• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PENELITIAN

7.5. Interpretasi Koefisien

Hasil pendugaan koefisien dan uji signifikansi variabel menunjukkan bahwa variabel produktivitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan di dalm model regresi berganda. Nilai koefisien 302708 artinya jika produktivitas lahan responden meningkat 1 kuintal per hektar maka pendapatan akan meningkat Rp 302.708,00. Produktivitas berpengaruh positif terhadap penerimaan, semakin tinggi produktivitas meningkatkan penerimaan. Jika penerimaan meningkat maka pendapatan pun akan meningkat.

Variabel biaya memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan. Penurunan biaya akan meningkatkan pendapatan. Hal ini sesuai dengan konsep pendapatan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III. Namun variabel biaya tersebut tidak signifikan karena karena dalam model digunakan biaya total tanpa merinci masing-masing komponen biaya. Hal ini membuat efektivitas masing-masing biaya tidak tergambarkan dalam model sehingga pengaruh variabel biaya tersebut terhadap peningkatan pendapatan menjadi tidak signifikan.

peningkatan pendapatan. Variabel kemitraan memiliki nilai koefisien 2509249, artinya jika responden menjadi mitra maka pendapatan akan lebih tinggi Rp 2.509.249,00. Hal ini membuktikan bahwa kemitraan menguntungkan bagi petani. Pada wawancara dengan petani tebu, petani tebu mitra yang telah memiliki modal tanam dapat mengalokasikan sebagian dana pinjaman untuk menyewa lahan lagi. Petani mitra yang menguasai lahan relatif lebih luas tersebut telah memiliki pekerja tetap sehingga pemeliharaan tanaman tebu bisa dilakukan pada waktu yang tepat di saat petani dengan luas lahan lebih kecil kesulitan tenaga kerja. Selain itu pekerja tetap juga bisa dibayar relatif lebih murah karena adanya kesinambungan pekerjaan bagi mereka. Dalam wawancara juga diketahui bahwa petani mitra mendapat kemudahan memperoleh pupuk bersubsidi sehingga waktu dan dosis pemupukan bisa lebih optimal. Bahkan ada beberapa petani mitra yang telah membeli pupuk sebelum musim tanam agar dapat dipakai tepat saat diperlukan. Petani non-mitra yang kesulitan mengakses pupuk bersubsidi akan mengurangi penggunaan pupuk atau waktu pemupukan kadang terlambat.

Variabel usia memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan. Hal ini berbeda dengan pernyataan Giroh et al. (2006), bahwa output per tenaga kerja petani yang lebih tua bisa jadi lebih rendah seiring dengan penurunan produktivitasnya. Diduga perbedaan tersebut muncul karena pada usahatani tebu petani bukan sebagai tenaga kerja yang merawat tebu secara langsung, tetapi sebagai pengawas dan pengambil keputusan. Karena itu seiring dengan peningkatan usia, maka kepribadian petani semakin matang dan mampu mengalokasikan sumberdaya secara efektif dan efisien sehingga pendapatan usahatani meningkat.

Variabel pendidikan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya semakin cepat dalam melakukan perbaikan penyelenggaraan usahatani sehingga pendapatan usahatani meningkat. Namun berdasarkan hasil pemodelan ini tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan. Hal ini disebabkan saluran informasi yang paling dipercaya oleh petani di lokasi penelitian bersifat informal yaitu

62

pertukaran informasi antar petani (64,7 persen). Hal ini membuat variabel pendidikan formal tidak berpengaruh nyata.

Variabel pekerjaan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan. Pengaruh negatif disebabkan karena petani yang menjadikan usahatani tebu sebagai usaha sampingan justru memiliki dana lebih untuk diinvestasikan di usahatani tebu. Dengan tingkat imbalan kepada modal petani sebesar 29,6 persen maka petani yang menginvestasikan modal yang relatif lebih banyak maka pendapatannya akan meningkat.

Variabel penguasaan lahan memiliki memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan. Nilai koefisien sebesar 3328450 berarti responden dengan penguasaan lahan sewa atau campuran pendapatannya lebih tinggi Rp 3.328.450,00 daripada penguasaan lahan milik saja. Penguasaan lahan sewa atau campuran membuat petani memperhitungkan biaya sewa sehingga lebih lebih cermat dalam pengalokasian sumberdaya demi mencapai keuntungan yang tinggi. Penguasaan lahan milik saja membuat petani seolah-olah menikmati keuntungan yang tinggi padahal belum memperhitungkan biaya sewa. Hal itu membuat petani dengan lahan milik saja cepat berpuas diri padahal tingkat pendapatan yang dicapai belum optimal.

Variabel pengalaman memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap peningkatan pendapatan. Implikasinya bahwa untuk peningkatan pendapatan tidak membutuhkan pengalaman berusahatani tebu yang lama. Hal ini sangat baik untuk menarik petani-petani baru karena memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi.

untuk menjaga kontinuitas bahan baku serta memudahkan perencanaan produksi. Perencanaan produksi lebih mudah karena luas lahan petani mitra telah diketahui di awal musim tanam. Dari luas lahan tersebut jumlah tebu yang akan digiling dapat diperkirakan berdasarkan data produktivitas lahan di tahun-tahun sebelumnya serta pengamatan selama musim tanam. Petani bermitra karena ingin mendapat bantuan kredit (59,1 persen), alasan pemasaran ( 31,7 persen), ingin meningkatkan keuntungan usahatani (4,6 persen), karena lokasi dekat dengan PG (4,6 persen).

Proses pelaksanaan kemitraan yaitu petani yang ingin menjadi mitra mendaftarkan lahan yang dikuasai ke PG. Kemudian petugas PG mengecek serta memetakan lahan tersebut dengan alat GPS. Kemudian kedua belah pihak mengadakan perjanjian untuk bekerjasama dimana petani menggilingkan seluruh tebu hasil dari lahan tersebut dan PG memproses tebu milik petani menjadi gula, serta membantu terutama pengajuan pupuk bersubsidi dan kredit. Seluruh petani tebu mitra yang menjadi responden menerima pupuk bersubsidi. Petani tebu responden yang memanfaatkan fasilitas kredit sebanyak 81,8 persen, sisanya tidak mengambil kredit karena tidak ingin menanggung hutang.Dalam pengajuan kredit, PG berperan sebagai avalis yaitu penanggung jawab risiko kegagalan pengembalian kredit. Pembayaran kredit dipotong dari pembayaran nota gula saat musim giling. Nota gula yaitu surat yang merangkum jumlah pembayaran oleh PG kepada petani.

Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa kemitraan membuat pendapatan petani mitra lebih tinggi daripada non-mitra, yang ditunjukkan dengan nilai R/C yang lebih tinggi. Produktivitas tebu petani mitra lebih tinggi dan biaya usahatani lebih rendah. Pendapatan yang lebih tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Karena itu dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai R/C kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan.

64

Imbalan kepada modal petani (return to capital) pada petani mitra dan non-mitra masing-masing 36,8 persen dan 24,3 persen terhadap modal total. Imbalan kepada modal petani (return to farm equity capital) pada responden mitra dan non-mitra masing-masing 32,3 persen dan 24,3 persen terhadap modal total. Imbalan kepada tenaga kerja sendiri responden mitra dan non-mitra masing-masing Rp 226.133,00 dan Rp 95.133,00 per hari orang kerja. Karena itu dapat disimpulkan bahwa berdasarkan imbangan kepada modal, imbangan kepada modal petani, dan imbalan kepada tenaga kerja sendiri, kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan.

Perbedaan R/C juga dikuatkan dengan hasil analisis regresi dimana variabel lain yang berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan yaitu produktivitas, kemitraan, usia, penguasaan lahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisis regresi berganda kemitraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan.

8.2. Saran

Petani dalam memutuskan untuk mengikuti kemitraan atau tidak sebaiknya menimbang manfaat dan kesulitannya. Dengan demikian kemitraan dapat dibangun atas dasar pilihan logis dan tanggung jawab sehingga menguntungkan kedua pihak. Mengingat variabel penguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap peluang petani untuk memperoleh pendapatan tinggi, petani bisa mengikuti kemitraan kemudian sebagian dana pinjaman digunakan untuk perluasan lahan.petani non-mitra mulai mempertimbangkan hal ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Selain itu variabel pengalaman tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan sehingga upaya-upaya peningkatan pendapatan bisa lebih mudah diterapkan, tidak terbatas kepada petani yang sudah berpengalaman saja, petani baru pun memilki kesempatan yang sama.

Investor sebaiknya mulai melirik usahatani tebu sebagai lahan investasi yang menarik. Hal itu mengingat nilai imbalan kepada modal petani pada responden mitra dan non-mitra masing-masing 36,8 persen dan 24,3 persen terhadap modal total. Nilai tersebut lebih tinggi dari suku bunga bank. Alih-alih menabung, petani lebih baik menginvestasikan uangnya untuk pengembangan

bank.

Bagi pabrik gula, kesejahteraan peningkatan kesejahteraan petani akan menjamin kontinuitas bahan baku sehingga perlu ditingkatkan. Untuk peningkatan kualitas tebu sebaiknya PG bekerjasama dengan petani dengan langsung membuat pilot project di salah satu lahan petani sebagai lahan percontohan, karena akses informasi petani masih terpusat pada pertukaran pengalaman dan informasi antar petani (64,7 persen).

Dokumen terkait