• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

1. Pengujian hipotesis pengaruh positif ownership retention terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO

Hasil hipotesis 1 membuktikan bahwa ownership retention memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO.

Hal tersebut dapat terjadi karena dalam kondisi IPO lazim terjadi asimetri informasi dan nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan (sumber daya intellectual capital) tidak diketahui oleh investor potensial , hal ini menjadikan investor sulit untuk mengetahui kualitas IPO. Oleh karena itu, sinyal positif seperti ownership retention diperlukan, sinyal ini akan ditangkap oleh investor potensial bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus. Untuk menguatkan kepercayaan investor terhadap kualitas IPO, maka emiten akan memberikan tambahan pengungkapan yang berhubungan dengan topik yang memiliki kontribusi terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terjadinya asimetri informasi, yaitu berupa pengungkapan intellectual capital. Pengungkapan intellectual capital dalam prospektus akan memfasilitasi investor dalam penilaian terhadap perusahaan secara lebih akurat dan menurunkan ketidakpastian tentang prospek masa depan perusahaan. Karena melalui pengungkapan intellectual capital investor akan mengetahui potensi perusahaan dalam penciptaan nilai. Oleh karena itu, semakin tinggi ownership retention oleh pemilik lama maka perusahaan akan semakin terdorong untuk memberikan pengungkapan intellectual capital lebih banyak. Hubungan ini mengindikasikan bahwa ownership retention dan pengungkapan intellectual capital bersifat komplementer.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn (2008).

2. Pengujian hipotesis positif pengaruh reputasi underwriter terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO

Hasil pengujian hipotesis 2 membuktikan bahwa reputasi underwriter dapat berdampak positif pada pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO.

Underwriter berperan dalam mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara issuer dengan investor melalui dorongan underwriter terhadap perusahaan untuk melakukan pengungkapan intellectual capital. Dengan pengungkapan intellectual capital maka keyakinan investor tentang kualitas IPO akan meningkat dan persepsi persepsi risiko investor akan berkurang, yang pada akhirnya akan membuat investor melakukan keputusan investasi. Sementara itu, dalam penelitian ini kontrak penjaminan emisi yang dilakukan oleh underwriter terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perusahaan IPO adalah dalam bentuk penjaminan full commmitment, sehingga underwriter berkepentingan atas terjualnya seluruh saham IPO. Jadi dengan alasan kepentingan tersebut akan membuat underwriter mendorong perusahaan untuk memberikan pengungkapan intellectual capital, karena dengan pengungkapan intellectual capital pada akhirnya akan membuat investor bersedia untuk membeli saham. Oleh karena itu, penggunaan underwriter yang bereputasi diharapkan memberikan dorongan yang semakin besar akan pengungkapan intellectual capital dalam prospektus. Dengan kata lain, penggunaan underwriter yang bereputasi akan mendorong perusahaan untuk tidak menahan informasi intellectual capital, sehingga konsekuensinya adalah meningkatnya pengungkapan intellectual capital.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn (2008) dan Romadani (2010).

3. Pengujian hipotesis pengaruh positif umur perusahaan terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO

Hasil pengujian hipotesis 3 tidak dapat membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO.

Koefisien regresi variabel umur perusahaan ini bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa umur perusahaan berdampak positif terhadap pengungkapan intellectual capital. Meskipun koefisien regresi bernilai positif namun tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti lamanya perusahaan berdiri tidak dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut akan memberikan pengungkapan intellectual capital lebih banyak. Bukh et al. (2005)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengindikasikan bahwa yang mendorong pengungkapan intellectual capital adalah lebih pada masalah latar belakang tim manajemen yang sedang menjabat dibandingkan dengan umur perusahaan. Jadi soal telah berapa lamanya perusahaan telah beroperasi nampaknya tidak menjadi pendorong meningkatnya pengungkapan intellectual capital. Lebih lanjut, jika mengacu pada pendapat Woodcock dan Whiting (2009), maka alasan tidak diketemukannya pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan intellectual capital dapat dijelaskan dengan menggunakan legitimacy theory. Jadi tidak menjadi soal sudah berapa lama suatu perusahaan beroperasi, perusahaan tersebut harus secara kontinyu melakukan pengungkapan intellectual capital agar sejalan dengan ekspektasi komunitas mengenai legitimasi.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh White et al. (2007) dan Singh dan Zahn (2008), namun menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Bukh et al. (2005), Woodcock dan Whiting (2009), dan Prabowo (2010).

4. Pengujian hipotesis pengaruh positif komisaris independen terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO

Hasil pengujian hipotesis 4 tidak dapat membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO.

Kemungkinan tidak ditemukannya pengaruh tersebut adalah karena eksistensi komisaris independen dalam perusahaan nampaknya baru sekedar menjadi pelengkap atau hanya untuk memenuhi kebutuhan formal semata. Komisaris independen belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan, yaitu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai wujud implementasi good corporate governance. Hal ini dimungkinkan karena dalam praktiknya terdapat kecenderungan bahwa komisaris independen tidak benar-benar independen yang akan semakin bertambah jika komisaris independen memiliki kinerja yang lemah kompetensi maupun integritasnya. Menurut Prabowo (2010) dalam praktiknya belum ada mekanisme tentang bagaimana pemegang saham memilih komisaris independen, sehingga walaupun dewan komisaris independen ini ada namun tidak diketahui penunjukannya. Kondisi yang demikian memungkinkan pengangkatan komisaris independen hanya didasarkan atas hubungan kekerabatan atau penghargaan semata. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi dua hal yang bersifat mendasar yaitu masalah independensi dan kapabilitas. Akibat selanjutnya adalah ketidakmampuan komisaris independen untuk mendorong dan menciptakan iklim yang independen, obyektif, dan transparan sebagai bentuk perhatian terhadap kepentingan investor. Keberadaan komisaris independen yang belum dapat berjalan efektif ini menyebabkan ekspektasi bahwa komisaris independen mendorong pengungkapan intellectual capital tidak terwujud. Sementara itu hasil koefisien regresi yang menunjukkan arah negatif mungkin merupakan sifat substitusi terhadap pengungkapan intellectual capital.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cerbioni dan Parbonetti (2007) dan Li et al. (2008), namun menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Wardhani (2009), Hanan (2010), dan Prabowo (2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Pengujian hipotesis proprietary cost memoderasi (dengan arah negatif) pengaruh ownership retention terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO

Hasil pengujian hipotesis 5 menunjukkan bahwa proprietary cost tidak memoderasi (dengan arah negatif) pengaruh ownership retention terhadap pengungkapan intellectual capital pada perusahaan yang melakukan IPO, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel proprietary cost bukanlah variabel pemoderasi. Artinya, proprietary cost yang diproksikan dengan konsentrasi industri yang selanjutnya diukur menggunakan indeks HI tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.

Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Zahn (2008) yang menemukan bahwa hubungan ownership retention dan pengungkapan intellectual capital akan melemah saat proprietary cost meningkat. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut maka dapat dijelaskan bahwa dalam mengungkapkan informasi intellectual capital hanya memandang besaran ownership retention oleh pemilik lama tanpa terpengaruh adanya proprietary cost. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terkonsentrasi (proprietary cost tinggi) atau tidaknya suatu industri (proprietary cost rendah) tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital perusahaan dalam prospektus IPO.

Dokumen terkait