• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh terbatas pada triwulan IV 2015

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh terbatas pada triwulan IV 2015.

Terbatasnya konsumsi rumah tangga sejalan dengan optimisme konsumen yang cenderung melemah, tercermin pada perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen (BI) (Grafik V.5 dan V.6). Namun terdapat faktor positif dari sisi daya beli yaitu pencairan Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) PNS dan dorongan dari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Meskipun DKI Jakarta belum akan menyelenggarakan Pilkada, dorongan konsumsi akan berasal dari pengeluaran Kantor Pusat Partai Politik yang ada di Jakarta.

Grafik VI.5 Indeks Tendensi Konsumen

BPS

Grafik VI.6 Indeks Ekspektasi Konsumen,

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan III 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 58

Konsumsi pemerintah tumbuh membaik sejalan dengan optimalisasi penyerapan anggaran dan pembangunan infrastruktur strategis.

Membaiknya konsumsi pemerintah didorong oleh membaiknya penyerapan anggaran Pemerintah daerah dan Pemerintah pusat. Upaya Pemerintah provinsi DKI Jakarta melalui pembentukan Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran Daerah mampu mendorong peningkatan realisasi anggaran. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta menetapkan program prioritas yaitu penambahan armada Transjakarta, pembangunan Light Rail Transit (LRT), pembangunan rumah susun, dan pembebasan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH). Di sisi lain, belanja pemerintah tumbuh meningkat bersumber dari peningkatan belanja barang dan modal terutama untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur.

Investasi di Jakarta berpotensi tumbuh lebih baik sejalan dengan meningkatnya progres pembangunan infrastruktur. Pembangunan

berbagai proyek infrastruktur strategis masih terus berlanjut sesuai rencana seperti pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), Terminal Peti Kemas Kalibaru (New Priok), jalan tol akses Priok, jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta, dan Light Rail Transit (LRT). Selain itu, terdapat pula dukungan investasi bangunan dari sektor properti komersial dan residensial setelah pelonggaran LTV sektor properti.

Kinerja ekspor barang DKI Jakarta masih tumbuh terbatas, sementara ekspor jasa mengalami peningkatan. Masih terbatasnya Hal tersebut juga

terindikasi oleh pelemahan ekspor kendaraan bermotor. Sementara itu, ekspor jasa mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Jakarta. Peningkatan jumlah wisman tersebut didorong oleh kebijakan pembebasan visa untuk beberapa negara tertentu. Selain itu, kedatangan wisman ke Jakarta sebagian besar untuk tujuan bisnis yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian DKI Jakarta

Grafik VI.5 Ekspor Kendaraan Bermotor DKI

Jakarta

Grafik VI.6 Wisatawan Mancanegara ke DKI

Kinerja lapangan usaha jasa-jasa tumbuh membaik ditopang oleh mulai membaiknya permintaan domestik. Kinerja lapangan usaha utama yaitu

perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi, konstruksi serta lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi tumbuh membaik pada triwulan IV 2015, ditopang oleh membaiknya permintaan domestik. Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran tumbuh membaik terutama karena dorongan Pilkada serentak. Lapangan usaha informasi dan komunikasi diprakirakan masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih tingginya permintaan jasa komunikasi terutama komunikasi data. Kinerja sektor jasa lainnya yaitu jasa transportasi dan pergudangan terutama transportasi udara terindikasi terus meningkat sejalan dengan meningkatnya frekuensi penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusuma. Sementara itu, sektor jasa keuangan diperkirakan tumbuh membaik didukung oleh membaiknya ekspansi kredit perbankan dan kinerja pasar modal. Risiko kenaikan suku bunga Amerika Serikat berdampak pada repatriasi dana modal asing yang berpotensi menekan kinerja pasar modal.

Kinerja lapangan usaha konstruksi diprakirakan tumbuh membaik seiring meningkatnya progres pembangunan infrastruktur. Realisasi proyek

infrastruktur skala besar diperkirakan akan terus meningkat sehingga menjadi pendorong membaiknya kinerja lapangan usaha konstruksi. Aktivitas konstruksi di proyek-proyek eksisting mengalami peningkatan di antaranya MRT, LRT dan Pelabuhan Kalibaru. Selain dari infrastruktur, pelonggaran kebijakan Loan-to-Value (LTV) kredit properti mampu menjadi katalis perbaikan pembangunan proyek properti komersial dan residensial.

Lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan tumbuh membaik seiring membaiknya permintaan domestik. Membaiknya kinerja lapangan

usaha industri pengolahan utamanya didorong oleh subindustri makanan dan minuman karena dorongan konsumsi terkait Pilkada. Selain itu, subindustri alat angkut diperkirakan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan ekspor produk otomotif. Namun, terdapat risiko yaitu masih lemahnya perekonomian negara-negara mitra dagang.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan III 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 60

Tabel VI.2 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Penawaran

(%,yoy)

PDRB (%,yoy) 6.0 6.2 5.4 6.2 5.9 5.1 5.2 6.0 5.6 - 6.0 5.3 - 5.7 5.7 - 6.1

Sisi Produksi

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.0 1.2 (0.9) 0.7 1.0 1.0 1.4 1.5 1.0 - 1.4 1.1 - 1.5 0.8 - 1.2

Pertambangan dan Penggalian (0.7) (0.8) (0.9) (1.1) (1.1) (1.1) (1.1) (0.1) (0.3) - 0.1 (0.8) -(0.4) (0.7) - (0.3)

Industri Pengolahan 9.1 6.0 3.9 3.3 1.6 2.9 3.3 3.4 3.5 - 3.9 3.2 - 3.6 3.6 - 4.0

Pengadaan Listrik, Gas (2.1) 1.1 1.7 6.4 4.6 4.6 2.4 1.8 2.5 - 2.9 2.5 - 2.9 2.7 - 3.1

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah & Limbah 4.7 3.5 3.4 3.4 1.1 1.1 0.9 1.4 1.5 - 1.9 1.1 - 1.5 1.6 - 2.0

Konstruksi 5.8 5.3 4.6 3.2 4.2 3.6 4.4 3.2 4.3 - 4.7 3.7 - 4.1 4.5 - 4.9

Perdagangan Besar & Eceran, Rep. Kendaraan 4.6 5.0 5.0 5.2 4.0 3.8 3.3 3.3 3.5 - 3.9 3.3 - 3.7 3.6 - 4.0

Transportasi dan Pergudangan 13.1 13.4 14.1 14.2 7.5 7.5 9.3 7.6 8.4 - 8.8 8.1 - 8.5 8.5 - 8.9

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.0 5.8 5.4 5.9 4.0 4.0 5.7 5.9 6.1 - 6.5 5.3 - 5.7 6.2 - 6.6

Informasi dan Komunikasi 10.5 11.2 13.3 9.3 10.1 9.5 10.0 9.1 9.5 - 9.9 9.3 - 9.7 9.5 - 9.9

Jasa Keuangan 2.2 5.8 (1.2) 11.9 7.5 7.5 2.9 13.6 6.5 - 6.9 7.5 - 7.9 6.2 - 6.6

Real Estate 4.3 4.7 5.2 5.6 5.4 5.4 5.0 4.7 4.9 - 5.3 4.9 - 5.3 5.0 - 5.4

Jasa Perusahaan 8.7 8.9 9.0 9.1 7.3 7.3 7.7 7.9 8.0 - 8.4 7.6 - 8.0 8.2 - 8.6

Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sos. (0.5) 0.7 2.3 2.4 1.1 1.1 1.2 0.9 2.2 - 2.6 1.2 - 1.6 2.4 - 2.8

Jasa Pendidikan 3.4 3.8 3.6 3.9 3.5 3.5 8.7 8.4 8.4 - 8.8 7.1 - 7.5 8.5 - 8.9

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.2 6.9 7.0 7.3 7.5 7.5 8.7 8.6 8.7 - 9.1 8.2 - 8.6 8.7 - 9.1

Jasa lainnya 8.7 9.1 8.2 8.0 7.9 7.9 8.1 8.3 8.3 - 8.7 8.0 - 8.4 8.4 - 8.8

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

p proyeksi Bank Indonesia

Ip 2016 2014

I II III IV Total I II III IVp Total-p 2015

B. Inflasi

Pada triwulan IV 2015, tekanan inflasi Jakarta diprediksi menurun dan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Beberapa faktor yang pendorong

penurunan laju inflasi adalah masih lemahnya daya beli dan permintaan masyarakat akan barang dan jasa, seiring dengan tren pelemahan ekonomi. Selain itu, tidak adanya even khusus selama triwulan IV (selain Natal 2015), diprediksi juga menyebabkan penurunan tersebut. Hal ini juga didukung oleh hasil survei konsumen yang menunjukkan tren penurunan atas ekspektasi konsumen Jakarta terhadap harga. Konsumen berekspektasi perubahan harga sejalan dengan tren penurunan inflasi dalam 3 dan 6 bulan mendatang (Grafik VI.4).

Sejumlah risiko inflasi pada triwulan IV 2015 yang berpotensi mendongkrak laju inflasi terutama berasal dari masuknya musim tanam beberapa komoditas pangan. Berakhirnya El-Nino pada November 2015,

yang tidak terlalu memberikan dampak signifikan terhadap Jakarta, ditandai dengan mulai turunnya hujan di beberapa tempat. Hal ini sekaligus menandai masuknya musim tanam pada beberapa komoditas utama. Masuknya masa

tanam, berarti terdapat potensi berkurangnya pasokan bahan pangan ke Jakarta. Kondisi ini dapat mendorong meningkatnya inflasi dari kelompok

volatile food. Akan tetapi hal tersebut diperkirakan dapat tertahan oleh inflasi

kelompok administered prices dan inflasi inti yang diprediksi bergerak stabil dengan kecenderungan menurun.

Grafik VI.4 Ekspektasi Inflasi (Perubahan Harga)

Dengan perkembangan di atas inflasi Jakarta untuk keseluruhan tahun 2015 diprediksi lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya dan inflasi tahun 2014. Inflasi Jakarta diprakirakan berada di kisaran 3,0% -

3,5% (yoy), lebih rendah dari prakiraan semula di kisaran 4,3% - 4,7% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari eksternal maupun internal. Pada sisi eksternal, tren penurunan harga minyak yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir tahun 2015 akan memberikan dampak tidak langsung pada sejumlah kebijakan energi Pemerintah Dalam Negeri, antara lain dengan paket kebijakan pemerintah jilid III yang menurunkan beberapa komoditas administered prices. Selain itu, pengaruh nilai tukar yang belum stabil menjadi faktor risiko inflasi inti hingga tahun 2015, terutama untuk harga komoditas yang memiliki konten impor, dan emas perhiasan. Kemudian dari sisi internal, daya beli masyarakat yang belum membaik juga memengaruhi permintaan akan barang dan jasa. Hal ini sejalan dengan tren perlambatan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Selain itu, pengaruh berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah diperkirakan akan memberikan pengaruh yang relatif terbatas pada inflasi di pengujung tahun 2015.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan III 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 62

Inflasi tahun 2015 yang diperkirakan akan lebih rendah daripada tahun 2014, tidak terlepas dari sejumlah risiko yang masih akan membayangi pergerakannya. Beberapa risiko inflasi yang dihadapi pada akhir tahun 2015,

terutama berasal dari kelompok volatile foods yang bersumber dari masuknya masa tanam bagi sejumlah komoditas dan berujung pada berkurangnya pasokan bahan pangan. Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah yang belum stabil akan memengaruhi penyesuaian harga pada beberapa komoditas utama. Secara ringkas faktor risiko yang akan memengaruhi pergerakan inflasi hingga akhir tahun 2015 disajikan dalam tabel IV.4.

Dokumen terkait