• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian interaksi sosial, ialah sebagai berikut:

Menurut H. Booner interaksi sosial adalah “hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau

sebaliknya”.1 Menurut definisi di atas bahwa interaksi sosial dapat

mempengaruhi seseorang dalam berperilaku pada kehidupan sehari-hari. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa interaksi sosial adalah “hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual,

antarkelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok”.2

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurut Yusron Razak pengertian interaksi sosial ialah mengutip pandangan Bonner, interaksi sosial adalah “suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga kelakukan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki kelakukan individu yang lain dan sebaliknya”.3 Menurut

kutipan tersebut bahwa interaksi sosial merupakan suatu tindakan yang bisa mengubah atau mempengaruhi perilaku orang lain, baik perilaku yang positif maupun negatif.

Interaksi sosial menurut Basrowi adalah “hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan,

      

1 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2012) ed.2, cet.8, h. 92.  Ibid, h. 92. 

3

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008) h. 57.

pertikaian dan sejenisnya”.4 Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan interaksi sosial ialah hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi baik secara tindakan maupun pikiran antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok di dalam kehidupan sehari-hari.

b. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Menurut Basrowi, interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

b) Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.

c) Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang)

yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.

d) Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan

tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamatnya.5

Tindakan sosial dan interaksi sosial mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Tindakan sosial adalah perbuatan yang dipengaruhi oleh orang lain untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu, sedangkan interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan individu-individu. Terjadinya hubungan timbal balik ini disebabkan oleh adanya tindakan (aksi) dan tanggapan (reaksi) antara dua pihak. Tindakan merupakan syarat mutlak terbentuknya hubungan timbal balik atau interaksi sosial.

c. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan ada

komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat primer (berjumpa face to face)

dan dapat sekunder (berhubungan melalui media komunikasi, baik perantara orang maupun media benda, surat kabar, TV, radio). Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lainnya. Tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi proses interaksi sosial.

      

4

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) cet.1, h. 138. 5

Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Interaksi adalah salah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, di mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak ini mungkin melalui organisme fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melakukan gerakan pada beberapa bagian badan, melihat, dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui tulisan atau dengan cara berhubungan dari jauh.

Dalam proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial, ialah sebagai berikut:

a. Kontak Sosial

Istilah kontak, berasal dari kata Latin, yaitu con atau

cum, yang berarti ‘bersama-sama’ dan tango yang berarti

‘menyentuh’. Secara harfiah, kontak berarti bersama-sama

menyentuh.6

Tetapi dalam pengertian sosiologis, kontak tidak selalu berarti sentuhan fisik. Sebagai gejala sosial, orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa sentuhan fisik, misalnya berbicara dengan orang lain melalui telepon, telegraf, radio, surat dan sebagainya.

Sementara itu dikutip oleh Basrowi, Syani berpendapat, bahwa kontak sosial adalah “hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat, konflik

sosial pihak dengan pihak yang lainnya”.7

      

6

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) ed.1, cet.44, h. 59.

7

Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, misalnya berjabat tangan, saling senyum dan sebagainya. Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara. Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji

terhadap suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan

terasing yang sempurna ditandai dengan suatu ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing tersebut dapat terjadi oleh beberapa sebab yang antara lain yaitu, terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salah satu inderanya. Dan mungkin juga disebabkan karena pengaruh perbedaan ras atau kebudayaannya.

b. Komunikasi Sosial

Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari perilaku pihak lain. Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik ataupun perasaan. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi komunikasi. Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain daripada proses sosial. Komunikasi sosial mengandung pengertian persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu.

Menurut Soerjono Soekanto, Komunikasi adalah “bahwa sesorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang terwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh

orang tersebut”.8

      

8

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) ed.1, cet.44, h. 60.

Komunikasi hampir sama dengan kontak. Namun adanya kontak belum tentu komunikasi telah terjadi. Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama antara masing-masing pihak.

Komunikasi memungkinkan kerjasama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerjasama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerjasama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.

d. Dasar-dasar Faktor Interaksi Sosial

Menurut Sitorus, sebagaimana dikutip oleh Basrowi, “berlangsungnya suatu interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai

faktor, antara lain imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati”.9 Penjelasan

dari imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati ialah sebagai berikut:

a) Imitasi

Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial, imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan

atau mematikan kreatifitas seseorang.10

Gabriel Trade berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Gerungan, bahwa “seluruh kehidupan sosial sebenarnya faktor imitasi saja. Meskipun pendapat tersebut berat sebelah, tetapi

      

9

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) cet.1, h. 143. 10

peranan imitasi dalam interaksi sosial tidak kecil”.11 Misalnya seorang anak yang belajar berbicara, akan menirukan apa yang diucapkan orang dewasa. Jadi, faktor imitasi merupakan faktor yang berpengaruh dalam interaksi sosial.

b) Sugesti

Menurut Basrowi, sugesti adalah “cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau

pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang”.12

Sugesti terjadi karena pihak yang menerima anjuran tersebut terguguh secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya. Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan pandangan itu adalah orang yang beribawa dan bersifat otoriter. Mungkin juga bahwa sugesti terjadi kalau yang memberikan pandangan atau sikap itu adalah kelompok atau masyarakat.

Menurut Gerungan, dalam ilmu jiwa sosial sugesti adalah “proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih

dahulu”.13

Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluarnya. Contoh sugesti ini misalnya, norma-norma kelompok, norma-norma politik, norma-norma susila, dan seterusnya. Dimana norma-norma tersebut akan diikuti oleh banyak orang.

      

11

Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010) ed. 3, cet. 3, h. 58. 12

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) cet.1, h. 143. 13

c) Identifikasi

Menurut Elly dkk, identifikasi adalah “dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain, baik secara lahiriah

maupun batiniah”.14 Identifikasi lebih mendalam dari imitasi, karena

dengan identifikasi, seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan orang lain, mengidentifikasi dirinya dengan orang lain, bahkan menerima kepercayaan dan nilainya sendiri. Proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang, misalnya seseorang merasa sedih melihat orang lain yang mengalami musibah atau merasa iba melihat orang cacat.

d) Simpati

Menurut Basrowi, simpati adalah “perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah

berada dalam keadaan orang lain”.15

Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi, yakni kecenderungan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaannya adalah, bahwa di dalam simpati perasaan memegang peranan penting, walaupun drongan utama adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status atau kedudukan. Sedangkan identifikasi didorong oleh keinginan untuk menjadi sama dengan pihak lain yang dianggap mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang layak ditiru. Proses simpati akan dapat berkembang kalau terdapat faktor saling mengerti.

e. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Selo Soemardjan membagi bentuk-bentuk interaksi sosial menjadi

empat yaitu: 1) kerjasama (coorperation), 2) persaingan (competition), 3)

pertikaian (conflict), dan 4) akomodasi (accomodation), yaitu bentuk

      

14

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2012) ed.2, cet.8, h. 94. 15

penyelesaian dari pertikaian. Masyarakat Inonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif dengan cirinya yang khas yaitu gotong royong. Masyarakat Amerika termasuk tipe masyarakat kompetitif, yaitu orang-orang saling berlomba mencari kedudukan atau status, harta, dan lain

sebagainya tanpa menindas saingannya.16

Sedangkan dalam buku Ely M. Setiadi, Gillin dan Gillin mengemukakan bentuk interaksi sosial dapat berupa sebagai berikut:

a. Proses Assosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu

akomodasi, asimilasi dan akulturasi.

b. Proses disasosiatif, mencakup persaingan yang meliputi

pertentangan, dan pertikaian.17

Menurut Elly M. Setiadi, adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:

a. Bentuk Interaksi Assosiatif

1. Kerjasama (cooperation)

Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, ada tiga bentuk kerjasama:

a) Bergaining, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.

b) Cooperation, proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

c) Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.

      

16

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008) h. 59.

17

2. Akomodasi (Accomodation)

Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan, berarti suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan kelompok manusia, sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Adapun bentuk-bentuk dari akomodasi, diantaranya:

a) Coercion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.

b) Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya.

c) Arbitration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan, tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.

d) Mediation, hampir menyerupai arbitration diundang pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada.

e) Conciliation, sutau usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu persetujuan bersama.

f) Tolerantion, bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil.

g) Stelemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai kepentingan yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.

h) Adjudication, yaitu perselisihan perkara atau sengketa di

pengadilan.18

      

18

b. Bentuk Interaksi Disassosiatif

1. Persaingan (competition)

Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan.

2. Kontravensi (contravention)

Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap diri seseorang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.

3. Pertentangan (conflict)

Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencari tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk-bentuk yang khusus, antara lain:

a) Pertentangan pribadi, pertentangan antar individu.

b) Pertentangan rasional, pertentangan yang timbul karena

perbedaan ras.

c) Pertentangan kelas sosial, pertentangan yang disebabkan oleh

perbedaan kepentingan antar kelas sosial.

d) Pertentangan politik, biasanya terjadi di antara partai-partai

politik untuk memperoleh kekuasaan negara.19

Dari penjelasan di atas, berbeda dengan pendapat yang sebelumnya. Elly M. Setiadi membagi bentuk interaksi menjadi menjadi 2 bagian, yaitu interaksi assosiatif dan interaksi diassosiatif. Bentuk-bentuk tersebut dapat terjadi pada saat individu saling mencari keuntungan masing-masing, maka akan terjadi bentuk interaksi

      

19

persaingan. Dan ketika individu saling memecahkan masalah secara bersama, maka disitu akan terjadi interaksi dalam bentuk bekerjasama.

Dokumen terkait