• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR 468/PDT.P/2020/PN JKT SEL YANG MEMBATALKAN PUTUSAN NOMOR

USAHA TERTENTU DALAM UU NO. 5/1999

C. Integrasi Vertikal dan Ketentuan Hukumnya dalam UU Nomor 5 Tahun 1999

Dalam melaksanakan usahanya, pelaku usaha tentu akan membentuk hubungan-hubungan dengan pihak lainnya, baik dengan para kompetitornya maupun dengan para pemasok. Hubungan-hubungan ini merupakan suatu kewajaran dan memang harus dilakukan oleh pelaku usaha untuk menjalankan usahanya.146 Akan tetapi, jika suatu pelaku usaha ingin pangsa pasar yang

143 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 97.

144 Suhasril dan Muhammad Taufik Makarao, Op. Cit., hal. 110.

145 Hermansyah, Loc. Cit.

146 Andi Fahmi Lubis, dkk, Op. Cit., hal. 120.

dimilikinya menjadi lebih besar, pertumbuhan perusahaan dan perolehan laba yang semakin meningkat, tingkat efesiensi yang semakin tinggi dan juga untuk meminimalisir ketidakpastian akan pasokan bahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi dan pemasaran hasil produksi, biasanya perusahaan akan melakukan penggabungan ataupun kerja sama dengan pelaku-pelaku usaha lain yang secara vertikal berada pada level yang berbeda pada proses produksi, maka kerja sama ini disebut integrasi vertikal.147

Praktik integrasi vertikal mampu membuat penurunan terhadap efek negatif dari struktur pasar monopoli pada setiap tahap produksi dan distribusi.148 Namun demikian, praktik integrasi vertikal dapat menimbulkan kekhawatiran juga karena adanya dampak terhadap kemungkinan tertutupnya akses (foreclosure)149 bagi pesaing. Hal ini dikarenakan praktik integrasi vertikal membuat pelaku usaha dominan melakukan tindakan berupa pengkondisian pesaingnya agar tidak berdaya melalui mekanisme peningkatan biaya produksi pesaingnya tersebut.150 Oleh karena itu, harus dilakukan pendekatan secara “rule of reason” untuk menetapkan ilegal atau legalnya suatu integrasi, yang artinya harus dibuktikan terlebih dahulu apakah praktik integrasi tersebut diikuti oleh persaingan usaha tidak sehat atau tidak.151

147 Ibid.

148 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 314.

149 Forclosure merupakan bagian dari strategi meningkatkan biaya pesaing. Dengan meningkatnya biaya yang harus ditanggung perusahaan pesaing, maka perusahaan pesaing harus menaikkan harga produknya. Penutupan akses ini dapat dilakukan melalui strategi penutupan akses terhadap pasokan bahan baku penting. Perkom No. 5 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 14 UU NO. 5/1999 tentang integrasi vertikal, hal. 15.

150 Suhasril, Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit., hal. 129.

151 Ibid.

Integrasi vertikal merupakan perjanjian yang bertujuan untuk menguasai beberapa unit usaha yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan/ jasa tertentu. Integrasi vertikal dapat dilakukan dengan strategi penguasaan unit usaha produksi ke hulu dimana perusahaan memiliki unit usaha hingga ke penyediaan bahan baku maupun hilir dengan kepemilikan unit usaha sehingga ke distribusi barang dan jasa kemudian hingga ke konsumen akhir.152 Dalam hal ini perhatian harus ditujukan kepada larangan yang dibuat oleh penjual kepada pembeli, ataupun sebaliknya namun bukan perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha antara level usaha yang sama. Larangan ini ditujukan kepada para pelaku usaha pada level perdagangan yang berbeda. Sebagai contoh di Amerika Serikat perusahaan perminyakan yang sekaligus mempunyai pabrik pengolahan dan penjualan minyak eceran melalui pompa bensin milik perusahaan sering kali digugat melanggar Undang-Undang Antitrust.153

Ketentuan mengenai interasi vertikal diatur dalam Pasal 14 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.” Pada tanggal 9 April 2010, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengeluarkan Peraturan Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 14 tentang Integrasi Vertikal. Pedoman ini menjelaskan

152 Ningrum Natasya Sirait, dkk, Loc. Cit.

153 Asril Sitompul, Op. Cit., hal. 57.

prinsip-prinsip umum dan standar-standar dasar yang digunakan KPPU dalam melakukan analisis untuk menilai suatu perjanjian integrasi vertikal sebagaimana yang diatur dalam pasal 14 UU No. 5 Tahun 1999. Pedoman ini juga menjelaskan konsep dan definisi integrasi vertikal, dampak integrasi vertikal dan pengukuran dampak integrasi vertikal. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 14 ini dikenakan sanksi denda administratif yang diatur dalam Pasal 47 UU No. 5/1999 dan mengenai pedoman Pasal 47 ini diatur dalam Peraturan KPPU No.3/2009 tentang Pedoman Tindakan Administratif.

Dalam menerapkan ketentuan Pasal 14, selain harus memenuhi unsur-unsur Pasal 14 (Pelaku usaha, perjanjian, pelaku usaha lain, menguasai produksi, barang/jasa, persaingan usaha tidak sehat, dan merugikan masyarakat), juga harus dibuktikan apakah akibat atau dampak dari perjanjian integrasi vertikal telah mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau merugikan masyarakat.154 Oleh karena itu, perumusan integrasi vertikal secara rule of reason merupakan perumusan yang sangat tepat dikarenakan bahwa integrasi vertikal dapat mempunyai dampak-dampak yang pro kepada persaingan (dampak positif) dan dapat pula berdampak kepada hal yang merugikan terhadap persaingan (dampak negatif).155

154 Perkom No. 5/2010 tentang Pedoman Pasal 14 (integrasi vertikal), hal. 5.

155 Andi Fahmi Lubis dkk, Op. Cit., hal. 122.

73

Daftar Putusan KPPU Dugaan Pelanggaran Pasal 14 Tentang Integrasi Vertikal

No. Putusan Jumlah

- Terlapor III tidak terbukti melanggar Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 25, Pasal 26 UU No. 5 Tahun 1999;

- Terlapor I, II dan III tidak terbukti melanggar Pasal 14 UU No. 5 Tahun 1999;

- Terlapor III terbukti melanggar Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1999. Dikenakan denda Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) serta mengurangi kepemilikan sahamnya di PT Intra Mandiri dan atau di PT Wedu Mitra atau mengambil 43 tindakan lain sehingga tidak melanggar pasal 27;

- Menyarankan Walikota Makassar untuk mencabut SK Nomor 54/2002 atau mengambil tindakan lain, sehingga tidak terjadi pengaturan tata edar film.

- - -

2 Perkara Nomor:

01/KPPU-L/2003 tentang GARUDA

1 Terlapor - Terlapor terbukti melanggar Pasal 14 dan Pasal 15 dan Pasal 26 huruf b UU No. 5/1999;

- Terlapor tidak terbukti melanggar Pasal 17 dan Pasal 19 huruf a, b dan d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

- Memerintahkan Terlapor membatalkan perjanjian eksklusif dual access dengan Saksi I;

- Memerintahkan Terlapor untuk mencabut persyaratan Abacus connection dalam penunjukan keagenan pasasi dalam negeri;

- Menghukum Terlapor untuk membayar denda administratif sebesar Rp 1.000.000.000 (satu milyar Rupiah)

74

2 Terlapor - Terlapor I dan Terlapor II terbukti melanggar Pasal 17 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

- Terlapor I Dan Terlapor II tidak terbukti melanggar pasal 14 Undang undang Nomor 5 Tahun 1999;

- Memerintahkan Terlapor I menghentikan hak Eksklusifitas kepada Terlapor II untuk mengoperasikan dan memberikan layanan khusus di General Aviation Terminal untuk Pesawat General Aviation dan/atau penumpang setelah putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

- Memerintahkan Terlapor I untuk membuka kesempatan kepada pelaku usaha lain yang telah memiliki izin jasa terkait bandar udara dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk berusaha sebagai penyedia layanan jasa Ground Handling dan Jasa Terkait lainnya di General Aviation Terminal Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali dengan mempertimbangkan Kualifikasi Perusahaan. Jika tidak melaksanakannya akan dikenakan denda tambahan sebesar Rp.5.000.000.000 (Lima Miliar Rupiah);

- Menghukum Terlapor II, membayar denda sebesar Rp.2.000.000.000,00 (Dua Miliar Rupiah).

Keberatan