• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUSTRI YANG DIRUGIKAN ATAS FRAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Interpretasi Variabel Kontrol

Tabel 4.17. dan Tabel 4.18. merupakan hasil persebaran data dari jawaban pertanyaan numerik berupa perhitungan dan deret barisan dengan hasil pasti sebagai variabel kontrol dari Kecerdasan Intelektual (IQ).

Jawaban yang benar untuk variabel kontrol IQ (1) adalah x<y. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden mempunyai kecerdasan intelektual

89

(IQ) yang baik dengan frekuensi yang menjawab x<y sebanyak 140 orang atau setara 60,3%.

Tabel 4.17.

Hasil Persebaran Variabel Kontrol IQ (1) IQ_C1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid x<y 140 60,3 60,3 60,3

x=y 45 19,4 19,4 79,7

x>y 29 12,5 12,5 92,2

x≥y 18 7,8 7,8 100,0

Total 232 100,0 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2021

Tabel 4.18.

Hasil Persebaran Variabel Kontrol IQ (2) IQ_C2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 32, 40 25 10,8 10,8 10,8

40, 24 31 13,4 13,4 24,1

40, 32 147 63,4 63,4 87,5

48, 24 17 7,3 7,3 94,8

48, 32 12 5,2 5,2 100,0

Total 232 100,0 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2021

Jawaban yang benar untuk variabel kontrol IQ (2) adalah 40,32. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden mempunyai kecerdasan intelektual

90

(IQ) yang baik dengan frekuensi yang menjawab 40,32 sebanyak 147 orang atau setara 63,4%.

Tabel 4.19. merupakan jawaban dari variabel kontrol Kecerdasan Emosional (EQ). Jawaban yang mempunyai nilai tertinggi untuk variabel kontrol EQ adalah ‘menerima kondisi dan berusaha tidak terlambat lagi’ di level pertama, diikuti dengan level kedua ‘meminta maaf dan menjelaskan kondisi yang sebenarnya’, level ketiga yaitu ‘menerima kondisi dan meminta maaf’, dan terakhir ‘tidak terima karena keterlambatan bukan salah saya’.

Tabel 4.19.

Hasil Persebaran Variabel Kontrol EQ EQ_C

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Meminta maaf dan

menjelaskan kondisi yang sebenarnya.

141 60,8 60,8 60,8

Menerima kondisi dan berusaha tidak terlambat lagi.

51 22,0 22,0 82,8

Menerima kondisi dan meminta maaf.

38 16,4 16,4 99,1

Tidak terima karena keterlambatan bukan salah saya.

2 ,9 ,9 100,0

Total 232 100,0 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2021

Tabel 4.19. menunjukkan sebagian besar jawaban responden berada di level dua ‘meminta maaf dan menjelaskan kondisi yang sebenarnya’ sebanyak

91

141 atau 60,8%, diikuti jawaban di level ke satu ‘menerima kondisi dan berusaha tidak terlambat lagi’ sebanyak 51 atau 22% yang berarti kecerdasan emosional (EQ) repsonden cukup baik.

Tabel 4.20.

Hasil Persebaran Variabel Kontrol SQ SQ_C

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Membiarkan tugas tersebut

hingga tergerak untuk menyelesaikannya.

10 4,3 4,3 4,3

Menumpuk tugas tersebut pada daftar tugas yang ada.

2 ,9 ,9 5,2

Menyelesaikan tugas jika ada yang membantu.

2 ,9 ,9 6,0

Menyelesaikan tugas lainnya dahulu yang lebih dekat batas waktunya.

196 84,5 84,5 90,5

Menyelesaikan tugas mendekati waktu atau ketika sudah batas pengumpulan.

22 9,5 9,5 100,0

Total 232 100,0 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2021

Variabel kontrol yang terakhir yaitu tentang Kecerdasan Spiritual (SQ) tertera pada Tabel 4.20. Jawaban yang mempunyai nilai tertinggi untuk variabel kontrol SQ adalah ‘menyelesaikan tugas lainnya dahulu yang lebih dekat batas waktunya’ untuk level pertama, di level kedua yaitu ‘menumpuk tugas tersebut pada daftar tugas yang ada’, di level ketiga yaitu ‘membiarkan tugas tersebut hingga tergerak menyelesaikannya, di level keempat ‘menyelesaikan tugas

92

lainnya dahulu yang lebih dekat batas waktunya, dan terakhir ‘menyelesaikan tugas jika ada yang membantu. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) responden pada penelitian ini sangat baik dengan 196 orang atau 84,5%

di antaranya menjawab level satu yaitu ‘menyelesaikan tugas lainnya dahulu yang lebih dekat batas waktunya’.

C. Pembahasan

Dalam pembahasan berikut peneliti akan menjelaskan interpretasi lebih lanjut terhadap setiap hipotesis, berdasar informasi awal statistik deskriptif dan berdasar path coefficient, disertakan hasil yang didapat apakah sesuai dengan hasil yang didapatkan penelitian sebelumnya. Berikut adalah pembahasan dari hasil pengujian dalam penelitian ini:

1. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Fraud Akademik.

Penelitian ini menggunakan dasar teori pendidikan Aliran Nativisme bahwa kemampuan diri yang merupakan bawaan sejak lahir berupa kecerdasan diri menjadi faktor yang menentukan bagaimana manusia, khususnya mahasiswa berperilaku.

Hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap Fraud Akademik (FA) sebesar -0.235 dengan nilai Tstatistik 2.769, nilai tersebut lebih besar dari nilai Ttabel 1.96 yang berarti mempunyai

93

pengaruh dan signifikansi sebesar 0.006 lebih kecil dari 0.05 yang berarti hipotesis (H1a1) Kecerdasan Intelektual Berpengaruh Signifikan terhadap Fraud Akademik. Mahasiswa yang mempunyai kecerdasan berarti cerdas, berakal, dan berpikir berdasar ilmu pengetahuan. Responden dalam penelitian ini berarti telah menerapkan makna kecerdasan tersebut sehingga mereka dapat mencerna bagaimana fraud akademik tersebut dalam keseharian. Kecerdasan intelektual melihat bagaimana manusia menangkap data dan fakta di sekitarnya dan mengolahnya menjadi informasi yang berguna mengarahkan otak pada suatu yang logis dan rasional dalam belajar di perguruan tinggi. Hal ini akan membawa kepada hasil yang baik.

Daniel (2003) dalam (Gayatri & Wirawati, 2018) mengungkapkan adanya faktor selain kecerdasan kognitif yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja yaitu kecerdasan emosional. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) terhadap Fraud Akademik (FA) dalam penelitian ini sebesar -0.048 dengan nilai Tstatistik 0.540, nilai tersebut lebih kecil daripada nilai Ttabel 1.96 berarti tidak mempunyai pengaruh dan signifikansi sebesar 0.589 lebih besar dari 0.05 yang berarti hipotesis (H1a2) Kecerdasan Emosional Tidak Berpengaruh terhadap Fraud Akademik.

Walau dalam penelitian ini emosi tidak mempunyai signifikansi, tetapi emosi tetap diperlukan. Apalagi pada saat belajar atau sedang ujian mata kuliah akuntansi apabila seseorang sering tidak stabil dalam mengendalikan emosinya itu bisa mempengaruhi pemahamannya (Apriandi, 2015).

94

Sedangkan pengaruh Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Fraud Akademik (FA) sebesar 0.377 dengan nilai Tstatistik 3.535, nilai tersebut lebih besar daripada nilai Ttabel 1.96 berarti mempunyai pengaruh dan signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 yang berarti hipotesis (H1a3) Kecerdasan Spiritual Berpengaruh Signifikan terhadap Fraud Akademik. Kecerdasan spiritual sebagai penyeimbang kecerdasan intelektual dan emosional hadir untuk menempatkan makna hidup seseorang dalam konteks yang lebih luas dan dalam sehingga hidupnya lebih berkualitas. Hal ini sejalan dengan hal yang dikemukakan peneliti pada tinjauan teori bahwa kecerdasan spiritual menuntun pada perbuatan positif mahasiswa.

Penelitian terdahulu menggunakan dimensi Fraud Triangle, Fraud Diamond, atau Fraud Pentagon untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Fraud Akademik. Tekanan, rasionalisasi, peluang, kemampuan tercantum dalam penelitian yang dilakukan oleh (Budiman, 2018;

Fransiska & Utami, 2019; Murdiansyah et al., 2017). Dengan adanya penelitian ini, memperkaya referensi literatur bahwa kecerdasan seseorang juga menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan Fraud Akademik, yang dalam penelitian ini khususnya kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual berpengaruh pada Fraud Akademik mahasiswa.

Pada hipotesis ini, kecerdasan intelektual dan spiritual membuktikan pengaruhnya terhadap fraud akademik. Hal tersebut mendukung salah satu

95

pendekatan yang dikemukakan Eckstein (2003) dalam (Murdiansyah et al., 2017) untuk memerangi kecurangan akademik yaitu berupa pendidikan.

2. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

Mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan diharapkan memahami Kode Etik Profesi Akuntan agar menjadi akuntan yang berperilaku etis.

Prinsip integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional sesuai yang dikemukakan oleh (IAI et al., 2020) serta prinsip Fairness, Ethics, Honesty, Social Responsibility dan Truth menurut Belkaoui (1992) dalam (Farhan, 2012) bisa lebih mudah diimplementasikan di dunia kerja apabila diterapkan sejak masa pendidikan.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa sikap etis mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai kombinasi kecerdasan, tetapi masih terdapat beberapa hasil penelitian yang bervariasi dari waktu ke waktu. Hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap Sikap Etis Mahasiswa (SEM) sebesar 0.083 dengan nilai Tstatistik 1.281, nilai tersebut lebih kecil daripada nilai Ttabel 1.96 berarti tidak mempunyai pengaruh dan signifikansi sebesar 0.201 lebih besar dari 0.05 yang berarti hipotesis (H2a1) Kecerdasan Intelektual Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

96

Hasil Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fadli, 2014), dan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Christy et al., 2019; Handayani, 2016; Riasning et al., 2017; Said &

Rahmawati, 2018).

Sementara pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) terhadap Sikap Etis Mahasiswa (SEM) sebesar 0.091 dengan nilai Tstatistik 1.330, nilai tersebut lebih kecil daripada nilai Ttabel 1.96 berarti tidak mempunyai pengaruh dan signifikansi sebesar 0.184 lebih besar dari 0.05 yang berarti hipotesis (H2a2)

Kecerdasan Emosional Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Christy et al., 2019), dan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fadli, 2014; Handayani, 2016; Riasning et al., 2017; Said & Rahmawati, 2018).

Pengaruh Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Sikap Etis Mahasiswa (SEM) sebesar 0.441 dengan nilai Tstatistik 5.699, nilai tersebut lebih besar daripada nilai Ttabel 1.96 yang berarti mempunyai pengaruh dan signifikansi pada nilai 0.000 lebih kecil dari 0.05 yang berarti hipotesis (H2a3)

Kecerdasan Spiritual Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa. Hasil Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Handayani, 2016; Riasning et al., 2017; Said & Rahmawati, 2018), dan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Christy et al., 2019; Fadli, 2014).

97

Selain kecerdasan intelektual, pendidikan harus dapat mengembangkan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan sosial agar peserta didik dapat menjadi insan yang tidak hanya berilmu namun juga dapat bersikap (Fadli, 2014). Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dan lebih mengembangkan kualitas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalnya secara efektif. Pada hipotesis ini hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa. Hal ini cukup mendukung pernyataan Agustian (2007) bahwa memaknai sesuatu dengan positif akan membangkitkan jiwa dan semangat dalam diri untuk tidak terpuruk dan melakukan perbuatan yang positif.

Diharapkan kedua kecerdasan lainnya tetap menjadi penunjang karena tidak bisa dipisahkan dari dalam diri setiap mahasiswa.

3. Pengaruh Fraud Akademik terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

Mahasiswa yang terbiasa melakukan fraud akademik akan sulit untuk berpikir rasional dengan mengandalkan kemampuan analisis dirinya sendiri.

Hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa pengaruh Fraud Akademik (FA) terhadap Sikap Etis Mahasiswa sebesar 0.204 dengan nilai Tstatistik 3.273, nilai tersebut lebih besar daripada 1.96 dan signifikansi sebesar 0.001 lebih kecil dari 0.05 yang berarti hipotesis (H3) Fraud Akademik Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

98

Nilai kejujuran masih menjadi sesuatu yang mahal, terkadang mahasiswa berpikir untuk mendapatkan suatu hal bagaimanapun caranya walaupun termasuk ke dalam Fraud Akademik. Di antara yang termasuk dalam kegiatan Fraud Akademik dalam penelitian ini yaitu Colby (2006) dalam (Sagoro, 2013) yaitu melakukan plagiat, pemalsuan data, penggandaan tugas, menyontek atau kegiatan curang lainnya ketika ujian, dan melakukan kerjasama tidak sesuai tempatnya.

Mahasiswa yang dapat memahami dengan baik tentang fraud akademik telah menghindari dari berbuat tidak etis, sehingga mempengaruhi mereka untuk mempunyai sikap yang etis untuk mencapai kesuksesan di perguruan tinggi. Berdasar sumber teori dan penelitian ini, dengan mahasiswa tidak melakukan Fraud Akademik mereka juga sekaligus menjunjung sikap etis mahasiswa. Secara umum, dengan dibuatnya kode etik mahasiswa yang ada di setiap Universitas, menunjukkan bahwa pihak perguruan tinggi sepakat bahwa mahasiswa harus menjunjung sikap etis sejak di perkuliahan. Kode etik tersebut dibuat untuk dijadikan sebagai aturan tindakan etis bagi para anggota kelompok, dalam hal ini mahasiswa, yang bertujuan menjaga reputasi serta kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa.

Namun, sanksi yang diberikan apabila melanggar sikap etis tersebut belum semua berjalan optimal. Hal ini perlu menjadi perhatian sebagai salah satu cara meningkatkan kualitas mahasiswa akuntansi.

99

4. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening.

Banyaknya tindakan fraud akademik yang dilakukan di berbagai ranah akademik yang ada di Indonesia menunjukkan pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya berkualitas. Eckstein (2003) dalam (Murdiansyah et al., 2017) merumuskan dua pendekatan umum untuk memerangi fraud akademik yaitu hukuman (the punitive) dan pendidikan (the pedagogical). Maka dalam penelitian ini memfokuskan kepada sektor pendidikan. Pendidikan dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan individual dari dalam diri yaitu kombinasi kecerdasan.

Etika mempunyai kaitan erat dengan peran profesi akuntansi, dalam hal ini diinterpretasikan dalam melaksanakan peranannya, mahasiswa tidak hanya menghadapi aturan-aturan perilaku formal, tetapi juga nilai - nilai moralitas yang diciptakan oleh lingkungannya. Kejujuran juga merupakan nilai penting dalam menunjukan seorang mahasiswa menghindari bias dalam pengetahuan atas fakta yang ada sehingga mendorong pada perilaku objektif.

Hasil pengujian hipotesis pengaruh tidak langsung langsung yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap Sikap Etis Mahasiswa (SEM) dengan mediasi Fraud Akademik (FA) sebesar -0.048 dengan nilai Tstatistik 2.428,

100

nilai tersebut lebih besar daripada 1.96 dan signifikansi sebesar 0.016 lebih kecil dari 0.05 yang berarti hipotesis (H4a1) Kecerdasan Intelektual Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening. Dalam penelitian ini, mahasiswa mempunyai kecerdasan intelektual yang baik sehingga mereka mencapai kesuksesan dengan kecerdasan yang mereka miliki yang sejalan dengan etika yang seharusnya. Mereka tidak lagi terpengaruh untuk melakukan tindakan tidak etis seperti fraud akademik.

Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) terhadap Sikap Etis Mahasiswa (SEM) dengan mediasi Fraud Akademik (FA) sebesar -0.010 dengan nilai Tstatistik 0.519, nilai tersebut lebih kecil daripada 1.96 dan signifikansi sebesar 0.604 lebih besar dari 0.05 yang berarti hipotesis (H4a2) Kecerdasan Emosional Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening.

Terakhir, yaitu pengaruh Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Sikap Etis Mahasiswa (SEM) dengan mediasi Fraud Akademik (FA) sebesar 0.077 dengan nilai Tstatistik 2.171, nilai tersebut lebih besar daripada 1.96 dan signifikansi sebesar 0.030 lebih kecil dari 0.05 yang berarti hipotesis (H4a3) Kecerdasan Spiritual Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening.

Kecerdasan spiritual merupakan nilai terdalam dibanding dua kecerdasan lainnya, mencakup nilai kualitas diri yang baik dan positif. Dengan

101

berpengaruhnya hipotesis H4a3, pernyataan bahwa sikap tidak jujur untuk mencapai prestasi yang diinginkan cenderung dilakukan oleh seseorang yang mengabaikan nilai spiritual (Laksmi & Sujana, 2017) didukung penelitian ini.

Hal ini juga sejalan dengan yang telah dikemukakan pada tinjauan teori akan pentingnya tanggung jawab spiritualitas pada Tuhan sang pencipta, juga orangtua, seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi akan lebih bertanggung jawab dalam masa studi perkuliahannya.

Kecerdasan intelektual ini bila digunakan dengan maksimal akan menunjang proses belajar di perguruan tinggi dengan baik. Kecerdasan emosional yang baik membantu jalannya keccerdasan intelektual pada pola pikir dan pengkondisian suatu keadaan. Kecerdasan spiritual sebagai nilai terdalam dibanding dua kecerdasan lainnya merupakan nilai diri yang menginginkan kualitas diri baik dan positif. Perilaku etis mahasiswa akan menimbulkan kecenderungan perilaku serupa saat di dunia kerja (Murdiansyah, Sudarma, & Nurkholis, 2017). Fenomena fraud sebagai tindakan tidak etis memerlukan langkah preventif dalam hal ini yaitu pengasahan untuk peningkatan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mahasiswa. Ketika ketiga kecerdasan ini dapat terkombinasi, mahasiswa akan menjalankan perannya sebagai mahasiswa dengan baik.

102

Tabel 4.21.

Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis

No. Hipotesis Uji

Statistik

Keputusan

Ha Keterangan 1. Kecerdasan Intelektual

Berpengaruh terhadap Fraud Akademik.

Tstat:

2.769>1.96 P:

0.006<0.05

H1a1 diterima Berpengaruh dan

signifikan

2. Kecerdasan Emosional Berpengaruh terhadap Fraud Akademik.

Tstat: 3. Kecerdasan Spiritual

Berpengaruh terhadap Fraud Akademik.

Tstat:

3.535>1.96 P:

0.000<0.05

H1a3 diterima Berpengaruh dan

signifikan

4. Kecerdasan Intelektual

Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

Tstat: Sikap Etis Mahasiswa.

Tstat: 6. Kecerdasan Spiritual

Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

Tstat:

5.699>1.96 P:

0.000<0.05

H2a3 diterima Berpengaruh signifikan

103

No. Hipotesis Uji

Statistik

Keputusan

Ha Keterangan 7. Fraud Akademik

Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

Tstat:

3.273>1.96 P:

0.001<0.05

H3 diterima Berpengaruh signifikan

8. Kecerdasan Intelektual Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud

Akademik sebagai Variabel Intervening.

Tstat:

2.428>1.96 P:

0.016<0.05

H4a1 diterima Berpengaruh signifikan

9. Kecerdasan Emosional Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud

Akademik sebagai Variabel Intervening.

Tstat:

0.519<1.96 P:

0.604>0.05

H4a2 ditolak Tidak berpengaruh dan tidak signifikan

10. Kecerdasan Spiritual Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud

Akademik sebagai Variabel Intervening.

Tstat:

2.171>1.96 P:

0.030<0.05

H4a3 diterima Berpengaruh signifikan

Sumber: Data diolah, 2021

104 BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa dengan fraud akademik sebagai variabel intervening secara parsial. Responden dalam penelitian ini berjumlah 232 responden yang merupakan mahasiswa program studi akuntansi dari 64 perguruan tinggi di Indonesia.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang dilakukan menggunakan software olah data SmartPLS 3, berikut simpulan dari penelitian ini:

1. Hipotesis (H1a1) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Intelektual secara parsial Berpengaruh Signifikan terhadap Fraud Akademik.

2. Hipotesis (H1a2) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Emosional secara parsial Tidak Berpengaruh terhadap Fraud Akademik.

3. Hipotesis (H1a3) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Spiritual secara parsial Berpengaruh Signifikan terhadap Fraud Akademik.

4. Hipotesis (H2a1) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Intelektual secara parsial Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fadli, 2014),

105

dan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Christy et al., 2019; Handayani, 2016; Riasning et al., 2017; Said & Rahmawati, 2018).

5. Hipotesis (H2a2) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Emosional secara parsial Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Christy et al., 2019), dan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fadli, 2014; Handayani, 2016; Riasning et al., 2017; Said & Rahmawati, 2018).

6. Hipotesis (H2a3) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Spiritual secara parsial Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Handayani, 2016; Riasning et al., 2017; Said & Rahmawati, 2018), dan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Christy et al., 2019; Fadli, 2014).

7. Hipotesis (H3) dalam penelitian ini yaitu Fraud Akademik Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa.

8. Hipotesis (H4a1) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Intelektual secara parsial Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening.

9. Hipotesis (H4a2) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Emosional secara parsial Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening.

106

10. Hipotesis (H4a3) dalam penelitian ini yaitu Kecerdasan Spiritual secara parsial Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening.

Dokumen terkait