• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Sosial Kebudayaan Melayu Dan  Islam

Dalam dokumen PETA DAKWAH. ÌéÖ<`i KOTA BATAM א א (Halaman 146-155)

KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN ANCAMAN

3. Integrasi Sosial Kebudayaan Melayu Dan  Islam

Integrasi Islam dalam kebudayaan Melayu di Batam telah membawa perubahan yang cepat (revolusi) dalam alam pikiran dunia Melayu. Kitab suci Al-Qur’an telah menjadi pedoman dasar revolusi Islam yang telah memajukan peradaban dunia dengan segala ajarannya dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kedatangan Islam adalah revolusi besar dalam kebudayaan Melayu. Adapun perubahan yang mendasar tersebut adalah: 1) Islam mengikis kebudayaan Melayu kuno; 2) Islam memperbaiki dan menyempurnakan kebudayaan Melayu kuno; 3) Islam menciptakan kebudayaan baru dalam kebudayaan Melayu.

Adapun kebudayaan Melayu kuno yang dikikis oleh Islam adalah kepercayaan animisme, dinamisme, paganisme, mistisisme, magis, serta kegiatan dan upacara religi yang sesat.

א

Adapun kebudayaan yang diperbaiki dan disempurnakan adalah ilmu bahasa, tulisan, kesusastraan, seni, budaya, retorika dan lain-lain.

Adapun kebudayaan baru yang diciptakan Islam antara lain: rancang bangun masjid, sistem musyawarah, pemerintahan, ilmu syariat, fiqh, sistem kepercayaan, sistem ekonomi, ilmu alam, ilmu falaq, tasawuf dan lain-lain.

Menghadapi kebudayaan kuno (animis), sikap Islam tetap membangun, yaitu menghapus jenis-jenis kebudayaan yang bertentangan dengan dasar Islam yaitu aqidah dan ibadah. Dalam Islam aqidah dan hadits adalah pedoman dasar pembangunan kebudayaan. Bagi Islam, kebudayan dalam jenis apa pun adalah penjelmaan iman dan amal saleh manusia dalam pengabdian kepada Allah yang Maha Esa.

Islam menggairahkan manusia agar berani menghadapi hakikat dan kehidupan nyata.

Bahasa Melayu yang sebelumnya tidak mempunyai aksara khusus, setelah kedatangan Islam-agama akhir zaman itu-telah mempunyai aksara tulisan sendiri yang disebut tulisan Jawi atau huruf Arab-Melayu.

א

Disebut dengan “Huruf-Jawi”, karena orang Arab menamakan gugusan kepulauan nusantara ini dengan “Kepulauan Jawa”, akhirnya huruf Arab yang telah menjadi huruf bangsa-bangsa yang mendiami kepulauan nusantara/Melayu dinamakan tulisan Jawi atau huruf Arab Melayu dan bahasa penghubung yang dipakai di rantau Batam yaitu bahasa Melayu dan buku-buku ditulis dalam bahasa Melayu.

Demikian besar peranan Islam dalam membina dan menyempurnakan Bahasa dan Sastra Melayu lewat karya tulis dalam huruf Arab, dibuktikan oleh kenyataan bahwa Melayu identik dengan Islam, Bahasa Melayu itu identik dengan Islam.

Para ulama yang sastrawan, menulis karya-karyanya dalam bahasa Melayu, baik karya ilmiah maupun karya sastra dengan tujuan menjadi alat dalam mengembangkan dakwah islamiyah di pulau ini. Disinilah kita temukan betapa besarnya peranan agama dalam pembinaan dan peningkatan martabat Kesusastraan Melayu.

Para ulama tasawuf yang kebanyakan adalah sastrawan yang telah berjasa besar dalam membina dan mengembangkan

א

Kesusastraan Melayu, sehingga Kesusastraan Melayu mencapai martabat yang tinggi dalam lingkup kesusastraan dunia. Hal ini ditegaskan dalam buku Sastra dan Agama.

“Dalam kalangan orang-orang tasawuf, sepanjang sejarah Tasawuf Islam, banyak lahir sastrawan-sastrawan besar kenamaan. Dari para sastrawan Sufi lahirlah sejumlah satra sufi yang amat indah dengan ciri khas yang melambangkan kekudusan batin, kedalaman arti, keakraban dengan Maha Pencipta, tunduk tanpa syarat kepada iradat ilahi, jauh khayal melayang, membuat lukisan dengan rumus-rumus yang pelik dan isyarat-isyarat bercabang arti. Kesusastraan suci adalah gambaran dari kepelikan dan keindahan”.

Peranan Bahasa dan Sastra Melayu dalam pengembangan dakwah islamiyah di kepulauan nusantara adalah suatu fakta yang tak dapat dibantah. Para ulama di nusantara dalam melakukan dakwah baik lisan maupun tulisan mereka mempergunakan Bahasa Melayu, sebagai bahasa linqua franca. Bahasa dan sastra Melayu sanggup menjadi media untuk dakwah islamiyah yang cepat sekali berkembang di kawasan Batam. Dalam

א

beberapa kajian mengemukakan tidak dapatnya Islam berkembang dengan baik di Burma, Indo Cina, Philipina (kecuali bagian selatan), dan Muang Thai (kecuali bagian selatan) disebabkan oleh bahasa mereka tidak dapat dijadikan sebagai media bahasa dakwah islamiyyah.

Mempelajari ilmu pengetahuan adalah kewajiban bagi umat Islam, (Q.s Alaq : 1-5), yang mewajibkan umat Islam untuk menulis karya-karya terdapat dalam (Q.s Al Qalam : 1-4) . . . Demi tinta dan pena. Demi naskah

yang mereka tulis. Sungguh dengan karunia Tuhan. Anda bukan orang gila. Sungguh untuk anda, tersedia pahala tidak terkira. Sungguh anda memiliki Budi pekerti yang tinggi. (Q.s Al Qalam : 1-4).

Ayat-ayat Surah Al-Qalam inilah yang telah mendorong ulama-ulama Melayu untuk menjadi pengarang, penulis dan sastrawan yang tulisannya itu menjadi dakwah yang abadi. Ulama pengarang/sastrawan itu tumbuh di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Malaysia, Brunei, Thailand Selatan, Philipina Selatan dan bahkan sampai ke Afrika Selatan dan Madagaskar. Namun kondisi karya itu sangat memprihatinkan

א

karena tidak terpelihara lagi, bahkan ada yang sudah tiada. Apabila naskah ini tidak ada adalah sulit untuk membuktikan bahwa bahasa dan kebudayaan Melayu mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di kawasan Batam, tidak adanya media bahasa.

Sistem nilai agama dalam masyarakat Melayu tidak hanya bersifat vertikal, hubungan manusia dengan Tuhan namun juga bersifat horizontal, hubungan manusia dengan manusia. Disamping sistem nilai agama juga terdapat sistem nilai adat. Sistem nilai ini memberikan ukuran-ukuran dan ketentuan terhadap bagaimana manusia harus berbuat dan bertingkah laku, serta serangkaian sangsi-sangsi yang cukup tegas. Sistem nilai itu terdapat pada masyarakat feodal, di kerajaan Melayu. Sistem nilai ini hubungan vertikalnya kepada Raja, dan hubungan horizontalnya kepada sesama manusia. Sistem nilai animisme, adalah sistem nilai yang hubungan vertikalnya adalah sesama alam, dan horizontalnya kepada sesama manusia, namun tidak membuat sanksi yang tegas.

Sistem nilai yang ada dalam masyarakat Melayu Batam sangat mempengaruhi prinsip

א

etos kerja. Masyarakat yang menganut sistem nilai Islam etos kerjanya lebih dinamis daripada masyarakat yang menganut sistem nilai adat. Masyarakat yang menganut sistem nilai adat lebih dinamis daripada masyarakat yang mempunyai sistem nilai animisme.

PETA

B

A DAKWAH

א

BAB IV

DATA REAL KOTA BATAM

Dalam dokumen PETA DAKWAH. ÌéÖ<`i KOTA BATAM א א (Halaman 146-155)

Dokumen terkait