• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PENELITIAN

5.3. Penyelenggaraan Usahatani Tebu

5.3.1. Tanaman Baru

Yang dimaksud dengan tanaman baru yaitu tebu yang ditumbuhkan dari bibit baru. Bibit yang digunakan responden yaitu potongan batang tebu sepanjang dua atau tiga ruas dan mata tunasnya belum tumbuh. Perawatan tanaman baru melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan untuk tanaman tebu bisa menggunakan traktor ataupun menggunakan tenaga manusia. Jika menggunakan tenaga manusia maka pengolahan lahan disebut cemplong. Cemplong yaitu aktivitas pembuatan lubang tanam yang memanjang dengan tenaga manusia, lubang tanam tersebut disebut juring atau leng.

40

Alat yang digunakan untuk cemplong disebut lempak atau lencok. Dari 19 responden yang menanam tebu baru (PC), 89,5 persen mengolah lahan dengan traktor dan 10,5 persen dengan cemplongan.

Pengolahan lahan dengan menggunakan traktor umumnya lahan dibajak tiga kali yaitu bajak satu, kemudian bajak dua dengan arah menyilang dari arah bajak satu, dan kair (pembuatan juring atau leng). Berdasarkan wawancara dengan petani, jika tanah gembur atau sisa tanaman singkong bisa dibajak satu kali saja kemudian langsung dibuat alur tanaman tebu (kair). Setelah itu dibuat got yang memotong kair tersebut menjadi juring dengan panjang 8 atau 10 meter. Got diperlukan untuk merangsang pertumbuhan akar menuju air tanah. Got yang dangkal dapat membuat penyebaran akar tebu juga dangkal karena mudah mencapai air tanah. Jika air di lahan bisa menggenang maka dibuat got keliling (kiter), got malang (baon), dan got mujur (sudet) agar drainase lebih lancar. Jika lahan kering maka cukup dibuat beberapa got yang langsung memotong kair menjadi juring.

2. Tanam

Persiapan sebelum tanam meliputi pembuatan kasuran, seleksi bibit, dan mengupas bibit yang masih terbungkus pelepah daun. Pembuatan kasuran yaitu mengeruk sedikit tanah di sisi dasar juring membentuk alur kecil untuk mempermudah meletakkan dan menutup bibit dengan tanah. Responden PC yang membuat kasuran 63,2 persen. Seleksi dan mengupas bibit langsung dilakukan pekerja di lahan pada saat tanam. Bibit yang digunakan responden adalah bibit bagal, yaitu potongan batang tebu sepanjang dua atau tiga ruas dan mata tunasnya belum tumbuh. Penanaman bibit dilakukan dengan meletakkan bibit secara horizontal searah kasuran/juring dengan mata tunas disamping kemudian ditutup sedikit tanah.

Dalam wawancara dengan petani diketahui bahwa kuantitas bibit yang digunakan bervariasi tergantung kualitas dan panjang ruas bibit. Jika kualitas bibit jelek maka bibit bisa ditanam rangkap dua sehingga bibit yang dibutuhkan semakin banyak. Jika kualitasnya. Penanaman rangkap ini untuk mengantisipasi gagal tumbuh yang disebabkan kualitas bibit jelek. Jika kualitas bibit bagus dan ruas pendek-pendek

Waktu penanaman terkait dengan ketersediaan air. Umumnya petani di wilayah penelitian menunggu datangnya musim penghujan (Oktober-November) karena jika mengandalkan pemompaan sumur bor membutuhkan biaya yang besar. Jika sudah turun hujan maka pengairan dengan pompa air akan lebih ringan.

3. Pengairan

Tebu membutuhkan air yang cukup namun tidak tahan genangan air. Pengairan ini sangat diperlukan terutama saat tanam agar akar pada bagal dan tunas bisa tumbuh serta agar tunas tersebut setelah tumbuh tidak mati kekeringan. Pengairan yang dilakukan oleh responden umumnya mengandalkan air hujan didukung dengan penggunaan pompa air dari sumur bor. Kebanyakan lahan tebu di wilayah penelitian memiliki satu sampai dua sumur bor per ha. Demikian pula lahan tebu yang disewakan biasanya sudah ada sumur bor pada lahan tersebut. Responden PC yang menggunakan pompa air sebesar 78,9 persen.

4. Sulam

Penyulaman terkait dengan adanya bibit yang tidak tumbuh. Jika banyak jumlahnya sedikit maka tidak perlu disulam, namun jika diperkirakan akan menurunkan produksi tebu maka disulam. Penyulaman PC di wilayah penelitian menggunakan cara sulam glondong yaitu sulam dengan menggunakan bibit bagal baru pada saat pertumbuhan tunas tebu di lahan masih awal, sekitar satu bulan setelah tanam, sehingga perbedaan pertumbuhan minimal. Responden PC yang melakukan sulam sebanyak 52,6 persen.

5. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan herbisida. Responden PC yang melakukan penyiangan, baik manual maupun herbisida sebanyak 63,2 persen. Responden PC yang melakukan penyiangan secara

42

manual saja 36,9 persen, herbisida saja 10,5 persen, dan 15,8 persen menggunakan kedua cara itu bersamaan.

6. Pemupukan dan Pembumbunan

Pupuk yang digunakan responden PC yaitu pupuk alami dan pupuk sintetis. Pupuk alami yang digunakan yaitu pupuk kandang, kompos, dan blotong (sisa kotoran nira tebu berupa abu hitam). Pupuk sintetis yang digunakan yaitu ZA dan Phonska. Aplikasi ZA dan Phonska dicampur dengan rasio 1:1 hingga 4:1 karena harga ZA lebih murah. Seluruh responden PC (100 persen) menggunakan campuran ZA dan Phonska. Responden PC yang menggunakan campuran pupuk alami, ZA dan Phonska sebanyak 47 persen. Hal ini karena pupuk alami dampaknya tidak terlihat secara langsung namun dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga petani responden menggunakannya untuk lahan milik dan lahan sewa yang durasinya lebih dari dua tahun.

Pemupukan umumnya dua kali, setiap pemupukan diikuti pembubunan. Pembumbunan berguna untuk menutup pupuk sekaligus merangsang pertumbuhan akar dan menguatkan berdirinya batang agar tidak mudah roboh. Pemupukan pertama dilakukan saat daun tebu telah berjumlah sekitar lima helai atau sekitar 2 bulan setelah tanam. Pemupukan pertama menggunakan campuran ZA dan Phonska sekitar 3-7 ku per ha atau ditambahkan pupuk alami sekitar 30 ku per ha bagi responden yang menggunakannya. Seluruh responden melakukan pupuk pertama. Pemupukan pertama diikuti pembumbunan pertama atau sewar. Responden PC yang tidak melakukan sewar 21 persen, responden menanggap pupuk yang menguap tidak seberapa dan tebu masih kecil sehingga belum perlu dibumbun.

Pemupukan kedua dilakukan saat tebu sudah membentuk ruas (ngeros). Biasanya dosis pemupukan kedua lebih dari pemupuka pertama karena tebu sudah lebih besar. Seluruh responden PC melakukan pemupukan kedua. Pemupukan kedua diikuti pembumbunan kedua atau disebut tangkep karena lebih tinggi dari pembumbunan pertama. Seluruh responden PC melakukan pembumbunan kedua.

khusus diaplikasikan pada tebu yang pertumbuhannya tertinggal tersebut. Pupuk yang digunakan yaiti campuran ZA dan Phonska yang jumlahnya disesuaikan kebutuhan masing-masing tebu. Hanya 5,3 persen responden PC yang melakukan pemupukan colok.

7. Perbaikan Got

Pertumbuhan rumput dan erosi hujan menyebabkan got-got menjadi dangkal sehingga perlu diperbaiki. Perbaikan got ini disebut songkel. Songkel dilakukan agar drainase lancar sehingga jika curah hujan tinggi air tidak menggenang. Karena itu bersifat opsional serta waktu pelaksanaan songkel tidak pasti tergantung kondisi kerusakan got dan curah hujan. Jika got sudah rusak namun curah hujan rendah sehingga air tidak menggenang maka songkel belum perlu dilakukan. Responden PC yang melakukan songkel sebanyak 89,5 persen.

8. Pengendalian Hama

Berdasarkan wawancara dengan petani, hama yang menyerang tebu relatif sedikit yaitu penggerek pucuk. Hama ini biasanya hanya menyerang sebagian tebu. Ciri-ciri serangan hama ini yaitu pucuk tebu bundel. Upaya pengendalian dilakukan dengan memotong pucuk yang terserang atau dengan disemprot pestisida. Aktivitas pemotongan pucuk tebu tersebut dinamakan roges atau nguler. Meskipun demikian sebagian petani membiarkan tebu yang terserang hama tersebut karena penyebarannya relatif lambat dan tidak meluas. Proporsi responden PC yang melakukan upaya pengendalian penggerek pucuk sebesar 26,3 persen.

9. Gendel

Tebu yang sudah tinggi jika terkena angin kencang bisa roboh. Tebu roboh menghambat pembentukan zat gula dalam batang karena diuraikan kembali untuk membentuk tunas baru. Tebu roboh akan menyulitkan tebang angkut sehingga pekerja enggan atau meminta kenaikan upah, tebu yang bengkok juga membuat

44

pengangkutan di truk tidak efisien karena boros tempat. Cara mengatasinya dengan menegakkan kembali batang yang roboh kemudian diikat secara berkelompok, cara ini disebut gendel. Hanya 5,3 persen responden PC yang melakukan gendel karena tanaman baru relatif lebih kokoh dan jarang roboh.

10. Kletek

Kletek adalah pengupasan daun-daun kering dan yang telah menguning yang membungkus ruas-ruas batang tebu. Kletek bertujuan agar hasil fotosintesis daun langsung digunakan untuk pertumbuhan batang, juga agar batang tebu terkena sinar matahari untuk mengoptimalkan pembentukan zat gula dalam batang tebu. Responden PC 94,7 persen diantaranya melakukan kletek dua kali dan 5,3 persen melakukan kletek 3 kali. Kletek pertama dilakukan saat umur tebu 5-6 bulan. Kletek kedua dilakukan saat menjelang tebang bagi yang dua kali kletek, sedangkan yang tiga kali kletek kedua dilakukan saat umur tebu 9-10 bulan dan kletek ketiga saat umur tebu 11-12 bulan.

11. Panen dan Pascapanen

Petani yang menggilingkan tebu di PG Trangkil akan dicek oleh petugas PG apakah tebu sudah siap tebang. Jika dilihat sudah siap tebang akan diambil sampel tebu dari lahan. PG memiliki perangkat giling khusus berkapasitas kecil untuk mengiling sampel tebu tersebut dan melakukan analisa sampel. Jika hasil analisa sampel menunjukkan tebu telah siap tebang maka PG akan memberikan ijin tebang.

Tebang dilakukan oleh tenaga manusia kemudian dimuat dalam truk dan diangkut ke PG. Jika lokasi lahan tebu jauh dari jalan maka tenaga tebang akan meminta tambahan upah untuk mengangkut tebu ke truk. Tebang angkut dapat dilakukan sendiri atau PG. Jika dilakukan PG maka biayanya akan dipotong dari hasil gula.

Berdasarkan wawancara dengan manajemen PG, tebu yang disetorkan ke PG harus memenuhi kriteria MBS (Manis Bersih Segar). Kriteria manis ditentukan dari rendemen tebu contoh diatas enam. Kriteria bersih ditentukan dari persentase kotoran.

5.3.2. Tanaman Keprasan

Dokumen terkait