahasan soal, siswa pertama lebih memilih untuk mengerjakan banyak soal latihan dalam mempelajari matematika. Alasan yang diberikan adalah bahwa dengan diberikannya soal latihan ia dapat mengetes sendiri ketrampilan yang dimilikinya dalam menyelesaikan soal matematika, jika susah barulah ia menanyakan pada guru matematika disekolah atau menanyakannya pada guru les.
S2 : dalam pengerjaan soal matematika siswa kedua lebih memilih untuk menyelesaikan soal berbentuk uraian. Ia menyukai bila soal tersebut diberikan tanpa ada opsi jawaban. Akan tetapi soal uraian bentuk soal cerita tidak terlalu disukainya. Ia merasa sulit untuk memahami soal matematika dalam bentuk soal cerita. Dia lebih menyukai jika soal yang diberikan langsung dengan tanpa melalui kalimat-kalimat yang menurutnya berputar-putar. Jika bentuk soal bisa langsung dituliskan dengan menggunakan simbol mengapa harus disajikan dalam bentuk pengandaian, ujarnya. Ketika dihadapkan pada suatu pilihan yakni mengerjakan banyak latihan soal matematika atau diberikan contoh soal lengkap dengan jawabannya siswa kedua menyukai latihan soal. Kebiasaan yang dilakukan saat mengerjakan matematika yakni memilih soal yang mudah terlebih dahulu. Jika mengalami kesulitan siswa kedua cenderung melompatinya terlebih dahulu ke soal selanjutnya.
Kesimpulan yang didapat peneliti dari kedua jawaban yakni kedua siswa memiliki kepercayaan tinggi dengan ketrampilanya menyelesaikan permasalahan matematika. 2) Mengetahui letak kelebihan dan kekurangan siswa tersebut
S1 : saat belajar matematika tidak menyukai kondisi ribut, sedemikian hingga susah dalam berkonsentrasi. Sedemikian hingga ia selalu merasa masih harus memahami ulang yang diajarkan oleh guru disekolah dengan bantuan guru les tiap minggunya. Untuk memahami soal matematika ia membutuhkan membaca secara berulang-ulang baru bisa mengerjakannya, sedemikian hingga ia sering menjadi yang terakhir dalam mengerjakan soal dikelas. terkadang kurang teliti dalam perhitungan.
S2 : kekurangan yang diungkapkannya dalam menyelesaikan soal matematika yakni masalah ketelitian dan ia jarang dalam mengorksi ulang jawabannya sehingga sering terjadi keteledoran dalam menghitung maupun menuliskan jawaban. Dia juga tidak menyukai jika saat pelajaran matematika teman-temannya mengobrol.
3) Mengetahui pendapat siswa terhadap matematika
S1 : siswa mengungkapkan bahwa matematika itu seperti matapelajaran IPA banyak menghapalnya. Saya suka matapelajaran yang seperti ini dari sekolah dasar. Pelajaran matematika selalu membuat saya penasaran. Siswa pertama terlihat kagum dengan matematika layaknya sesuatu yang sudah melekat pada dirinya, ia mengandaikan bahwa matematika itu seperti sebuah jam dimana ia merasa harus terus
melihat matematika dan setiap bangun tidurpun ia menemukan matematika di pandangannya.
S2 : siswa mengaku awalnya tidak terlalu menyukai matematika dulu bahkan bingung bagaimana menyelesaikan soal. Tapi karena banyak belajar lama-lama terbiasa.
4) Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematika
S1 :keadaan kelas dan waktu belajar dirumah S2: keadaan kelasnya dan banyaknya rumus
b. Hasil wawancara dengan dua siswa yang mendapatkan nilai tes kemampuan komunikasi terendah terendah
1) Mengetahui pendapatnya tentang kemampuan komunikasi matematika yang dimilikinya
Dalam wawancara yang dilakukan kedua siswa menjawab dengan kompak bahwa mereka kesulitan dalam memahami persoalan matematika. Dalam mengerjakan persoalan matematika menjadi sulit karena merasa kesulitan dalam menggunakan rumus dan teknik dalam mengerjakan persoalan matematika tanpa bimbingan seseorang yang dianggap cukup ahli dalam bidangnya. Keduanya sama-sama memilih bahwa mengerjakan soal pilihan ganda merupakan pilihan terbaik dibandingkan harus menyelesaikan soal dalam bentuk uraian. Pengungkapan secara lisan yang diungkapka mengenai soal
matematika membuat mereka bingung jika harus melakukan pengerjaan secara mandiri. Sedemikian hingga mereka lebih memilih untuk mengerjakan latihan soal bersama kelompok ataupun bertukar jawaban tugas melalui diskusi dalam forum online seperti whatsup dan sosial media lainnya dibandingkan secara mandiri.
2) Mengetahui letak kekurangan siswa tersebut mengenai pemahaman soal
S3: siswa mengataka bahwa ia kesulitan dalm menghapalkan rumus dan melakukan perhitungan yang rumit. Ia merasa kurang paham cara mengerjakan soal, namun tidak menyerah untuk menyelesaikannya.
S4:sering merasa kebingungan memahami soal dalam bentuk soal cerita dan juga bingung menentukan harus memakai rumus yang mana jika soal baru diberikan, tidak suka menghitung jadi malas untuk mengerjakan matematika meskipun pada akhirnya berusaha menyelesaikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
3) Mengetahui pendapat siswa terhadap matematika
S3 : matematika itu susah, banyak rumus, tidak suka sudah sejak sekolah dasar
S4 : kurang paham matematika, jadi tidak suka membicarakan matematika. Tidak menarik karena terlalu banyak perhitungan
4) Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematika
Siswa ketiga maupun keempat tidak memberikan pendapatnya. c. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru pengampu mata
pelajaran matematika
Di dalam wawancara guru pengampu mata pelajaran kelas delapan mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara sikap siswa terhadap matematika dan kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki siswa. Tentunya kedua hal tersebut berkaitan, jika salah satunya mengalami kemunduran maupun kemajuan maka hal tersebut akan saling mempengaruhi. Menurut penuturannya, guru tersebut menjelaskan bahwa kedua hal tersebut sangat bervariasi tergantung masing-masing siswa, namun keterkaitan kedua hal tersebut sangatlah bisa diamati melalui keterlibatannya dalam pembelajaran.
Keterampilan dalam matematika yang mungkin dimaksudkan oleh peneliti sebagai kemampuan komunikasi matematika menurut beliau sangatlah mempengaruhi sikapnya terhadap pelajaran matematika, begitupun sebaliknya. Setelah diamati, kita bisa melihat bahwa siswa yang cukup terampil dalam mengolah suatu permasalahan matematika menujukan antusias positif saat pembelajaran, misalnya mengajukan diri menyelesaikan soal matematika dipapan tulis, mengajukan
pertanyaan tentang topik matematika di dalam kelas, mengkonfirmasi jawaban ke guru, memberikan waktunya untuk mengajari teman-temannya, dan aktif berdiskusi. Tentunya hal tersebut termasuk respon sikap siswa yang positif terhadap matematika. Mereka tidak melakukan penolakan, tapi berniat untuk mengetahui.
Jika ditanyakan tentang apakah ada anak yang bersifat negatif sepertinya, siswa di SMP ini masih terbilang aman. Ada yang mengatakan tidak tapi bukan berarti trauma untuk mempelajari matematika. Mungkin yang ditemui berupa keluhan-keluhan tentang sulitnya mempelajari matematika. Akan tetapi jika ditelusuri lebih jauh bahwa sebenarnya siswa akan berubah pola pikirnya kalau sudah dijelaskan. Sedemikian hingga, jika mereka sudah melihat bagaimana soal tersebut harus dipahami maka gambaran menakutkan akan sulitnya soal akan menghilang, meski penerimaannya berbeda.
Hal yang didapatkan dari wawancara yang didapatkan ialah kepercayaan serta kesukaan dari pelajar untuk menampilkan atau mengekspresikan dirinya melalui penyelesaian soal matematika sangat bergantung pada pandangan dan tingkah laku yang ditunjukannya saat menghadapi permasalahan matematika. Terlihat jika siswa yang memiliki kepercayaan diri pada kemampuan komunikasi matematika memiliki sikap positif saat menghadapi
pelajaran matematika dengan memperhatikan guru, mengerjakan latihan matematika dengan senang hati, unjuk keterampilan matematikanya di depan kelas dan menunjukan ketertarikan dengan melakukan banyak pembicaraan matematika, atau dari ekspresi antusias saat mempelajari ataupun pembahasan matematika yang ada di sekitarnya. Sedangkan, kedua variabel akan berjalan semakin merosot ketika salah satu faktor tersebut menurun menurut penuturan yang diungkapkan oleh guru pengampu pelajaran matematika di SMP Pangudi Luhur. Selain itu, beliau juga menuturkan bahwa banyak faktor lain yang mempengaruhi, akan tetapi sikap adalah hal yang paling dasar. Faktor-faktor tersebut seperti lingkungan tempat tinggal terutama ada beberapa keluarga yang kadang seolah menganggap bahwa matematika itu sulit, orang tuannya merasa tidak bisa maka mengatakan bahwa harap memaklumi anaknya. Pandangan yang diberikan orang tua tersebut bisa menjadi pengaruh akan kepercayaan diri anak bahwa ia memang tidak pintar dalam mata pelajaran matematika. Selain itu faktor dari pembelajaran dari sekolah asal mempengaruhi kebiasaan cara belajar siswa. Bahkan dalam satu sekolah jika memiliki dua guru yang berbeda di tingkatan yang sama maka bisa mempengaruhi keterampilan yang dimiliki siswa. Sebagaimana kita mengetahui bahwa komunikasi merupakan hal umum yang kita temukan di sekitar kita, maka
dengan tidak sadar keterampilan untuk pengekspresian hal tersebut berdasarkan sikap kita yang cenderung mendukung atau tidak terhadap obyek tersebut.