BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Penulis memaparkan inti dari pembahasan penelitian serta analisis yang didapatkan berdasarkan data
BANK SAMPAH NUSANTARA
C. Interaksi antara struktur dan agensi dalam penanggulangan kerusakan Lingkungan pada program Bank Sampah Nusantara LPBI NU
Inti dari teori Bourdieu adalah bagaimana hubungan dialektis antara struktur dan aktor. Hubungan tersebut terjadi pada ruang sosial dimana struktur dan aktor saling mempengaruhi tindakan dalam sebuah kehidupan. Dalam kasus penanggulangan kerusakan lingkungan, aktor sangat di pengaruhi oleh adanya ajaran agama islam yang mengharuskan dirinya untuk menjaga kebersihan serta melestarikan alam. Seperti yang dikatakan oleh bu Fitri dalam wawancara :
Kami Ingin menerapkan pepatah kebersihan sebagian dari iman dimana itu menjadi pedoman umat muslim untuk menjaga kebersihan. Maka dari itu yang membedakan BSN dengan bank sampah lainnya adalah Landasannya BSN pada agama, minimal jika kita masih membuang sampah sembarangan, maka hati kita merasa bersalah dan berdosa, ya walaupun itu hanya dosa dosa kecil. Ketika satu lembaga memiliki
101
pendirian, maka ia akan mempengaruhi anggotanya, bahkan lembaga lainnya, hal itu dapat merubah mindset dan pola gaya hidup yang berubah perlahan-lahan (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Dalam hal ini bu Fitri mengatakan bahwa dirinya bertindak karena adanya ajaran agama, bahkan jika dirinya berbuat salahpun akan merasa mendapatkan dosa sekecil apapun. Maka dari itu ia menerapkan pola hidup bersih secara perlahan dan hal itu juga akan memotivasi orang-orang yang ada disekitarnya.
Interaksi yang terjadi pada aktor dan struktur juga terjadi karena di pengaruhi oleh habitus para aktor yang melakukan penanggulangan kerusakan lingkungan melalui LPBI NU. Para aktor mengajukan kebijakan melalui fatwa yang dikeluarkan oleh PBNU sehingga terdapat legitimasi hukum untuk menjaga lingkungan. Fatwa “Larangan Membuang Sampah Sembarangan” ini dapat mendorong masyarakat Nahdliyin bahkan masyarakat umum untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Seperti yang dikatakan oleh bu fitri :
LPBI NU merekomendasikan pembahasan materi isu Lingkungan ke Munas NU. Di NU sebagian orang masih menganggap isu lingkungan itu biasa ajah, bahkan di NU sendiri tidak ada yang peduli , bahkan dulu ada pembahasan tentang sampah, tapi tidak ada gerakan selanjutnya.
Kebetulan aku dan pak sarmidi jadi panitia mengusulkan pembahasan isu lingkungan ke materi MUNAS NU, Sebelumnya kami telah membuat Landasan, peraturannya dan deskripsi manfaat dan mudhorotnya sampah plastic. hal itu banyak yang mendukung pembahasannya dan bahkan di apresiasi oleh Jokowi karena NU berperan dalam lingkungan, ini merupakan sukses story bagaimana para kyai membahas, mengkaji di MUNAS NU dan aku melihat itu. Sekarang ini NU masuk dalam anggota Forum pengendalian plastic Indonesia yang terdiri dari banyak kementrian dan lembaga lainnya di dalam nya yang di wakilkan oleh LPBI NU (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Bu fitri merekomendasikan isu Lingkungan tersebut atas dasar kondisi di Indonesia, PBNU merupakan ormas besar yang harus mengambil peran dan
102
kontribusi untuk lingkungan, sudah banyak yang di lakukan oleh Aktivis NU, tetapi jika tidak disuarakan oleh PBNU maka tidak akan terlihat hasilnya. Maka dari itu dengan adanya fatwa tersebut masyarakat luar menganggap NU memiliki kontribusi yang kongkrit untuk lingkungan.
Kegiatan Munas NU dibanjar sangat dimanfaatkan para pengurus BSN LPBI NU menjadi salah satu strategi memobilisasi modal untuk meraih keinginan yang ingin dicapai. Dalam arena para aktor harus menggunakan serta mempertaruhkan modal yang dimilikinya untuk menentukan nasib para aktor.
Dalam pembentukan awal Bank Sampah Nusantara LPBI NU, Bu fitri menggunakan modal simboliknya sebagai sekretaris LPBI NUnya, dimana dirinya memiliki jaringan yang dapat membantu mencari orang yang suka rela bergabung tanpa paksaan serta tanpa diberikannya jaminan jabatan atau meteri berbentuk gaji pokok sekalipun. Bu fitri percaya akan orang-orang yang ia ajak bergabung Ke BSN sebagai bentuk pengabdiannya pada NU.
Alhamdulillah BSN mungkin lebih berberfikir kepada pengaruhnya terhadap lingkungan, bukan tentang keuntungan, lebih kepada pengabdian kepada NU dan lingkungan. Bahkan di BSN itu mencari pengurus yang fokus kepada pengalaman dan skill yang mereka punya untuk mengembangkan BSN (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Dalam wawancara bu Fitri dapat dikatakan terdapat simbol pengabdian menjadi hal yang berpengaruh dalam merekrut anggota BSN. Bu Fitri mendapatkan legitimasi dari para anggota baru BSN karena Bu Fitri memiliki pengalaman dalam hal manajemen sampah. Dalam wawancara bu fitri mengatakan :
103
Seperti pak rohman juga, dia sebagai pengurus BSN yang awalnya daftar untuk launching ekobrik sebagai peserta pelatihan bukan untuk BSN/LPBI, pelatihan itu kita yang bayar, untuk peserta itu kita gratiskan makanya yang daftar itu banyak banget, gak hanya dari jakarta dari luar jakarta juga daftar. Nah Pak rohman memang kesehariannya sering nongkrong dan bantu di PBNU dan kita juga kliat kecenderungannya pak rohman tuh makin kesini makin keliatan keperduliannya terhadap lingkungan dan ya kita ajak masuk BSN. (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Dapat dikatakan bahwa bu fitri sudah memiliki strategi dalam perekrutan anggota BSN LPBI NU, sebagai aktor yang memiliki jabatan struktural serta pengalaman yang cukup akan di segani oleh orang awan khususnya. Saat itu, pak Rohman hanya menjadi seniman yang terampil dibidang ekobrik, kemudian setelah di ajak BSN pak rohman lebih banyak aktif BSN dan menjadikan dirinya sebagai fasilitator ekobrik di daerah-daerah sebagai bentuk sosialisasi pencegahan kerusakan lingkungan. Hal itu juga terjadi pada pak Yusuf Dullahi sebagai anggota BSN LPBI NU, dalam wawancaranya Bu fitri mengatakan :
Rekrutmen BSN berbeda, dulu itu memang awalnya dulu itu kita pengurus LPBI yang memang kita lihat punya kecenderungan soal lingkungan, trus ada beberapa temen yang paham soal bank sampah, tapi kita juga melihat beberapa temen yang punya keterampilan misalnya ekobrik, contohnya pak yusuf dullahi, awalnya beliau belum perduli akan lingkungan, dia seniman murni NU, trus kita coba ajak “bang bagaimana kalo kita konsern keterampilan seni abang tapi dari bahan bahan bekas yang kita daur ulang?” yaaa akhirnya lama kelamaan namanya seniman kan juga timbullah rasa kesadaran diri, oh iya ide ide nya gagasannya dia , kita tinggal kasih modal daur ulang yang bisa kita jadikan sesuatu yang bisa di hasilkan di bank sampah gitu, jadi kita tuh tidak melatih orang orang yang sudah memiliki keterampilan, punya bakat seni dan pengalaman yang kita ajak gabung di BSN tapi kemudian kita ubah mindsetnya. (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Pernyataan bu fitri menandakan bahwa pak Dullahi menerima sesuatu hal yang wajar dalam ruang geraknya. Pak Dullahi yang sebelumnya hanya seniman,
104
tapi setelah bergabung dalam BSN dirinya melakukan kegiatan-kegiatan peduli lingkungan sesuai dengan posisi jabatan.
Alasan para anggota untuk bergabung ke dalam BSN adalah karena dominasi modal yang dimiliki oleh bu Fitri. Hal ini menandakan adanya doxa dan kekerasan simbolik yang dilakukan oleh bu Fitri dalam hal rekrutmen BSN LPBI NU. Para anggota BSN memang tidak menyadari terdapat kekerasan simbolik, karena bentuk kekerasan ini tersirat pada modal yang dimiliki oleh bu Fitri dengan beberapa strategi yang di terapkan olehnya.
Setelah merekrut para anggota BSN yang dianggap menjadi relawan, bu fitri dengan para anggota BSN lainnya memiliki strategi bertahan untuk mengembangkan BSN. Bu fitri dan aktor lainnya mensosialisasikan tujuan dan manfaat adanya BSN kepada PBNU dan lembaga NU lainnya. Seperti yang di katakan bu fitri dalam wawancaranya :
Dulu waktu pembentukan memang ada pandangan sebelah mata dari lembaga lain, karena sampah merupakan hal yang menjijikan dan tidak menguntukan. Hal ini menjadi kerja keras pengurus BSN untuk memperjuangkan kegiatan BSN Ini tidak akan sia sia, harus di berlakukan dan harus di kerjakan. Unit kegiatan ini adalah program kerja lembaga, dimana kita membawa nama lembaga bahkan NU juga, kita harus buktikan bahwa BSN memang berguna untuk masyarakat dan membawa nama baik NU. Tanggapan PBNU diawal agak meragukan karena pemikirannya adalah sampah yang kotor, tapi kita sudah punya mitra dengan yang lain. PBNU mendukung penuh kegiatan kegiatan BSN dengan mengapresiasi kegiatan kami, hadir membuka, memberikan tempat bahkan kami juga kontrak, Kalo LPBI karena program kerjanya berkaitan denngan lingkungan memang sudah komitmen mendukung penuh, tapi apakah BSN ini akan tetap selalu konsisten sebagai unit kegiatannya LPBI NU. Kita membuat tim yang mampu bekerja sama, mampu membangun kesadaran dan komitmen yang tinggi terhadap keperdulian lingkungan secara ikhlas. (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
105
Pernyataan bu Fitri dapat dikatakan bahwasanya para anggota BSN menjadi aktor yang bekerja keras dalam perkembangan BSN. Strategi bertahan yang digunakan para aktor adalah komitmen dan niat sebagai bentuk pengabdian dalam mempertahankan BSN. Para aktor dituntut untuk belajar terkait pengolahan sampah, mengikuti segala pelatihan untuk menunjang keterampilan serta kemampuannya, dan para aktor juga menerapkan diri menjadi pengurus BSN secara sukarela.
Dalam ungkapannya bu fitri :
lembaga akan melihat mereka kader kader yang aktif, yang rajin, yang mau berkembang pasti akan berkembang. Orang orang inilah yang akan mendapatkan reward, kalo di BSN ketika dia di percaya menjadi narasumber, menjadi trainer mewakili BSN jadi kalo misalkan belum di tugaskan apa apa berarti menurut lembaga kapasitas mereka belum terpenuhi. Hal itu jadi memacu mereka untuk belajar dan mengembangkan diri dan bakat mereka sampai mereka menjadi layak untuk menjadi narasumber. (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020)
Wawancara bu fitri di atas dapat dikatakan para aktor dituntut menjadi influencer, fasilitator dan lainnya dalam unit kegiatan BSN LPBI NU. Posisi ini lah yang membuat para aktor harus banyak belajar dan menambah pengalaman mereka sebagai modal yang akan di pertaruhkan pada arena. Seperti yang diungkapkan oleh mas Yani :
kami masing masing belajar tanpa pengetahuan awal di ranah sampah.
aku banyak belajar dari buku dan orang orang yang udah pernah turun langsung tentang sampah. (wawancara dengan Sdr. Yani 02 Oktober 2020)
Mas Yani mengungkapkan hal tersebut karena dirinya sebelumnya belum mengerti tentang kegiatan pemilahan sampah. Mas yani berfikir kembali
106
untuk menjadi influencer atau fasilitator dirinya harus memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan pesertanya. Para aktor arus mengetahui terlebih dahulu gerakan perduli lingkungan dan menerapkan kegiatan tersebut pada dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan Nurul dalam wawancara :
Aku merubah diri sendiri tanpa menggunakan plastik ajah susah banget bahkan untuk membawa tempat makan ajah aku malu, setelah aku menerapkan hal tersebut aku merasa diri sendiri lebih bersih, disiplin sama diri sendiri dan lebih perduli kepada lingkungan tanpa menggunakan tanpa plastik. Aku berfikir si bi kalo misalkan tidak ada ada kesadaran tentang sampah dari diri sendiri dari kita manusia di bumi aku yakin dunia akan hancur oleh sampah. (wawancara dengan Sdr.
Munnisa, 11 September 2020).
Ungkapan Munnisa menyatakan bahwa ada hal hal yang sulit untuk para aktor tapi itu merupakan usaha mereka untuk mengembangkan modal yang aktor miliki. Pada praktiknya, aktor harus menerapkan gerakan peduli lingkungan untuk diri sendiri agar memiliki pengalaman tersendiri sebagai modal kultural untuk meyakinkan orang lain.
Kemudian dalam mengembangkan bank sampah nusantara LPBI NU para aktor memanfaatkan modal sosialnya kepada keluarga, teman terdekat dan lingkungan sekitar aktor. Seperti yang di katakan oleh bu ai dalam wawancaranya :
sosialisasi di keluarga terdekat dulu seperti anak anak saya kalo misalkan abis makan atau memiliki sampah tidak membuang sampah sembarangan, bahkan sejak sekarang saya sudah ajarkan anak anak untuk memilah sampah dan saya juga mendirikan dan menjalankan sekolah rintisan yang mengajarkan anak anak memilah sampah, sampai tiap minggu juga anak anak bawa sampah untuk di kumpulkan dan di timbang, yang plastiknya di daur ulang di bikin ekobrik. Nama sekolahan yang saya rintis adalah RA baitil Khairi Sumedang. Saya bersama tim
107
mendirikan sekolah tersebut (wawancara dengan Sdr. Ai, 08 September 2020).
Pernyataan bu ai menyatakan dirinya memanfaatkan jaringan yang dirinya punya, bu Ai menerapkan pemilihan sampah pada kelurganya dan mengajak teman-temannya untuk membangun sekolah rintisan yang akan berpengaruh kepada lingkungan sekitar. Hal itu juga dilakukan oleh pak lukman, dirinya masuk kedalam jaringan karang taruna di daerahnya. Seperti yang di ungkapkan pak lukman :
saya masuk ke karang taruna, buat sosialisasi sama pemuda–pemuda buat lebih perduli lagi sama lingkungan sekitar.... banyak , saya sampai bikin paguyuban, dijakarta barat itu PAMPEL ( Paguyuban Masyarakat peduli Lingkungan), dijakarta utara itu APEL (Aksi Peduli Lingkungan).
(wawancara dengan Sdr. Lukman, 11 September 2020)
Dalam wawancara pak Lukman bisa dikatakan dirinya bukan hanya memanfaatkan satu modal dalam praktik sosialnya, dirinya juga memanfaatkan pengalaman tentang lingkungan sebagai modal kultural untuk mengembangkan BSN di lingkungan rumahnya.
Para aktor juga berperan dalam mengajak masyarakat sekitar PBNU untuk melakukan kegiatan BSN, sehingga ada perubahan pola hidup menjaga kebersihan di lingkungan sekitar PBNU dan rumah masing-masing masyarakat yang ikut dalam kegiatan tersebut. Hal ini di katakan oleh Reni dalam wawancaranya :
BSN LPBI NU datang untuk sosialisasi, awalnya terkait sampah. Padahal warga kenari sudah menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan, ternyata sosialisasinya berkaitan dengan dampak dan bahaya sampah plastik, ternyta sampah plastik seperti ini dan bahayanya seperti ini. kita tuh membedakan antara sampah plastik dan organik.
108
Sampah plastik yang harusnya di buang kemana dan diapapin gitu, ada sampah yang bisa di daur ulang dan tidak bisa terurai, sehingga warga kenari tuh di ajarkan juga untuk memilah sampah tersebut. trus juga awal awal itu ada Pembukaan BSN kalo gak salah ada kampanye stop penggunaan plastik, warga kenari juga di undang dan di sosialisasikan kembali terkait bahaya sampah plastik (wawancara dengan Sdr. Reni, 30 September 2020).
Dalam wawancara di atas dapat dikatakan bahwa, dalam praktiknya BSN memanfaatkan jaringan sosial terhadap masyarakat sekitar lingkungan PBNU, undangan atau ajakan pengurus BSN tenyata mendapat antusias dari masyarakat sekitar sehingga masyarakat sekitar PBNU juga ikut berpartisipasi. Partisipasi masyarakat sekitar bukan hanya pada warga kenari saja, tetapi juga warga kelurahan Kramat Lontar juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan serta kajian yang di adakan oleh BSN dengan Program Ngaji plastik. Seperti yang diungkapkan oleh Reni dalam wawancaranya :
trus juga terdapat kajian kajian yang BSN kasih tau. Kita juga di undang untuk dateng ngaji plastik, di kasih tau cara memilah sampahnya kaya gimana, ngaji plastik ini mengkaji proses plastik untuk bisa di daur ulang, nah trus di ajarin Ekobrik. Bahkan bukan hanya sekali saja, ada tahap tahap sosialisasi kedua dan ketiga dengan kegiatan ngaji plastik. Ngaji plastik waktu pertama kali bapak ibu warga kenari dan kramat sentiong, trus ngaji plastik kedua yaitu anak anak daerah setempat juga (wawancara dengan Sdr. Reni, 30 September 2020).
Dalam wawancara tersebut, dapat dikatakan juga bahwa praktik yang dilakukan oleh BSN di dalam ruang sosialnya memiliki banyak kegiatan untuk mengajak masyarakat dalam membentuk habitus pola hidup bersih dalam menjaga lingkungan.
Selain itu para aktor menggunakan jaringan sosial mereka untuk mencari dan menjadikan kelompok lain sebagai mitra kerja kegiatan BSN LPBI NU.
109
kegiatan yang lakukan oleh BSN LPBI sudah cukup berpengaruh bahkan sudah banyak kerja sama dengan beberapa perusahan NGO. Para aktor bukan hanya sosialisasi tentang BSN pada internal saja ada lembaga di luar NU juga bekerja sama dengan BSN karena kebermanfaatannya di lingkungan. Dalam wawancaranya bu fitri mengatakan :
Strategis yang aku lakukan untuk mengembangkn BSN adalah jaringan yang kita punya. Apresiasi dari mitra adalah penyemangat untuk pengurus BSN. Memperluas teman dan jaringan dengan cara masuk kedalam grup lingkungan bahkan kerjasama dengan lembaga lain dan disitu kita memperkenalkan BSN. Sehingga kita mendapatkan tawaran salah satu mitra dengan adanya beberapa permintaan, dan kita menyanggupi sehingga mendapatkan apresiasi baik dari mitra tersebut, nah mitra ini juga memperkenalkan kami dengan mitra lainnya yang membuat kami memiliki banyak mitra untuk bekerja sama. Hasil dari kerja sama ini untuk memenuhi kebutuhan BSN dan pengurusnya (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Ungkapan bu Fitri dapat dikatakan para aktor memiliki strategi untuk berusaha mempertahankan posisi mereka dengan menemukannya hubungan yang dapat meningkatkan posisi mereka sehingga dapat menguntungkan bagi unit kegiatan BSN. Dalam kegiatan Munas di tahun 2017 juga berhasil mendapatkan apresiasi dari Presiden Jokowi sehingga BSN menjadi lebih dikenal dikalangan masyarakat umum dan dapat menarik perhatian organisasi lainnya yang ingin bekerja sama dengan BSN LPBI NU. Alasan lain banyak organisasi yang tertarik dengan BSN karena ada perbedaan cara pandang terhadap NU, seperti yang dikatakan oleh bu fitri :
Tapi karena berkah NU sangat bermanfaat bagi aku dan teman teman lainnya. Karena orang melihat NU kan adalah ormas yang fokus bidang sosial, agama, politik dan tiba tiba kami NU yang bagiannya tentang sampah dan lingkungan jadi membuat orang di luar NU tertarik pada kami (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
110
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa NU merupakan organisasi yang berada pada bidang apapun, bukan hanya tentang agama dan politik saja, tetapi ada pemikiran bahwa NU juga menangani isu sosial dan lingkungan bahkan sampah sekalipun. BSN LPBI NU juga meningkatkan partisipasi dan peran masyarakat dengan mengajak para pihak (stakeholders) untuk menjalin kerjasama dalam setiap kesempatan seperti dari pihak masyarakat atau komunitas mitra kerjanya adalah LSM/ NGO, kelompok komunitas berkebutuhan khusus, pondok pesantren, madrasah/ sekolah, majelis taklim, kelompok pemuda (Karang Taruna), kelompok ibu-ibu (PKK) serta paguyuban sejenis lainnya. Hal itu yang membuat ketertarikan NGO atau mitra lain untuk kerja sama bakan memberikan apresiasi terhadap BSN LPBI NU.
Bukan hanya itu saja, BSN yang terbentuk dalam lingkup pesantren juga mendapatkan apresiasi sebagai pesantren yang menerapkan kebersihan serta gerakan kepedulian terhadap lingkungan yang biasa di sebut dengan pesantren hijau. Seperti yang di katakan oleh bu fitri :
Begitupun dengan pembentukan cabang BSN, kita membuat dan mengajarkan pengurus cabang BSN agar mereka juga bisa mengedukasi cabang cabang lainnya di daerah, bahkan ada apresiasi penilaian tentang pengelolaan sampah dengan baik, bahkan pesantren juga di apresiasi oleh dishub kita merasa senang dan bangga sebagai pengurus. (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Kegiatan pesantren hijau adalah kegiatan yang memberdayakan pesantren sebagai tolak ukur pesantren lainnya sebagai pesantren yang menerapkan kebijakan keperdulian terhadap lingkungan dan sampah, Seperti yang di katakan bu ai :
111
Mulai dari kita lebih penanggulangan individu dan komunitas, misalnya kita mengadakan program pesantren hijau, pesantren hijau kan berarti yang kita tanggulangi prilaku perilaku santri di ponpes agar mereka tanggap terhadap kelestarian lingkungan, lebih ke personal orang orang dulu kalo yang aku ikutin selama aku di LPBI, aksi yang kita lakukan setelah sosialisasi terkait sampah kita juga melakukan go green, bikin biopori di lingkungan pondok pesantrennya, bikin tempat pembuangan sampah sementara, memfasilitasi membuat tempat sampah juga dan melakukan penghijauan menanam hidroponik (wawancara dengan Sdr.
Ai, 08 September 2020).
Gambar III. D . 1 : Sosialisasi Program Pesantren Hijau
Sumber : Instagram BSN LPBI NU
Kegiatan lain yang di lakukan oleh BSN LPBI NU adalah peningkatan kapasitas masyarakat, yakni dengan melakukan program roadshow ke beberapa
112
titik kunjungan di daerah, kemudian aktor-aktor dari BSN LPBI NU menyelenggarakan pelatihan model pengelolaan bank sampah berbasis komunitas hingga persebarannya mencapai 158 Unit Cabang.
Tabel III.D. 1 : Jumlah Sebaran Unit Cabang BSN LPBI NU No. Nama Daerah Jumlah
1. Jabodetabek 15
2. Jawa Timur 125
3. Jawa Tengah 2
4. Jawa Barat 3
5. Banten 1
6. Pontianak 1
7. Lampung 1
8. Palu 10
Jumlah Total 158
Sumber: Diolah berdasarkan data base BSN LPBI NU, 2019.
Pada praktik sosialnya, para aktor menggunakan modal yang mereka miliki untuk dapat mengembangkan produk mereka, seperti modal kultural yang dimiliki oleh para anggota BSN. Aktor juga mengharapkan feedback dari para mitra kerjanya, seperti yang dikatakan oleh bu fitri dalam wawancara :
Oh iya kami juga sering di undang menjadi narasumber, nah hal itu menjadi kesempatan kami dalam membentuk cabang baru BSN. atau misalkan ia ingin narasumber berbayar, mereka di kasih pilihan untuk
113
narasumber yang berbayar atau membuat cabang BSN sebagai feedback kami menjadi narasumber (wawancara dengan Sdr. Fitri, 30 September 2020).
Pernyataan yang diungkapkan oleh bu fitri dapat dikatakan dalam praktik pengembangan BSN terdapat kekerasan simbolik menggunakan modal kultural yang para aktor BSN miliki. Para mitra di ajukan dengan pilihan menggunakan narasumber yang berbayar atau mendirikan cabang BSN yang baru. Jika mereka ingin membuat cabang juga harus dengan mengisi form yang harus di lakukan
Pernyataan yang diungkapkan oleh bu fitri dapat dikatakan dalam praktik pengembangan BSN terdapat kekerasan simbolik menggunakan modal kultural yang para aktor BSN miliki. Para mitra di ajukan dengan pilihan menggunakan narasumber yang berbayar atau mendirikan cabang BSN yang baru. Jika mereka ingin membuat cabang juga harus dengan mengisi form yang harus di lakukan