• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

TANAH UDARA Lokas

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan - kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Keberadaan M. teijsmannii termasuk melimpah dengan nilai kerapatan pohon tertinggi dan struktur populasi yang cukup baik di lokasi penelitian dalam kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Jumlah individu dewasa yang ditemukan di lokasi penelitian adalah 82 individu pohon dengan kerapatan pohon 14 individu/ha dan 36 individu fase tiang dengan kerapatan 25 individu/ha dalam area seluas 6 ha. Jumlah individu dan kerapatan pohon tertinggi pada populasi M. teijsmannii ditemukan di lokasi Waru-waru.

2. Populasi M. teijsmannii menyebar secara mengelompok di kawasan hutan Cagar Alam Pulau Sempu, meliputi daerah Waru-waru, Gua Macan, Air Tawar, Teluk Semut, Telaga Lele dan Telaga Sat. Struktur populasi yang lengkap dan relatif seimbang ditemukan di kawasan Waru-waru dan Gua Macan. Kawasan dengan kondisi populasi yang perlu lebih mendapat perhatian untuk konservasi spesies ini adalah Teluk Semut, Telaga Sat dan Air Tawar. 3. M. teijsmannii berasosiasi positif dengan 12 spesies pohon dan memiliki agen

dispersal biji dari kelompok primata, yaitu lutung (Trachypitecus auratus) dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis).

4. Kandungan pasir memiliki korelasi positif yang paling erat dan signifikan dengan jumlah individu pohon, tiang dan sapihan M. teijsmannii. Dominasi dan nilai penting fase sapihan juga berkorelasi kuat dengan kandungan karbon, nitrogen dan kalium. Jumlah individu seluruh fase lebih banyak dijumpai pada lokasi datar (kemiringan 0-8%) dengan arah lereng utara-barat.

5. Preferensi M. teijsmannii pada kondisi topografi, khususnya arah lereng utara- barat yang memperoleh sinar matahari sebagian dalam sehari memperkuat dugaan bahwa spesies ini tergolong spesies semi toleran naungan.

6. Beberapa faktor ancaman bagi kelangsungan hidup populasi M. teijsmannii telah teridentifikasi antara lain disebabkan oleh faktor gangguan manusia akibat adanya pergeseran fungsi kawasan sebagai lokasi tujuan wisata.

71

6.2 Saran-saran

Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti adalah:

1. Studi populasi serupa perlu dilakukan di lokasi-lokasi selain Cagar Alam Pulau

Sempu yang diketahui merupakan lokasi keberadaan M. teijsmannii

berdasarkan catatan herbarium.

2. Penentuan status kelangkaan dengan metode kuantitatif pada skala regional yang lebih besar, meliputi kawasan Jawa Timur dengan menerapkan teknik lain. Teknik tersebut adalah penentuan daerah sebaran (extent of occurrence) dan daerah yang ditempati (area of occupancy) seperti yang direkomendasikan oleh IUCN.

3. Penelitian etnobotani dapat dilakukan untuk mengetahui peran spesies langka ini bagi masyarakat dengan dilengkapi pengujian kandungan bahan kimia aktif dari seluruh bagian tumbuhan atau penelitian biofarmaka yang menginventaris kandungan bahan kimia yang berpotensi obat.

72

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2005. Step By Step Guide to Soil Science. http://ltpwww.gsfc.nasa.gov. [4 Agustus 2005].

[Anonim]. 2008a. Knema laurina (Blume) Warb., Mon. Myrist. (1897).

http://www.nationaalherbarium.nl/sungaiwain/Myristicaceae/Knema_laurina.htm. [11

November 2008].

Arrijani. 2005. Biologi dan Konservasi Marga Myristicaceae di Indonesia. Biodiversitas (6)2:147-151.

Backer CA, van den Brink RCB. 1963. Flora of Java. Vol 1. Groningen: NVP Noordhoff.

[CBD] Convention on Biological Diversity. 2002. Global Strategy for Plant Conservation. Montreal: the Secretariat of the Convention on Biological Diversity, Botanic Gardens Conservation International, United Nations of Environmental Programme. 13 hlm.

Cox GW. 2002. General Ecology: Laboratory Manual. Jilid ke-8. Boston:

McGraw Hill. hlm 61.

Crase B, Cowie ID, Michell CR. 2006. Distribution and Conservation Status of the Rare Plants Melaleuca triumphalis and Stenostegia congesta (Myrtaceae), Victoria River District, Northern Australia. Australian Journal of Botany 54:641-653.

Cropper SC. 1993. Management of Endangered Plants. East Melbourne: CSIRO Publications. hlm 32.

De Wilde WJJO. 2000. Myristicaceae. Flora Malesiana Series I – Seed Plants 14: 1-631.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1980. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 837/Kpts/II/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Jakarta: Dephut.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta: Dephut.

Dickinson WC. 2000. Integrative Plant Anatomy. San Diego: Harcourt Academic Press.

Dwidjoseputro D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm 44-45.

Fritz RS, Gaud WS, Sacchi CF, Price PW. 1987. Patterns of Intra- and Interspecific Association of Gall-Forming Sawflies in Relation to Shoot Size on Their Willow Host Plant. Oecologia 73:159-169.

Ganesh T, Davidar P. 2001. Dispersal Mode of Tree Species in the Wet Forest of Southern Western Ghats. Current Science 80(3): 394-399.

Garzón MB, Blazek R, Neteler M, de Dios RS, Ollero HS, Furlanello C. 2006. Predicting Habitat Suitability with Machine Learning Models: The Potential Area of Pinus sylvestris L. in the Iberian Peninsula. Ecological Modelling 197: 383-393.

73

Gill AM., Tomlinson PB. 1978. Aerial Roots: An Arrange of Forms and Functions. Di dalam : Torrey JG., Clarkson DT (editor). The Development and Function of Roots. London: Academic Press. hlm 237-260.

Given DR. 1994. Principles and Practices of Plant Conservation. Portland: Timber Press, Inc. hlm 41,238.

Goni A., Tulabi, Wuryanti S., Santoso, Suparman & Sujitno E. 1997. Eksplorasi Flora di Kawasan Sendangbiru dan Pulau Sempu Kabupaten Malang – Jawa Timur. [Laporan Perjalanan, tidak dipublikasikan] UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi Pasuruan, Jawa Timur.

Guisan A, Zimmermann NE. 2000. Predictive Habitat Distribution Models in Ecology. Ecological Modelling 135:147-186.

Hardjowigeno S. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Melton Putra.

Hegnauer S. 2001. Myristica teijsmannii. http://www.sofa.bfel.de. [27 November 2006].

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid ke-3. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. hlm 777- 795.

Heywood VH. 1993. Flowering Plants of the World. Updated edition. New York: Oxford University Press. hlm 31-32.

Indriyanto 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara. 210 hlm.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.

2000. 2000 IUCN Red List of Threatened Species. Hilton-Taylor C.

(compiler).Gland: Species Survival Commission. Xviii+61hlm.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2001. IUCN Red List Categories and Criteria: Version 3.1. Gland: IUCN Species Survival Commission. ii+30 hlm.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.

2006. The IUCN Red List of Threatened Species.

http://www.iucnredlist.org/search/details.php/31998/summ. [3 Maret 2007]. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources

Standards and Petitions Working Group. 2008. Guidelines for Using the IUCN Red List Categories and Criteria. Version 7.0. Dipersiapkan oleh Standards and Petitions Working Group IUCN SSC Biodiversity Assessment Sub- Committee.

Jansen PCM et al., editor. 1993. Basic List of Species and Comodity Grouping. Final Version. PROSEA.

[JNCC] Joint Nature Conservation Committee. 2008a. Extent of Occurrence Calculated by JNCC. http://www.jncc.gov.uk/page-3285. [10 November 2008].

[JNCC] Joint Nature Conservation Committee. 2008b. Area of Ocupancy

Calculated by JNCC. http://www.jncc.gov.uk/page-3285. [10 November 2008]. Keller R. 1996. Identification of Tropical Woody Plants in the Absence of Flowers

and Fruits: a Field Guide. Basel: Birkhäuser Verlag. Hlm 13.

74

Krebs CK. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper & Row Publisher. hlm 239.

Krebs CK. 2002. Ecological Methodology. Ed ke-2. New York: Harper & Row Publisher.

Kunin WE., Lawton JH. 1996. Evaluating The Case For Conserving Species. Di dalam: Gaston KJ, editor. Biodiversity: A Biology of Numbers and Difference. Oxford: Blackwell Science. hlm 283-308.

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. Singapore: John Wiley and Sons.

MacKinnon J., K. MacKinnon.1993. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Amir HH, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Managing Protected Areas in the Tropics.

Meehan HJ, McConkey KR, Drake DR. 2005. Early Fate of Myristica hypargyraea Seeds Dispersed by Ducula pacifica in Tonga, Western Polynesia. Austral Ecology 30: 374-382.

Meyer BS, Anderson DB. 1954. Plant Physiology. Ed ke-2. Toronto: D. Van Nostrand Company, Inc. hlm 206-223.

Mogea JP, Gandawidjaja Dj, Wiriadinata H, Nasution RE, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi, LIPI. hlm 22-23. Ng FSP.1992. Manual of Forest Fruits, Seed and Seedlings. Vol ke-2. Malayan

Forest Record No. 34:454-457.

Nurdjito M, Maryanto I, editor. 2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Cibinong: The Nature Conservancy.

Odum EP. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Ed ke-3. Samingan Tj, penerjemah.

Jogjakarta: Gadjahmada University Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Ecology,. 3rd Edition.

Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Buku Obor. hlm 151-153.

Purwanto A, Imaculata M, Kristiyanto S, Suyitno, Fajar HF. 2002. Buku Informasi Kawasan Konservasi BKSDA Jatim II. Jember: BKSDA Jatim II.

Rais S, et al. 2006. Kawasan Konservasi Indonesia 2006. Jakarta: Ditjen PHKA Departemen Kehutanan, Lestari Hutan Indonesia, Japan International Cooperation Agency.

Sanchez PA. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Ed ke-1. Jayadinata JT, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Properties of Soils in the Tropics, 1st edition.

Slone DH, Croft BA. 2001. Species Association among Predaceous and Phytophagous Apple Mites (Acari: Eriophydae, Phytoseiidae, Stigmaeidae, Tetranychidae). Experimental and Applied Acarology 25: 109-126.

Soil Survey Staff. 1992. Kunci Taksonomi Tanah. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Terjemahan dari: Keys to Soil Taxonomy.

Takehara MOH. 1970. Standard Soil Color Charts. Edisi revisi. Japan: Research Council for Agriculture, Forestry and Fisheries.

75

Takhtajan A. 1997. Diversity and Classification of Flowering Plants. Columbia: Columbia University Press.

Tjasyono BHK. 2004. Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB. hlm 150-151.

Widyatmoko D. 2001. Autecology and Conservation Management of A Rare Palm Species: The Case Study of Lipstick Palm Cyrtoctachys renda Blume in Kerumutan Wildlife Sanctuary, Riau [disertasi]. Bogor: Postgraduate Programme, Bogor Agricultural Institute.

Widyatmoko D, Irawati. 2007. Kamus Istilah Konservasi. Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Bogor, LIPI. hlm 10.

Woinarski JCZ et al. 2006. Distributional Patterns of Plant Species Endemic to the Northern Territory, Australia. Australian Journal of Botany 54:627-640.

76

Lampiran 1 Daftar spesies pada seluruh fase vegetasi yang ditemukan dalam plot

Dokumen terkait