• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

B. Intellectual Capital

Klein dan Prusak menyatakan apa yang kemudian menjadi standar pendefinisian intellectual capital, yang kemudian dipopularisasikan oleh Stewart (1994) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003).Menurut Klein dan Prusak ”…we can define intellectual capital operationally as intellectual material that has been formalized, captured, and leveraged to produce a higher valued asset”.

Intellectual capital adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams 2001). Stewart (1997) dalam Purnomosidhi (2006) mendefinisikan intellectual capital sebagai intellectual material, yang meliputi pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan secara bersama-sama untuk menciptakan kekayaan (wealth). Intellectual capital merupakan suatu dimensi yang tersembunyi, namun merupakan aset yang berharga pada suatu perusahaan yang dapat dikonversikan menjadi nilai untuk membawanya ke masa depan (Stewart 2002). Sementara itu, Garcia-Meca dan Martinez (2005) menyatakan bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

intellectual capital secara luas didefinisikan sebagai pengetahuan, intellectual property atau pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Pengetahuan telah menjadi faktor produksi yang penting dan oleh karenanya aset intelektual harus dikelola oleh perusahaan (Stewart 1997 dalam Anatan dan Ellitan 2005).

Pengungkapan intellectual capital dapat dilakukan secara sukarela (voluntary disclosure) atau sesuai dengan kewajiban (mandatory disclosure). Berbeda dengan pengungkapan wajib yang dibuat sesuai dengan standar akuntansi dan diatur oleh suatu peraturan pasar modal yang berlaku, pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang dibuat sesuai dengan keinginan perusahaan. Pengungkapan sukarela berarti tidak ada tekanan bagi perusahaan dalam melaporkan intellectual capital sehingga efektifitas pengungkapannya tergantung pada keuntungan dan kerugian pembuat laporan (Suhendah 2005). Pengungkapan sukarela memiliki dampak positif yaitu berkurangnya cost of capital (Botosan 1997; Leuz dan Verrecchia 2000) dan berkurangnya asimetri informasi (Garcia-Meca et al. 2005; Vergauwen dan Alem 2005).

Lebih lanjut berkenaan dengan pengungkapan sukarela, pengungkapan intellectual capital menjadi top ten information yang dibutuhkan pemakai (Taylor and Associates 1998 dalam Williams 2001). Zahn dan Singh (2007) menyatakan bahwa sifat ketidakpastian seputar intellectual capital sangat berkontribusi bagi asimetri informasi antara issuer dan investor. Investor, oleh karena itu, membutuhkan pengetahuan sumber daya intellectual capital saat menilai IPO dan akan tertarik pada informasi yang berhubungan dengan intellectual capital.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Informasi intellectual capital berguna bagi investor sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Pike (2006) menyebutkan bahwa akan banyak keuntungan yang akan diterima perusahaan apabila perusahaan melakukan pengungkapan yang luas terhadap informasi intellectual capital. Keuntungan tersebut antara lain memberi efek manfaat terhadap reputasi internal, penilaian pasar, dan kemampuan untuk meningkatkan modal (Bontis 2003). Dengan pengungkapan informasi intellectual capital ini manajemen perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi, mempengaruhi persepsi pasar terhadap nilai pasar serta meningkatkan permintaan sekuritas perusahaan.

Pengungkapan intellectual capital adalah merujuk pada pelaporan intellectual capital atau pernyataan intellectual capital yang melaporkan aktivitas knowledge management perusahaan (Mouritsen, Bukh, Larsen, dan Johansen 2002). Pelaporan intellectual capital memerlukan sebuah metodologi yang relevan terhadap aktivitas perusahaan dan terbagi dalam lima kategori yang saling mempengaruhi, yaitu (Abidin 2000 dalam Suhendah 2005):

1. Fokus terhadap keuangan

Fokus ini memiliki kemiripan dengan informasi tradisional dari sebuah laporan perusahaan, namun berbeda dalam memandang biaya yang telah dikeluarkan. Biaya tersebut diidentifikasi sebagai aktivitas yang menguntungkan di masa mendatang seperti investasi di dalam teknologi informasi pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2. Fokus kepada konsumen

Fokus kepada konsumen dalam pelaporan intellectual capital berhubungan dengan kondisi/perilaku konsumen, tingkat kepuasan/ ketidakpuasan, umpan balik perusahaan kepada konsumen dan metode pendekatan kepada konsumen.

3. Fokus terhadap proses

Fokus terhadap proses berhubungan dengan infrastruktur perusahaan seperti tingkat teknologi yang digunakan dan keberhasilan dalam mengaplikasikan teknologi.

4. Fokus terhadap pembaharuan kembali

Fokus ini menilai kemampuan perusahaan untuk tanggap terhadap tantangan masa depan yang mencakup posisi perusahaan di dalam pasar, perubahan kondisi/perilaku konsumen, perubahan permintaan konsumen, serta umur dan nilai intellectual asset perusahaan.

5. Fokus pada manusia

Fokus ini merupakan bagian terpenting, dinamis dan sulit karena penilaian atas modal sumber daya manusia cukup kompleks.

Bukh (2003) menyatakan bahwa variasi bentuk dalam pengungkapan intellectual capital merupakan informasi yang bernilai bagi investor, yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian mengenai prospek masa depan dan memfasilitasi ketepatan penilaian terhadap perusahaan. Mengenai variasi bentuk ini, umumnya literatur menyatakan bahwa intellectual capital dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori umum (Guthrie dan Petty 2000; Davey,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Schneider, dan Davey 2009): (1) human capital; (2) structural capital (organizational capital / internal structure); (3) relational capital (customer capital / external capital).

Human capital (modal manusia) merupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan melakukan inovasi dan menyelesaikan tugas yang meliputi nilai perusahaan, kultur, dan filsafat (Bontis 2000). Human capital merupakan lifeblood dalam intellectual capital. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit diukur. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut (Sawarjuwono dan Kadir 2003).

Structural capital merupakan sarana dan prasarana yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum, meliputi kemampuan organisasi menjangkau pasar, hardware, software, database, struktur organisasi, patent, trademark, dan segala kemampuan organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan (Bontis 2000). Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003) structural capital adalah kemampuan organisasai atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan.

Relational capital merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat sekitar (Sawarjuwono dan Kadir 2003).

Dokumen terkait