• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANKAN, SISTEM PEMBAYARAN, DAN

A. Intermediasi Perbankan

Di tengah kondisi perekonomian domestik yang masih relatif lemah, kinerja perbankan di Provinsi DKI Jakarta mengalami sedikit penurunan di sisi fungsi intermediasi dan risiko kredit. Walaupun masih dalam batas yang aman, kondisi ini memberikan tambahan tekanan terhadap stabilitas sistem keuangan. Penurunan fungsi intermediasi sebagaimana tercermin pada turunya Loan to Deposit Ratio (LDR) terjadi karena masih adanya pesimisme terhadap perekonomian yang mengakibatkan masyarakat menunda konsumsi, dan memilih untuk menyimpan dana. Pertumbuhan kredit masih belum optimal dengan tingkat pertumbuhan yang hanya mencapai 9,35%, sementara penghimpunan DPK tumbuh 14,88% (yoy). Penurunan kinerja perbankan juga tercermin dari risiko kredit dengan NPL yang meningkat akibat masih lambatnya pertumbuhan ekonomi dan terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Namun depresiasi rupiah berdampak positif terhadap kinerja keuangan perbankan yang mampu memperoleh peningkatan laba khususnya dari keuntungan transaksi spot dan derivatif. Sementara itu, meski mengalami perlambatan, kinerja sistem pembayaran dan pengelolaan uang di Provinsi DKI Jakarta dapat turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui kemampuannya melayani permintaan transaksi nontunai dan penyediaan kualitas uang yang lebih baik untuk transaksi tunai.

A. Intermediasi Perbankan

Masih rentannya sisi permintaan mengakibatkan penyaluran kredit perbankan belum berjalan secara optimal dan berdampak pada turunnya intermediasi perbankan pada triwulan III 2015. Hal ini tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) yang lebih rendah pada triwulan laporan, yaitu

menjadi sebesar 54,58%, dari triwulan sebelumnya sebesar 55,91%. Sebagaimana terlihat pada grafik 4.1.1, perkembangan LDR menunjukkan kecenderungan untuk terus menurun sejak triwulan II 2014. LDR sempat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan III 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 40

meningkat pada triwulan II 2015, namun kembali turun pada triwulan laporan. Turunnya LDR disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana (DPK). Masyarakat lebih memilih untuk menunda konsumsinya dan meningkatkan simpanan, sehingga pertumbuhan DPK lebih tinggi dari pertumbuhan kredit.

54.58% 48% 50% 52% 54% 56% 58% 60% 62% 64%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 0 5 10 15 20 25 30 35

I II III IV I II III IV I II III 2013 2014 2015

gKredit Modal Kerja gKredit Investasi gKredit Konsumsi

(%, yoy)

Grafik 4.1.1 LDR Perbankan Jakarta Grafik 4.1.2 Penyaluran Jenis Kredit

Perbankan

Kredit perbankan di Provinsi DKI Jakarta (berdasarkan lokasi proyek) pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp1.234,88 triliun atau tumbuh 9,35% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Angka

ini lebih tinggi dari triwulan II 2015 yang tumbuh sebesar 8,66% (yoy). Pertumbuhan terutama ditopang oleh meningkatnya kredit investasi. Pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan sebesar 16,53% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 13,51% (yoy). Hal ini sejalan dengan perkembangan investasi di Provinsi DKI Jakarta yang juga meningkat. Kredit modal kerja tumbuh 6,65% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 6,85% (yoy). Pertumbuhan kredit konsumsi juga mengalami perlambatan, yaitu dari 6,95% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 6,83% (yoy) pada triwulan laporan. Masih lambatnya pertumbuhan kredit konsumsi terutama disebabkan oleh menurunnya kredit rumah tangga untuk properti dan kendaraan bermotor. Kondisi perekonomian global dan nasional yang cukup bergejolak menyebabkan masyarakat menunda konsumsi. Namun laju kontraksi sedikit tertahan dengan meningkatnya penyaluran kredit multiguna.

Pembiayaan sektor korporasi berangsur membaik seiring dengan mulai pulihnya perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Pertumbuhan kredit korporasi

meningkat, yaitu dari 8,95% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 9,77% pada triwulan III 2015. Akan tetapi penyaluran kredit tersebut belum berjalan secara optimal. Sebagaimana terlihat pada grafik 4.1.3, rasio kredit swasta terhadap

PDRB sejak triwulan IV 2014 masih terus berada di bawah tren jangka

panjangnya1. Hal ini mengindikasikan bahwa pembiayaan sektor korporasi

masih relatif rentan. Berdasarkan lapangan usahanya, proporsi penyaluran kredit korporasi didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu perdagangan besar dan eceran (17,94%), industri pengolahan (14,68%), dan perantara keuangan (12,32%). Pertumbuhan historis kredit korporasi secara keseluruhan dan tiga sektor utama dapat dilihat pada grafik 4.1.4.

150% 160% 170% 180% 190% 200% 210% 220% 230%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rasio Kredit Swasta terhadap PDRB Trend Jangka Panjang

(10.00) 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

I II III IV I II III IV I II III 2013 2014 2015 Sektor Korporasi Perdagangan Besar dan Eceran Industri Pengolahan Perantara Keuangan

Grafik 4.1.3 Rasio Kredit Swasta

terhadap PDRB

Grafik 4.1.4 Pertumbuhan Kredit Sektor

Ekonomi Utama

Masih lemahnya konsumsi rumah tangga mengakibatkan penyaluran kredit sektor rumah tangga belum mengalami peningkatan yang signifikan. Porsi kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor rumah

tangga pada triwulan III 2015 sebesar 13,88% atau senilai Rp171,46 triliun. Penyaluran kredit kepada sektor ini masih melanjutkan tren perlambatan, meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan yang terjadi sebesar 6,83% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,95% (yoy).

Kredit untuk rumah tangga dapat dikelompokan menjadi tiga sektor, yaitu perumahan, kendaraan dan multiguna. Kredit perumahan dan multiguna mencapai pertumbuhan positif, yaitu masing-masing sebesar 0,20% (yoy) dan 14,09% (yoy), sedangkan untuk kendaraan mengalami kontraksi sebesar 2,64% (yoy). Kontraksi yang terjadi menunjukkan kegiatan konsumsi masyarakat yang masih rendah, sejalan dengan masih terbatasnya perbaikan kondisi perekonomian Jakarta. Laju kontraksi kredit kendaraan bermotor dapat tertahan oleh penyaluran kredit untuk pemilikan sepeda bermotor yang tumbuh sebesar 32,82% (yoy).

1 Tren jangka panjang diperoleh melalui Hodric-Prescott filter dengan nilai λ=1600,

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan III 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 42 -20.00% -15.00% -10.00% -5.00% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 200.00

I II III IV I II III IV I II III 2013 2014 2015

Perumahan Kendaraan Multiguna gPerumahan gKendaraan gMultiguna

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 2013 2014 2015

Kredit Mikro Kredit Kecil

Kredit Menengah Kredit UMKM (Lokasi Proyek)

(Triliun Rp)

Grafik 4.1.5 Perkembangan Kredit

Perbankan ke Rumah Tangga

Grafik 4.1.6 Perkembangan Kredit

UMKM

Berdasarkan skala usaha, penyaluran kredit UMKM masih melanjutkan tren perlambatan sebagaimana triwulan sebelumnya. Pangsa kredit UMKM

pada triwulan III 2015 menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 9,57% menjadi 9,07%. Pertumbuhan kredit UMKM juga menunjukkan perlambatan, yaitu dari 9,18% pada triwulan II 2015 menjadi 7,63% pada triwulan III 2015. Perkembangan historis kredit UMKM dapat dilihat pada grafik 4.1.6. Melambatnya pertumbuhan kredit UMKM terutama disebabkan karena turunnya penyaluran kredit mikro dan menengah, meskipun penyaluran kredit kecil masih tumbuh. Kredit mikro tumbuh 18,75% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 29,62% (yoy). Kredit kecil tumbuh 0,47% (yoy) sedangkan pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 3,80% (yoy). Adapun kredit menengah pertumbuhannya adalah 7,38% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 8,05% (yoy).

Pada triwulan laporan, seluruh porsi kredit UMKM disalurkan kepada sektor korporasi. Empat sektor yang mendapat porsi kredit terbesar adalah sektor perdagangan besar dan eceran (39,14%); sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya (13,10%); sektor industri pengolahan (11,97%); dan sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan (11,09%). Penyaluran kredit kepada empat sektor tersebut menunjukkan perkembangan positif, meskipun terdapat perlambatan. Sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya mengalami penurunan pertumbuhan terbesar, yaitu dari 24,18% (yoy) menjadi 17,82% (yoy).

(40.00) (20.00) 20.00 40.00 60.00 80.00

I II III IV I II III IV I II III 2013 2014 2015

gReal Estate, Us.Persewaan dan Js. Perusahaan gPerdagangan Besar dan Eceran

gJs. Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan & Perorangan Lain gIndustri Pengolahan

5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00

I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 - Rupiah - Valas gKredit Rupiah gKredit Valas (Triliun Rp) (%, yoy)

Grafik 4.1.7 Pertumbuhan Kredit UMKM

Sektor Utama

Grafik 4.1.8 Perkembangan Kredit

Berdasarkan Valuta

Berdasarkan jenis valuta, gejolak nilai tukar berdampak pada turunnya penyaluran kredit valas. Pertumbuhan kredit valas pada triwulan laporan

sebesar 8,85% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II 2015 sebesar 11,79% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan kredit rupiah meningkat dari 7,49% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi 9,55% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini mengakibatkan porsi kredit rupiah sedikit meningkat, yaitu dari 72,06% menjadi 72,25%. Perkembangan historis kredit berdasarkan valuta dapat dilihat pada grafik 4.1.8.

Berdasarkan wilayahnya, penyaluran kredit di Provinsi DKI Jakarta pada triwulan III 2015 terfokus di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Porsi Kepulauan Seribu masih sangat kecil, yaitu sebesar 0,12%, sehingga wilayah tersebut mampu mencatatkan pertumbuhan yang tinggi hingga

mencapai 742,31% (yoy). Jakarta Pusat mengalami peningkatan

pertumbuhan yaitu dari 11,79% (yoy), menjadi 17,43% (yoy). Wilayah lain yang mengalami peningkatan pertumbuhan adalah Jakarta Barat, yaitu dari 7,02% (yoy) menjadi 9,48% (yoy) dan Jakarta Timur, dari 2,47% (yoy) menjadi 6,95% (yoy). Sementara itu pertumbuhan di Jakarta Utara tercatat sebesar 4,43%, lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 7,74% (yoy). Jakarta Selatan juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 7,26% (yoy) menjadi 3,22% (yoy). Penyebaran dan pertumbuhan kredit pada masing-masing wilayah Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada grafik 4.1.3 dan 4.1.4.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan III 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 44 Kota Jakarta Pusat 37% Jakarta Utara 11% Kota Jakarta Barat 12% Kota Jakarta Selatan 34% Kota Jakarta Timur 6% Kepulauan Seribu 0% -100.00% 0.00% 100.00% 200.00% 300.00% 400.00% 500.00% 600.00% 700.00% 800.00% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00%

I II III IV I II III IV I II III 2013 2014 2015 Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu

Grafik 4.1.9 Penyebaran Kredit di

Wilayah DKI Jakarta

Grafik 4.1.10 Pertumbuhan Kredit Pada

Setiap Wilayah DKI Jakarta2

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Provinsi DKI Jakarta menunjukkan peningkatan. Perbankan

Provinsi DKI Jakarta berhasil menghimpun dana DPK sebesar Rp2.262,63 triliun, meningkat 14,88% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka pertumbuhan tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan kondisi triwulan II 2015, yang tumbuh sebesar 13,84% (yoy). Pertumbuhan DPK yang terjadi pada triwulan laporan terutama bersumber dari perkembangan deposito dan giro. Deposito tumbuh 5,50% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 3,43% (yoy). Sementara itu, giro tumbuh 25,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 19,12% (yoy). Adapun tabungan tumbuh 12,75% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 14,58% (yoy).

Berdasarkan jenis valutanya, penghimpunan DPK masih didominasi oleh valuta rupiah. Porsi valuta rupiah pada triwulan laporan adalah 72,46%,

sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 72,52%. DPK dalam valuta asing menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 26,02% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 25,68% (yoy). Sementara itu pertumbuhan DPK dalam valuta rupiah adalah 11,14% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 9,92% (yoy).

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00

I II III IV I II III IV I II III 2013 2014 2015 Giro Tabungan Deposito gDPK (Skala Kanan) (Triliun Rp) (%, yoy) 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 2015 Kredit Rupiah Kredit Valas gKredit Rupiah gKredit Valas

Grafik 4.1.11 DPK Perbankan Jakarta Grafik 4.1.12 Perkembangan DPK

Berdasarkan Valuta

Berdasarkan wilayahnya, penghimpunan DPK Provinsi DKI Jakarta pada triwulan III 2015 terutama bersumber dari wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Porsi Kepulauan Seribu masih sangat kecil, yaitu sebesar

0,001% untuk DPK. Penyebaran dan pertumbuhan DPK dapat dilihat secara rinci pada grafik 4.1.3 dan 4.1.4.

Kota Jakarta Pusat 39% Kota Jakarta Utara 11% Kota Jakarta Barat 11% Kota Jakarta Selatan 35% Kota Jakarta Timur 4% Kepulauan Seribu 0% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% I II III IV I II III 2014 2015

Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat

Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu

Grafik 4.1.13 Penyebaran DPK di

Wilayah DKI Jakarta

Grafik 4.1.14 Pertumbuhan DPK Pada

Setiap Wilayah DKI Jakarta3

Mengingat pangsanya yang masih sangat kecil, Kepulauan Seribu mampu mencatatkan pertumbuhan DPK tertinggi hingga mencapai 209,25% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK di Jakarta Pusat tercatat sebesar 19,06% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 13.86% (yoy). Jakarta Utara juga mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 9,71% (yoy) menjadi 10,97% (yoy). Jakarta Barat mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari 14,68% (yoy) menjadi 11,60% (yoy). Jakarta Selatan juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 14,05% (yoy) menjadi 13,03% (yoy). Adapun Jakarta Timur mencatatkan pertumbuhan sebesar 13,04% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 18,34% (yoy).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan III 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 46

Dokumen terkait