• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi dengan komponen biologis 1 Asosiasi Interspesifik

DAFTAR LAMPIRAN

LOKASI TL WR TST AT GM TSM

5.2. Autekologi M teijsmann

5.2.5 Interaksi dengan komponen biologis 1 Asosiasi Interspesifik

Total sebanyak 104 spesies telah diuji asosiasinya dengan M. teijsmannii dengan tes varians (VR; variance-ratio test) mengikuti Schluter (1984, dalam Ludwig & Reynolds 1988). Nilai VR diperoleh 1,322 menunjukkan adanya asosiasi positif secara keseluruhan (VR > 1). Signifikansi VR yang dinyatakan

49

dengan W menunjukkan bahwa asosiasi interspesifik yang ada adalah nyata (χ2 hitung (92,548) > χ2 tabel (90,531).

Hasil pengujian χ2 untuk tipe asosiasi interspesifik memperlihatkan 12 spesies berasosiasi positif dengan M. teijsmannii (Tabel 11). Tingkat asosiasi yang

cukup tinggi berdasarkan Jaccard Index ditunjukkan oleh Pterospermum

javanicum (Sterculiaceae), Cryptocarya ferrea (Lauraceae) Orophea hexandra (Annonaceae) dan Aglaia elliptica (Meliaceae). Interaksi ini mendukung pendugaan dari hasil penelitian bahwa M. teijsmannii memiliki pola penyebaran yang mengelompok diduga karena memiliki asosiasi interspesifik dengan spesies tertentu dalam habitatnya (pasal 4.2.2.). Menurut Odum (1994), interaksi yang kuat antar individu anggota populasi akan mendorong terjadinya pembagian ruang yang sama.

Tabel 11 Hasil uji asosiasi interspesifik antara Myristica teijsmannii dengan 12 spesies di CA Pulau Sempu berdasarkan tes chi-square

SPECIES FAMILI Tipe Asosiasi Indeks Jaccard

Pterospermum javanicum Sterculiaceae positif 0.529

Cryptocarya ferrea Lauraceae positif 0.500

Orophea hexandra Annonaceae positif 0.455

Aglaia elliptica Meliaceae positif 0.467

Polyalthya lateriflora Annonaceae positif 0.394

Drypetes ovalis Euphorbiaceae positif 0.235

Artocarpus elasticus Moraceae positif 0.308

Buchanania arborescens Anacardiaceae positif 0.296

Knema laurina Myristicaceae positif 0.308

Aglaia sp. Meliaceae positif 0.222

Prunus javanicus Rosaceae positif 0.222

Diospyros malabarica Ebenaceae positif 0.079

indeks Jaccard menunjukkan tingkat asosiasi pada α 0,05;df=1; nilai 0 setara dengan tidak ada asosiasi; nilai 1 setara dengan tingkat asosiasi maksimum.

Asosiasi positif M. teijsmannii dengan spesies Myristicaceae lainnya yang ditemukan di CAPS, yaitu dengan Knema laurina, sedangkan dengan Knema glauca tidak memperlihatkan asosiasi yang signifikan. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua spesies dalam famili yang sama tersebut tampaknya memiliki kebutuhan ekologis dan habitat yang serupa. Keduanya merupakan spesies yang menempati kawasan hutan hujan dataran rendah, namun K. laurina memiliki kisaran distribusi geografis yang lebih luas dibandingkan M. teijsmannii. Populasi

50

K. laurina diketahui menyebar di tidak hanya di Jawa, tapi juga di Sumatra, Borneo, bahkan Thailand dan Semenanjung Malaysia (Anonim 2008).

Pendugaan bahwa M. teijsmannii memiliki asosiasi dengan anggota famili Lauraceae, Myrtaceae, Ebenaceae, Moraceae atau Burseraceae yang merupakan famili khas hutan tropis dataran rendah, ada sebagian yang terbukti. Di kawasan CAPS, M. teijsmannii berasosiasi positif dengan Cryptocarya ferrea (Lauraceae), dan Diospyros malabarica (Ebenaceae) tapi tidak dengan enam spesies Diospyros lainnya, dengan Artocarpus elasticus (Moraceae) tapi tidak dengan Streblus asper dan Ficus spp. yang cukup banyak ditemui di CAPS. M. teijsmannii

memperlihatkan kemungkinan asosiasi positif dengan Canarium hirsutum

(Burseraceae) dan Acmena acuminatissima (Myrtaceae) namun uji statistik tidak menunjukkan nilai yang signifikan (Lampiran 6).

Asosiasi positif M. teijsmannii dengan Artocarpus elasticus, Pterospermum javanicum, Cryptocarya ferrea, Aglaia elliptica dan Diospyros malabarica menunjukkan kecenderungan sifat M. teijsmannii yang memerlukan naungan karena kelima spesies asosiasi tersebut merupakan spesies-spesies pohon yang relatif besar, tinggi serta memiliki tajuk yang cukup lebar atau rapat. Hal ini mendorong pendugaan bahwa M. teijsmannii merupakan spesies yang semi-toleran naungan, yaitu memiliki sifat membutuhkan naungan dalam sebagian daur hidupnya. Hal lain yang memperkuat argumen ini adalah berkaitan dengan keberadaan Macaranga sp. yang melimpah di Telaga Sat. Spesies ini diketahui merupakan spesies pionir yang menyukai cahaya atau tidak toleran naungan. Ini menunjukkan bahwa Telaga Sat memiliki intensitas cahaya lebih tinggi sehingga individu M. teijsmannii ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit.

5.2.5.2 Predasi dan Agen Dispersal Biji

Warna yang menarik dan relatif mencolok di antara dedaunan serta aroma pala yang dihasilkan M. teijsmannii tampaknya menjadi daya tarik bagi hewan- hewan pemakan buah yang hidup di kawasan CAPS. Selama penelitian berlangsung, tercatat dua spesies primata arboreal yang menyukai daun dan buah M. teijsmannii, yaitu Macaca fascicularis (kera ekor panjang) dan Trachypitecus auratus (lutung Jawa). Kedua mamalia tersebut tercatat menyukai daun terutama

51

bagian pucuk, sedangkan bagian buah yang dimakan adalah daging buah yang telah matang sementara bijinya dibuang. Biji yang masih diselaputi oleh aril seringkali dijumpai berserakan di lantai hutan dan sebagian besar biji-biji yang jatuh tersebut telah rusak dimakan oleh serangga dari kelompok semut dan rayap sebelum berhasil berkecambah.

Gambar 11 Sisa buah M. teijsmannii yang dimakan primata.

Sejalan dengan penemuan frugivora yang merupakan agen dispersal biji M. teijsmannii seperti yang dipaparkan di atas, Ganesh dan Davidar (2001) menemukan empat jenis mamalia arboreal yang berlaku sebagai predator sekaligus

agen dispersal biji bagi M. dactyloides, yang memiliki tajuk rapat seperti M. teijsmannii, di Whestern Ghats, India. Keempat jenis mamalia tersebut adalah

lion-tailed macaque (Macaca silenus), langur Nilgiri (Trachypitechus johnii), Malabar giant squirrel (Ratufa indica), bajing terbang (Petaurista philippensis) dan kelelawar (Cynopterus sphinx). Dilihat dari hasil penelitian tersebut, dua genus Macaca dan Trachypitechus sama-sama ditemukan sebagai predator sekaligus

agen penyebaran biji Myristica. Kedua spesies mamalia tersebut memang

dilaporkan sebagai agen penyebaran biji Myristica dalam komunitasnya di hutan- hutan tropis namun perannya dianggap semakin berkurang terkait dengan ketersediaan buah-buahan dalam habitatnya (Ganesh & Davidar 2001).

Walaupun burung dikenal sebagai agen dispersal biji yang utama di hutan- hutan tropis Asia, Australia dan Pasifik (Meehan et al. 2005; Ganesh & Davidar 2001) di kawasan CAPS yang memiliki spesies-spesies burung besar tidak

52

ditemukan spesies yang memakan buah atau biji M. teijsmannii selama observasi berlangsung. Hal ini kemungkinan disebabkan M. teijsmannii menyukai habitat dengan kanopi yang rapat dan berada dalam interior hutan karena spesies ini merupakan jenis yang toleran naungan. Di sisi lain, umumnya burung sebagai agen dispersal menyukai buah-buahan dari pohon-pohon yang berada di tepi hutan atau pada gap (Ganes & Davidar 2001) atau pada pucuk-pucuk tajuk pohon sehingga mudah diakses (Meehan et al. 2005). Sejenis merpati (Ducula pacifica) dilaporkan merupakan agen dispersal M. hypargyraea di hutan tropis Tonga (Meehan et al. 2005).

5.2.6 Karakteristik Habitat

Dokumen terkait