• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Interaksi Antara Reza dengan Guru dan Teman Sekelas

Sekolah inklusif adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah inklusif juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut dan saling membantu dan bekerjasama dengan guru dan teman sekelasnya. Hal ini sejalan teori pendidikan interaksional yang diungkapkan Nana S. Sukmadinata mengatakan bahwa pendidikan bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya Dengan adanya interaksi antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa terjadilah proses belajar mengajar.

Selama delapan kali observasi peneliti juga mengamati interaksi yang terjalin antara Reza dengan guru maupun teman sekelasnya dalam proses pembelajaran matematika di sekolah inklusif. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa aktivitas maupun setting kelas SD Tumbuh Yogyakarta memberikan ruang yang luas bagi terjalinnya interaksi tersebut. Selain itu keberadaan tiga guru dalam satu kelas juga memberikan banyak peluang bagi Reza untuk dapat berinteraksi. Sebagian besar teman-teman sekelas Reza juga merupakan teman yang dapat bersahabat dengan Reza. Namun demikian dalam hal pembelajaran matematika Reza lebih banyak berinteraksi dengan guru, karena Reza menganggap guru yang dapat lebih membantunya belajar dibandingkan dengan teman-temannya.

Bentuk interaksi antara Reza dan guru selama delapan kali observasi dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan materi dengan berdiskusi.

Guru sering mengajak semua siswa berdiskusi untuk menjelaskan materi dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru lebih banyak memberikan pertanyaan yang bersifat tertutup dan jawabannya tidak membutuhkan penjelasan. Namun guru juga memberikan beberapa pertanyaan terbuka kepada siswa. Dari aktivitas ini tampak sikap kritis dan kreatif siswa dalam mengungkapkan jawaban, ide atau pendapatnya. Dalam hal ini guru juga bertanya secara individual kepada Reza. Reza dapat menjawab pertanyaan guru secara individual, namun Reza kurang dapat mengungkapkan idenya dengan baik. Ketika Reza menjawab dengan benar guru sering kali memberi penguatan secara verbal. Namun jika Reza kurang tepat dalam menjawab guru tidak

langsung menyalahkan, namun guru menanyakan kembali kepada Reza apa akibat dari jawabannya. Selain itu penyampaian materi juga dilakukan dengan metode permainan di luar kelas, serta mengintegrasikan materi matematika dengan mata pelajaran lain yaitu art. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebosanan dalam diri siswa.

2. Guru memberikan petunjuk dan saran kepada Reza.

Guru selalu memberikan petunjuk kepada semua siswa ketika hendak mengerjakan LK atau tugas. Guru juga memberi petunjuk secara pribadi kepada Reza ketika guru melihat Reza kurang memahami aktivitas yang akan dilakukan atau berkaitan dengan teknis dalam mengerjakan tugas. Guru banyak memberikan saran kepada Reza pada saat mengerjakan tugas. Saran ini diberikan agar Reza bisa mengerjakan LK atau tugas dengan baik.

3. Guru memberikan teguran.

Guru menegur Reza disaat Reza tidak memperhatikan guru lain yang sedang menjelaskan. Guru juga memberikan teguran kepada Reza disaat ia tidak segera mengerjakan tugasnya. Misalnya ketika Reza tidak dapat berkonsentrasi mengerjakan tugas, Reza suka menggerak-gerakkan tangan dan badannya berulang-ulang, atau pada saat Reza melihat pekerjaan teman yang lain.

4. Guru mengoreksi.

Meskipun guru pendamping harus mendampingi ABK yang lain, namun guru pendamping tetap memantau Reza selama proses pembelajaran berlangsung. Guru mengawasi Reza dalam mengerjakan semua tugas-tugasnya. Ketika Reza melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas guru berusaha memberitahunya,

guru berusaha mengoreksi apa yang salah. Namun demikian guru selalu memberi kesempatan kepada Reza untuk memperbaikinya sendiri.

5. Guru memberikan penguatan.

Guru memberi penguatan kepada Reza saat Reza menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal dengan benar. Demikian juga guru memberi penguatan kepada Reza saat Reza mengajukan pertanyaan yang sebenarnya untuk memperoleh penguatan dari guru. Penguatan yang diberikan oleh guru menumbuhkan rasa percaya diri pada diri Reza untuk melakukan semua aktivitas di kelas.

6. Guru memberikan motivasi.

Guru memberikan motivasi kepada Reza saat Reza kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas atau pada saat emosi Reza tidak stabil. Misalnya pada saat Reza tidak dapat mengerjakan tugas secepat teman-teman yang lain atau pada saat siswa hampir putus asa saat tidak dapat menjawab soal kuis yang diberikan guru. Motivasi ini dapat ditanggapi oleh Reza secara positif. Dengan adanya motivasi tersebut Reza menjadi lebih bersemangat dan dapat menjadi lebih tenang dalam mengerjakan soal atau tugas.

7. Guru dan Reza berdiskusi.

Meskipun Reza memiliki keterbatasan dalam komunikasi secara verbal dengan orang lain, namun pada beberapa pertemuan Reza dapat berdiskusi dengan guru. Diskusi ini terjadi pada saat Reza menanyakan materi yang tidak jelas, kemudian guru menjelaskan kepada Reza. Dengan adanya diskusi tersebut Reza menjadi semakin paham tentang apa yang dijelaskan guru. Diskusi antara

guru dan Reza juga terjadi pada saat guru berusaha mengetahui sejauh mana pemahaman Reza tentang materi yang dipelajari.

Selama delapan kali pertemuan terlihat adanya interaksi Reza dengan guru yang cukup baik. Hal ini terlihat dari adanya sikap positif dari Reza ketika guru mengajaknya berinteraksi. Reza dapat memulai interaksi dengan guru karena faktor kebutuhan. Reza membutuhkan guru untuk membantunya belajar dan menyelesaikan tugasnya. Di dalam bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antara Reza dan guru terlihat bantuan-bantuan yang diberikan guru yang dapat meningkatkan perkembangan belajar matematika Reza. Bantuan-bantuan tersebut antara lain: penjelasan, petunjuk dan saran, teguran, penguatan, koreksi, dan motivasi.

Bentuk interaksi antara Reza dengan teman sekelas selama delapan kali observasi dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Berbagi alat tulis.

Reza mau berbagai alat tulis dengan temannya. Ia mau meminjamkan lem miliknya kepada temannya. Reza juga mau mengungkapkan keinginannya untuk meminjam alat tulis dari temannya, meskipun guru harus mengingatkan Reza untuk meminta izin terlebih dahulu. Reza juga mau menggunakan lem dan stik yang disediakan guru untuk digunakan bersama dengan temannya. Kemauan Reza untuk berbagi dengan temannya menunjukkan bahwa ia mampu menerima temannya sebagai bagian dari dirinya demikian juga sebaliknya. Hal ini merupakan suatu awal bagi terciptanya suatu kerjasama antara Reza dan teman sekelasnya dalam memecahkan suatu masalah. Sikap untuk mau berbagi memang telah ditanamkan guru dari awal. Di SD Tumbuh selain siswa diajarkan materi

akademis, siswa juga dilatih untuk mampu bersikap dengan baik dalam lingkungan sosialnya.

2. Reza melihat pekerjaan teman disampingnya.

Reza terlihat berulang kali melihat pekerjaan disampingnya. Hal ini dilakukan karena ia merasa tidak yakin dengan apa yang dikerjakan. Reza merasa tidak percaya diri atas apa yang sudah dikerjakannya. Ia juga tidak mau gagal, segala sesuatu yang dikerjakannya harus berhasil. Reza terlihat berulangkali menghapus pekerjaannya setelah beberapa saat ia melihat pekerjaan temannya. Reza melihat pekerjaan temannya kemudian ia melakukan hal yang sama yang dilakukan temannya. Selain itu Reza melihat pekerjaan temannya hanya untuk sekadar membandingkan pekerjaannya. Pada umumnya siswa tidak menghalangi Reza melihat pekerjaannya. Namun ada pula siswa yang menegur Reza agar ia tidak melihat pekerjaan temannya yang lain.

3. Siswa (teman sekelas) memotivasi Reza.

Dalam beberapa pertemuan terlihat siswa memotivasi Reza untuk segera mengerjakan tugas. Saat siswa melihat Reza tidak segera mengerjakan tugasnya siswa mau mengingatkan Reza untuk segera mengerjakan tugas. Hanya beberapa siswa saja yang dapat memotivasi Reza. Siswa tersebut ternyata diketahui menjalin hubungan yang cukup dekat dengan Reza, dalam artian mereka bersahabat.

4. Siswa (teman sekelas) memberi petunjuk kepada Reza.

Petunjuk yang diberikan siswa untuk Reza terlihat saat siswa membantu Reza dalam menjawab apa yang ditanyakan guru.

5. Siswa (teman sekelas) dan Reza saling bekerja sama.

Siswa dan Reza dapat bekerja sama pada saat bekerja dalam kelompok. Kerja sama ini terjalin karena Reza mengetahui apa yang harus ia lakukan bersama dengan teman-temannya. Namun ketika Reza tidak ikut dilibatkan dalam tugas kelompok Reza menjadi kurang memahami apa yang seharusnya ia lakukan untuk kelompok. Kerjasama yang dilakukan Reza bukan merupakan kerjasama yang dilakukan atas inisiatifnya sendiri. Reza masih membutuhkan guru sebagai mediator agar Reza dapat ikut terlibat dan berkerjasama dengan teman lain dalam kelompok.

6. Bercanda.

Pada saat pembelajaran di karpet beberapa kali terlihat Reza bercanda dengan siswa lain. Siswa banyak yang menyukai Reza karena kondisi fisik Reza yang gemuk. Ada pula siswa yang menunjukkan kasih sayangnya kepada Reza dengan mengusap pipi Reza.

Selama delapan kali observasi terlihat bahwa Reza dan teman sekelasnya tidak banyak melakukan interaksi. Reza belum dapat berinteraksi secara verbal dengan temannya. Reza belum dapat membuka sebuah komunikasi dengan temannya. Reza tidak menanyakan sesuatu hal kepada temannya apalagi yang berkaitan dengan materi. Peneliti melihat bahwa Reza akan bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih mampu dari dirinya. Reza memandang semua temannya sama dengan dirinya dalam hal pengetahuan.