• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi."

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS

MAHASISWA DENGAN FRAUD AKADEMIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Naztasha Saffana 11170820000048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

(2)

i

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA DENGAN FRAUD AKADEMIK SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

Naztasha Saffana 11170820000048 Di bawah bimbingan

Pembimbing I

Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.

NIP: 19730615 200501 1 009 Pembimbing II

Wilda Farah, SE., Ak., M.Si., CA., CPA., BKP.

NIP: 19830326 200912 2 005 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442H/2021M

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Selasa, 16 Maret 2021 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Naztasha Saffana NIM : 11170820000048 Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Maret 2021

1. Rahmawati, S.E., M.M.

NIP: 19770814 200604 2 003

(………..) Penguji I

2. Dr. Khayatun Nufus, M.Si.

NIDN: 0320046901

(………..) Penguji II

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Naztasha Saffana NIM : 11170820000048 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 28 Juni 2021 Yang menyatakan,

Naztasha Saffana

(5)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Senin, 28 Juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Nama : Naztasha Saffana NIM : 11170820000048 Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai

Variabel Intervening

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Juni 2021

1. Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA.

NIP: 19770814 200604 2 003 (………..)

Ketua Penguji

2. Nur Wachidah Yulianti, M.S.Ak.

NIDN: 2005078501 (………..)

Penguji Ahli

3. Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.

NIP: 19730615 200501 1 009

(………..) Pembimbing I

4. Wilda Farah, S.E., Ak., M.Si., CA., CPA., BKP.

NIP: 19830326 200912 2 005 (………..)

Pembimbing II

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

1. Nama : Naztasha Saffana

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Desember 1998 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat : Vila Dago Pamulang, Tangerang Selatan

5. E-mail : acha.saffana@gmail.com / naztasha.saffana17@mhs.uinjkt.ac.id 6. LinkedIn : Naztasha Saffana

PENDIDIKAN

1. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Akuntansi Tahun 2017-2021

2. SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Tahun 2013-2016

3. SMP Negeri 4 Tangerang Selatan Tahun 2010-2013

4. SD Al-Zahra Indonesia Tahun 2004-2010

LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Nazmulsyah Dalimunthe

2. Ibu : Dwi Shintowati

3. Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara

PENGALAMAN KERJA DAN RELAWAN

1. Teacher Volunteer pada Sawasdee Project 29, AIESEC in Bangkok University, Thailand (Juni-Agustus 2018)

2. Vice President of Finance, Green Lantern Project, AIESEC in UIN Jakarta, Indonesia (September 2018-Maret 2019)

3. Teacher Volunteer VTIC Foundation di Sarawak, Malaysia (Juli-September 2019) 4. Audit Intern di KPMG Indonesia (Januari-Maret 2020)

5. Finance & Accounting Intern di Partipost Indonesia (Oktober-November 2020)

(7)

vi PENGALAMAN ORGANISASI

1. OSIS SMA Negeri 3 Tangerang Selatan – Ketua Bidang II (2013-2014), Sekretaris Umum (2014-2015)

2. Paskibra SMA Negeri 3 Tangerang Selatan – Protokoler (2013-2014), Binlat (2014-2015) 3. Rohis SMA Negeri 3 Tangerang Selatan – Pendidikan (2013-2014), Humas (2014-2015) 4. Karang Taruna RW 022, Benda Baru – Sekretaris Umum (2016-2019)

5. Paskibra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)

6. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) – Anggota (2017-2018), Hubungan Antar Lembaga Kohati (2019-2020), Sekretaris Umum Kohati (2021)

7. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi – Sosial Keagamaan (2018) 8. Greenpeace Youth Jakarta – Volunteer Staff (2018-2019)

9. Tax Center – Research and Development (2019-2020)

10. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid – Kelimuan FEB (2019), Bendahara PSU (2020)

PENCAPAIAN DAN PENGHARGAAN

1. Juara 1 Debat Bahasa Inggris, Accounting Week HMJ Akuntansi UIN Jakarta (2017) 2. Penerima Student Achievement Awards, UIN Jakarta (2018, 2019, 2020)

3. Quarter-Finalist Debat SDGs, UNDP Indonesia-KPPN/Bappenas (2019) 4. Penerima Beasiswa PPA (2019)

BUKU

1. Jangan Dengarkan Mereka yang Cuma Bisa Meremehkan, Penerbit Khaira (2020) 2. Alstroemeria -Bersama Sahabat Semua Jadi Indah, Penerbit KMO Indonesia (2020)

PENGALAMAN PEMBICARA

1. Sharing Session “Wanita yang Tidak Membatasi Diri dan Mampu Berprestasi”, Kohati Kafeis Cabang Ciputat (September 2019)

2. Talkshow Beasiswa “Make Your Dreams Come True with Scholarship”, Forum Studi Sinar Cendekiawan (September 2020)

3. Webinar “Bedah CV dan Dunia Kerja”, CSI FEB (Juni 2021)

(8)

vii

THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL INTELLIGENCE, EMOTIONAL INTELLIGENCE, AND SPIRITUAL INTELLIGENCE ON THE ETHICAL BEHAVIOR OF STUDENTS WITH ACADEMIC FRAUD AS INTERVENING

VARIABLE

ABSTRACT

The study aims to examine the Influence of Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence, and Spiritual Intelligence on the Ethical Behavior of Students with Academic Fraud as Intervening Variable. This study uses primary data by distributing questionnares to 232 accounting students in Indonesia from 64 universities. The data analysis method that used in this study is Partial Least Square (PLS) with Structural Equation Modeling (SEM) using SmartPLS 3 software.

The result of this study shows that Intellectual Intelligence and Spiritual Intelligence partially and significantly influence Academic Fraud, while Emotional Intelligence is unable to influence Academic Fraud. Intellectual Intelligence and Emotional Intelligence partially unable to influence Ethical Behavior of Students, but Spiritual Intelligence are able to. Academic Fraud significantly influences Ethical Behavior of Students. In this study, Intellectual Intelligence and Spiritual Intelligence partially and significantly influence Ethical Behavior of Students with Academic Fraud as Intervening Variable, otherwise Emotional Intelligence is unable to influence Ethical Behavior of Students with Academic Fraud as Intervening Variable.

Keywords: Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Academic Fraud, Ethical Behavior of Students.

(9)

viii

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS

MAHASISWA DENGAN FRAUD AKADEMIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik dsebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada 232 mahasiswa program studi akuntansi di Indonesia dari 64 perguruan tinggi di Indonesia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan software SmartPLS 3.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual secara parsial Berpengaruh Signifikan terhadap Fraud Akademik, sementara Kecerdasan Emosional secara parsial Tidak Berpengaruh terhadap Fraud Akademik. Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional secara parsial Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa, tetapi Kecerdasan Spiritual secara parsial mempunyai Pengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa. Fraud Akademik Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa. Dalam penelitian ini, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual secara parsial Berpengaruh Signifikan terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening, sebaliknya Kecerdasan Emosional secara parsial Tidak Berpengaruh terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening.

Kata kunci: Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Fraud Akademik, Sikap Etis Mahasiswa.

(10)

ix

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening”. Tak lupa shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta para keluarga dan sahabat, serta umatnya hingga akhir zaman, yang telah membawa zaman kegelapan menjadi zaman menuju keemasan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada proses penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah terlibat. Maka dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih atas doa, semangat, dukungan, dan bimbingan secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Orang tua tercinta, in the very first place, yang tiada hentinya memberikan energi positif berupa kasih sayang, doa, dan dukungan yang tak tergantikan oleh siapapun. Serta adikku, yang seringnya menyebalkan tetapi sebenarnya bisa diajak bekerja sama dan saling support. Juga seluruh keluarga yang memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan referensi, saran, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fitri Damayanti, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

x

5. Ibu Wilda Farah selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan referensi, motivasi dan semangat, saran selama penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Zuwesty Eka Putri, M.Ak. selaku Pembimbing Akademik yang memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan.

7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA. yang memberikan banyak motivasi dan informasi selama perkuliahan, juga selaku Pembimbing KKN.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengajarkan berbagai bidang ilmu dan kemampuan dan membantu dalam pengembangan diri peneliti.

9. Mba aw(esome)-Khadijah, Febia, Adetya, Anggit, Revinka, Nurul, Fika, dan Ina yang menjadi support system dan inspirasi dengan berprestasi di bidangnya masing-masing, perbedaan bidang di kuliah bukanlah penghalang untuk bisa bertukar pikiran akan berbagai hal.

10. Mak Aji yang lulus bareng segera, Maya, Shila, dan Nadia yang memberikan banyak kenangan, mewarnai hari di sela-sela jadwal kuliah. Tawa, canda, berjuang, jatuh dan mengeluh, bangkit dan harus terus berjuang.

11. Ka Arin dan Ka Midah, juga Kakak-kakak lainnya, senior Akuntansi yang turut membantu peneliti.

12. Teman-teman across generations and locations yang tidak bisa disebutkan satu persatu, tetapi dukungan dan kehadirannya juga sangat berharga.

13. AKTB 2017 dengan seluruh komponennya yang beraneka ragam mewarnai hari-hari semasa kuliah, menjadi teman kelas yang bisa berkolaborasi selama hampir 4 tahun terakhir. Suasana kondusif dan menyenangkan selama studi tentu akan menjadi faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran.

14. Teman-teman organisasi internal dan eksternal, di tingkat universitas maupun nasional-internasional, teman-teman volunteer khususnya dalam program sosial AIESEC di Thailand dan VTIC di Malaysia, keluarga Reboisasi Akuntansi, juga partner kompetisi dan debat yang memberikan pengalaman

(12)

xi

berharga yang semakin mewarnai hari-hari dikala gundah agar tetap produktif dan kreatif.

15. Rekan kerja di tempat magang yang memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman baru yang telah bekerja sama dengan baik, juga teman-teman KKN yang berupaya semaksimal mungkin di keadaan yang tidak menentu di masa pandemi.

16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu termasuk para peneliti terdahulu yang memperkaya literasi dan para responden yang berkontribusi pada penelitian ini.

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak keterbatasan dan ketidaksempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Setidaknya, kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini, dan memperkaya kualitas keilmuan kita. Semoga pengembangan ilmu yang ada pada skripsi ini diberkahi Allah SWT, aamiin.

Jakarta, Juni 2021

Naztasha Saffana

(13)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Teori-teori Terkait Penelitian ... 15

1. Grand Theory ... 15

1.1. Teori Pendidikan Nativisme ... 15

1.2. Teori Fraud ... 17

(14)

xiii

2. Tinjauan Literatur ... 21

2.1. Kecerdasan ... 21

2.2. Fraud Akademik ... 29

2.3. Sikap Etis Mahasiswa ... 31

B. Penelitian Terdahulu ... 37

C. Kerangka Pemikiran ... 46

D. Pengembangan Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 54

B. Metode Penentuan Sampel ... 54

C. Metode Pengumpulan Data ... 55

1. Data Primer ... 55

2. Data Sekunder ... 55

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55

1. Kecerdasan ... 55

2. Fraud Akademik ... 56

3. Sikap Etis Mahasiswa ... 56

E. Metode Analisis Data ... 59

1. Statistik Deskriptif ... 59

2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model ... 60

3. Uji Model Struktural atau Inner Model ... 61

4. Uji Hipotesis ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65

2. Karakteristik Profil Responden ... 66

(15)

xiv

B. Temuan Hasil Penelitian ... 72

1. Hasil Statistik Deskriptif ... 72

2. Hasil Uji Model Pengukuran atau Outer Model ... 74

3. Hasil Uji Model Struktural atau Inner Model ... 81

4. Hasil Uji Hipotesis ... 84

C. Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP ... 104

A. Simpulan ... 104

B. Implikasi Penelitian ... 106

C. Keterbatasan Penelitian ... 107

D. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 114

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kasus Fraud Akademik di Kalangan Mahasiswa ……….…6

Tabel 2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ……… 37

Tabel 3.1. Indikator dan Skala Pengukuran Variabel Kecerdasan ....………...……... 57

Tabel 3.2. Indikator dan Skala Pengukuran Variabel Fraud Akademik ……… 58

Tabel 3.3. Indikator dan Skala Pengukuran Variabel Sikap Etis Mahasiswa ……… 58

Tabel 4.1. Data Sampel Penelitian ....……….. 66

Tabel 4.2. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Universitas ………...……... 66

Tabel 4.3. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Provinsi Universitas ……... 67

Tabel 4.4. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Semester …...………... 68

Tabel 4.5. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …..………... 69

Tabel 4.6. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ……….………... 69

Tabel 4.7. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Agama ..………..…... 70

Tabel 4.8. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat IQ ...………... 71

Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel ………72

Tanel 4.10. Hasil Uji Outer Loadings ………..76

Tabel 4.11. Hasil Uji Outer Loadings Modifikasi ………..….77

Tabel 4.12. Hasil Uji Cross Loadings ……….78

Tabel 4.13. Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha ……….…..80

Tabel 4.14. Hasil Uji R-Square ………81

(17)

xvi

Tabel 4.15. Hasil Uji Path Coefficients - Direct Effects ……….…………..85

Tabel 4.16. Hasil Uji Path Coefficients - Indirect Effects ………….………...…87

Tabel 4.17. Hasil Persebaran Variabel Kontrol IQ (1) ……….89

Tabel 4.18. Hasil Persebaran Variabel Kontrol IQ (2) ……….89

Tabel 4.19. Hasil Persebaran Variabel Kontrol EQ ………90

Tabel 4.20. Hasil Persebaran Variabel Kontrol SQ ……….91

Tabel 4.21. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis ………..102

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Lembaga di Indonesia yang Dirugikan atas Fraud.……….…. 2

Gambar 1.2. Industri di Indonesia yang Dirugikan atas Fraud ..………. …… 3

Gambar 2.1. Fraud Pentagon ………...………... 20

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ………... 46

Gambar 4.1. Hasil PLS Calculation ………..……….. 75

Gambar 4.2. Hasil PLS Calculation Modifikasi ………..……….. 77

Gambar 4.3. Hasil PLS Bootstrapping ………84

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 .……….………..…...115

LAMPIRAN 2 ...………..………...125

LAMPIRAN 3 ...………..……….136

LAMPIRAN 4 ...………..……….155

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut berkembangnya berbagai sektor, tak terkecuali pada profesi akuntan di Indonesia.

Akuntan bertanggung jawab atas laporan keuangan entitas untuk menghasilkan informasi akuntansi sebagai gambaran alternatif keputusan bisnis. Laporan keuangan juga menjadi bentuk pertanggungjawaban manajemen entitas kepada berbagai pihak terkait. Isu-isu pada profesi akuntan menjadi perhatian penting dengan banyaknya fenomena yang tidak memperhatikan etika atau kode etik profesi demi keuntungan pihak tertentu, seperti: Kasus Korupsi Mantan Dirjen Dukcapil Kemendagri atas Kasus e-KTP (Suprayogi, 2017), Kasus Penggelembungan Laba Toshiba Corp 2015 senilai Rp151,8M (Said &

Rahmawati, 2018), Kasus Suap Restitusi Pajak PT. WAE untuk tahun pajak 2015 dan 2016 yang menyangkut Tiga Mantan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) (Ramadhan, 2020), serta Kasus Korupsi PLN tentang pengadaan Bahan Bakar Minyak jenis high speed diesel (Taylor, 2019). Fenomena tersebut juga lebih dikenal dengan istilah fraud. Di Indonesia, fraud sering dikaitkan dengan korupsi, kolusi dan nepotisme, singkatnya dikenal dengan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).

Terlihat dari beberapa fenomena di atas, berbagai sektor tak luput dari adanya praktik fraud seperti pada pemerintahan, lembaga swasta, dan badan usaha

(21)

2

atau perusahaan sebagaimana hasil survey tahun 2019 (ACFE Indonesia Chapter, 2019) bahwa lembaga yang paling dirugikan atas tindakan fraud adalah pemerintahan dengan persentase 48,5%, diikuti perusahaan negara (BUMN) sebanyak 31,8%, perusahaan swasta sebanyak 15,1%, organisasi lembaga nirlaba sebanyak 2,9%, dan sektor lainnya sebanyak 1,7%. Sedangkan jika dilihat dari jenis industrinya yang paling dirugikan yaitu industri keuangan dan perbankan sebanyak 41,4%, pemerintahan sebanyak 33,9%, industri pertambangan sebanyak 5,0%, industri kesehatan sebanyak 4,2%, industri manufaktur sebanyak 4,2%, dan 11,3% merugikan industri lainnya.

Gambar 1.1. Lembaga di Indonesia yang Dirugikan atas Fraud Sumber: Data diolah, ACFE Indonesia Chapter 2019

Pemerintahan 48%

Perusahaan Negara (BUMN) 32%

Perusahaan Swasta

15%

Lembaga Nirlaba 3%

Lainnya 2%

LEMBAGA YANG DIRUGIKAN ATAS FRAUD

(22)

3

Kasus fraud akan menimbulkan kerugian bagi organisasi itu sendiri maupun para pemangku kepentingannya. Fenomena tersebut menunjukkan para profesional yang tidak menjunjung tinggi kode etik profesi dengan melakukan tindakan tidak etis. Padahal kode etik ini merupakan pedoman bagi seluruh individu untuk bekerja dan menerapkan etika sesuai bidang profesionalnya.

Gambar 1.2. Industri di Indonesia yang Dirugikan atas Fraud Sumber: Data diolah, ACFE Indonesia Chapter 2019

Perilaku etis akuntan sangat diperlukan untuk bekal di dunia kerja.

Lingkungan kerja menuntut kita secara profesional dan bersikap etis untuk menunjukkan komitmen terhadap pekerjaan kita (Ningsih, & Simbolon, 2019).

Sikap profesional dan etis harus ditanamkan sejak proses belajar di perguruan tinggi sehingga mahasiswa terbiasa mempunyai sikap dan etika yang baik dan tidak kaget ketika menghadapi dunia kerja yang sebenarnya. Hal tersebut sejalan

Keuangan dan Perbankan

42%

Pemerintahan 34%

Pertambangan 5%

Kesehatan 4%

Manufaktur 4%

Lainnya 11%

INDUSTRI YANG DIRUGIKAN ATAS FRAUD

(23)

4

dengan penelitian yang menyatakan mahasiswa bisa mempunyai sikap etis jika pembelajaran sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku (Hariri, Pradana,

& Rahman, 2018). Dalam implementasinya, mahasiswa memiliki tantangan dalam hal sikap etis dengan mahasiswa bisa melakukan fraud sebagai tindakan tidak etis.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan sikap etis mahasiswa dengan langkah pencegahan fraud, yaitu upaya menghilangkan atau meminimalisir sebab- sebab timbulnya fraud. Pencegahan fraud di sektor pendidikan cukup menjadi perhatian perguruan tinggi dengan dikeluarkannya berbagai peraturan kode etik mahasiswa agar bisa bersikap etis diikuti dengan penetapan sanksi sesuai yang tertera pada buku pedoman/panduan akademik tingkat universitas maupun tingkat fakultas. Menurut Universitas Lampung (2016) kecurangan akademik merupakan suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang baik. Cukup berbeda dari beberapa kampus lainnya, UIN Jakarta (2017) sebagai kampus berlandaskan agama Islam, ikut mencantumkan peraturan berbasis agama pada Kode Etik Mahasiswa Universitas yang peneliti rangkum, dari etika bersikap secara umum dan berpakaian secara syar’i, tidak melakukan tindakan penipuan dan pemalsuan, menyontek atau berlaku curang, juga tentang kode etik sesuai agama Islam yang berlaku umum, sampai perbuatan menjauhi korupsi. Berbagai sanksi akademik akan dikenakan oleh setiap universitas apabila mahasiswa melakukan pelanggaran kode etik dari pembatalan nilai mata kuliah, skorsing satu semester, sanksi lainnya yang ditetapkan SK Universitas atau Fakultas, termasuk pemecatan dari

(24)

5

Fakultas/Universitas. Mata kuliah kode etik profesi yang diajarkan juga diharapkan berperan untuk membantu mahasiswa berperilaku etis.

Fenomena fraud sebagai tindakan tidak etis memerlukan langkah preventif, sebagaimana mahasiswa yang tidak etis akan menimbulkan kecenderungan perilaku serupa saat di dunia kerja (Murdiansyah, Sudarma, & Nurkholis, 2017).

Hal ini diperkuat oleh Dirdjosumarto (2016) bahwa ada probabilitas tinggi mahasiswa mengadopsi kecurangan akademik di dunia kerja nanti sehingga mereka memerlukan pendidikan etika untuk mempunyai integritas yang tinggi.

Dunia pendidikan merupakan fondasi utama seseorang mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan baru untuk hidup yang layak. Pendidikan memegang peranan penting dalam berkembangnya suatu negara, khususnya untuk mencerdaskan masyarakat sebagai generasi penerus bangsa. Proses belajar yang terjadi di perguruan tinggi diharapkan bisa beradaptasi dengan kebutuhan di dunia kerja pada masa di mana pertukaran informasi dan kecanggihan teknologi berkembang cepat. Parauba (2014) menyatakan bahwa kerja keras yang lebih diperlukan karena pendidikan di Indonesia masih berada dalam tingkat rendah untuk mampu bersaing kerja secara global. Program studi akuntansi, sebagai salah satu fokus yang tersedia di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa sehingga kompeten di bidang akuntansi dan diproyeksikan menjadi akuntan dan auditor profesional yang berkualitas. Seorang akuntan perlu mematuhi prinsip dasar etika untuk menjadi akuntan profesional di masa depan (Adrianus, Billy,

(25)

6

Yuliati, & Adelina, 2019). Salah satu cara agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah dengan meningkatkan kualitas sistem pendidikan itu sendiri.

Fenomena menarik banyak terjadi di perguruan tinggi yang cukup mengancam kualitas dunia pendidikan, yaitu banyak ditemukannya praktik fraud yang dikenal dengan fraud akademik. Menurut Catacutan (2019) dan Bernardi, Banzhoff, Martino, & Savasta (2011) kegiatan cheating yang termasuk dalam fraud akademik masih sangat lazim terjadi di kalangan mahasiswa sebagai krisis kredibilitas. Menurut Murdiansyah et al. (2017) praktik fraud akademik banyak terjadi pada dunia pendidikan dan bukanlah hal yang baru terjadi. Beberapa fenomena dari tahun yang berbeda dapat lihat dari sebagian hasil penelitian kasus fraud akademik sebagai berikut:

Tabel 1.1.

Kasus Fraud Akademik di Kalangan Mahasiswa

No Kasus Fraud Akademik Sumber

1. Kecurangan dalam ujian pada Kenya University dianggap sebagai hal yang serius sementara kecurangan dalam tugas harian tertulis masih bisa diterima. Kolaborasi dan plagiarisme yang tidak sah lazim di kalangan mahasiswa.

(Catacutan, 2019)

2. Hasil penelitian di Korean Cyber University menyatakan 60% dari responden penelitian terlibat academic cheating saat pembelajaran kuliah.

(Costley, 2017)

3. Penelitian di Malaysia yang melibatkan banyak responden menghasilkan angka 65,3% responden

(Suhaiza, Ismail &

Salwa, 2016)

(26)

7

No Kasus Fraud Akademik Sumber

penelitian menyontek pada pengerjaan tugas dan ujian. Para pelaku cenderung memberikan lebih banyak pembenaran atas tindakan kecurangan mereka.

4. Hasil penelitian di Ghana menunjukkan 62,4%

setuju dan membenarkan perbuatan curang di ujian termasuk mengizinkan orang lain melihat dan menyalin jawaban mereka sebagai perbuatan normal.

(Mensah & Azila- Gbettor, 2018)

5. Penelitian terkait cheating di Istanbul mendeteksi sebanyak 70,2% responden penelitian ikut terlibat dalam menyontek beberapa kali selama ujian di kuliah.

(Bicer, 2020)

6. Perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa Unnes angkatan tahun 2010 berada pada kriteria cenderung tinggi (banyak dilakukan) dan faktor efikasi diri akademik sebagai faktor dominan yang mempengaruhinya.

(Purnamasari, 2013)

Beberapa kasus fraud akademik di kalangan mahasiswa di atas membuktikan bahwa tidak ada jaminan mahasiswa akuntansi bebas dari tindakan fraud. Kecerdasan dan etika yang tidak dikelola baik, memungkinkan mahasiswa melakukan kecurangan akademik untuk memperoleh nilai yang baik.

Mendapatkan nilai yang tinggi merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi fraud akademik mahasiswa, faktor-faktornya tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kemampuan/kompetensi, dan arogansi terangkum

(27)

8

dalam konsep fraud pentagon. Hasil penelitian Budiman (2018) menyatakan bahwa rasionalisasi dan kemampuan berpengaruh pada fraud akademik. Hasil penelitian Hariri et al. (2018) juga menunjukkan bahwa tekanan, peluang, rasionalisasi, dan kemampuan secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akademik.

Menurut Bicer (2020) sikap individual memungkinkan apakah seseorang melakukan tindakan sesuai atau tidak, mereka yang biasa bertindak etis dan jujur bisa saja melakukan fraud atau ketika mendapat tekanan tertentu. Pengetahuan setiap mahasiswa seharusnya menjadi landasan diri dalam memahami dan menganalisis permasalahan. Namun, pada kenyataannya kemampuan akademis dan etika belum sepenuhnya berjalan demikian baik. Orientasi nilai membuat mahasiswa mengupayakan segala cara agar berhasil mendapat nilai yang baik, termasuk melakukan tindakan yang tidak etis. Padahal, mahasiswa bisa memaksimalkan kecerdasan yang ada pada diri mereka masing-masing. Menurut Nuraini (2017) kecerdasan mempengaruhi tingkat pemahaman ilmu pengetahuan seseorang. Banyak sekali jenis kecerdasan yang ada dalam diri manusia, tetapi pada penelitian ini peneliti memfokuskan kepada kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

Penelitian terdahulu menunjukkan berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku etis mahasiswa, yaitu kecerdasan pada individual. Hasil penelitian Risela (2017), Said & Rahmawati (2018), Agustini & Herawati (2013), Riasning, Datrini, & Putra (2017) dan Nofianti (2011) menunjukkan bahwa

(28)

9

Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual berpengaruh secara parsial maupun simultan pada Sikap Etis Mahasiswa.

Sementara pada penelitian Christy, Soegiono, & Hapsari (2019) hanya Kecerdasan Intelektual yang berpengaruh pada Sikap Etis Mahasiswa dan pada penelitian Fadli (2014) hanya Kecerdasan Emosional yang berpengaruh pada Sikap Etis Mahasiswa. Isu-isu tersebut saling berkaitan sehingga mendasari penelitian ini akan perlunya kombinasi kecerdasan yang dimiliki mahasiswa dalam perspektif kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual untuk mendukung sikap etis pembelajaran dan mempersiapkan mahasiswa untuk dunia kerja. Gayatri & Wirawati (2019) menyatakan kecerdasan yang dimiliki mahasiswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Dengan kombinasi ketiga kecerdasan tersebut, mahasiswa bisa memaksimalkan potensi sehingga tercipta generasi calon akuntan profesional dengan kualitas baik.

Kecerdasan intelektual menjadi perhatian utama yang sangat diperlukan untuk mahasiswa bisa merancang kerangka berpikirnya untuk berpikir rasional.

Mahasiswa harus mampu menerima, menyimpan, dan mengolah informasi materi belajar. Setiap orang mempunyai kapasitas berpikir yang berbeda. Namun, berbekal nilai saja tidaklah bisa menjamin lulusan akuntansi bisa sukses di dunia kerja, perlu didukung kemampuan lainnya seperti rasa empati, mawas diri, disiplin, etika berkomunikasi, dan lain-lain. Kecerdasan emosional-lah yang akan membantu menopang agar kita tidak mudah stres ketika dihadapkan dengan kondisi yang tidak diharapkan. Mengelola emosi penting untuk mengetahui perasaan diri

(29)

10

sendiri dan orang sekitar sehingga kita bisa berempati dan menempatkan diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Kecerdasan spiritual juga tidak kalah pentingnya, merupakan mental dalam diri manusia. Kecerdasan spiritual mendorong keinginan mahasiswa untuk berperilaku baik dan bersikap positif untuk menyelesaikan masalahnya (Nuraini, 2017). Ketika ketiga kecerdasan ini dapat terkombinasi, mahasiswa akan menjalankan perannya sebagai mahasiswa dengan baik.

Penting untuk meneliti sikap etis mahasiswa serta kaitannya dengan kecenderungan untuk tidak melakukan fraud akademik, yang dapat tercermin dengan menelusuri tipe kecerdasan mahasiswa sebagai langkah antisipatif memetakan keadaan diri mahasiswa untuk dapat membentuk pribadi yang berkualitas profesional dan berintegritas untuk bekal di masa depan. Berdasar beberapa penelitian terdahulu dan isu yang berkembang saat ini, peneliti terinspirasi untuk meneliti topik-topik tersebut, dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa dengan Fraud Akademik sebagai Variabel Intervening”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1. Perlunya perhatian untuk membentuk sikap etis sejak di bangku perkuliahan.

Sikap etis mahasiswa sebagai generasi penerus profesi akuntan penting dibentuk dan dipertahankan dengan melihat berbagai faktor yang

(30)

11

mempengaruhinya termasuk tantangan yang ada di kalangan mahasiswa.

Kasus-kasus keuangan di Indonesia yang melanggar kode etik menunjukkan adanya krisis etika profesi akuntan yang merugikan banyak pihak yang bertentangan dengan sikap etis yang seharusnya.

2. Dalam mencapai kesuksesan di bangku kuliah, mahasiswa diharapkan mengetahui dan mengimplementasikan etika dengan baik. Pelanggaran etika yang terjadi di bangku perkuliahan tercermin pada berbagai fraud akademik yang banyak terjadi di kalangan mahasiswa. Sebagian mahasiswa tahu apa yang mereka lakukan merupakan bentuk pelanggaran atau fraud akademik, tetapi tidak menganggapnya sebagai pelanggaran serius.

3. Perbedaan persepsi atas kombinasi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual sebagai kemampuan utama dari diri setiap mahasiswa. Cenderungnya mahasiswa yang memiliki kecerdasan tinggi, memungkinkan mereka bisa menghindari perilaku tidak etis. Di sisi lain, fenomena yang terjadi adalah fraud akademik dilakukan dengan berbagai strategi yang juga membutuhkan kecerdasan tinggi.

C. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara parsial berpengaruh terhadap fraud akademik?

(31)

12

2. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara parsial berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa?

3. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara parsial berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa melalui fraud akademik sebagai variabel intervening?

D. Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah, tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kecerdasan mahasiswa akuntansi, mengetahui kecenderungan mahasiswa terlibat dalam fraud, serta bagaimana sikap etis mahasiswa akuntansi.

Adapun secara khusus, tujuan penelitian ini adalah membuktikan atas pengaruh:

1. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap fraud akademik.

2. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa.

3. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa melalui fraud akademik sebagai variabel intervening.

(32)

13 E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan kontribusi pada pendidikan di Indonesia khususnya pada bidang akuntansi. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti terhadap proses penelitian dan literasi terkait topik yang dibahas, dengan bersumber data-data empiris yang diuji.

2. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi akan pentingnya kombinasi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual untuk melahirkan mahasiswa yang menghindari fraud akademik dan menerapkan sikap etis mahasiswa. Sikap ini menjadi bekal bagi mahasiswa menghadapi perkuliahan dan dunia kerja dengan baik.

3. Bagi pengajar/dosen

Untuk memberikan informasi tentang keadaan mahasiswa sehingga dapat meningkatkan kerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan meningkatkan kualitas etika mahasiswa. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi dan saran untuk kebijakan-kebijakan di universitas/fakultas dalam rangka pengelolaan yang lebih baik.

(33)

14 4. Bagi pustaka akuntansi dan peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini menambah literasi akuntansi dan dapat dijadikan referensi terhadap penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik akuntansi.

5. Bagi pengguna lulusan akuntansi

Menjadi referensi bagi pengguna lulusan akuntansi akan gambaran dan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa dan bagaimana fenomena fraud akademik terjadi di kalangan mahasiswa yang akan menjadi generasi penerus profesi akuntan.

(34)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori-teori Terkait Penelitian 1. Grand Theory

1.1. Teori Pendidikan Nativisme

Teori dalam pendidikan filsafat klasik dibagi menjadi tiga sebagaimana termuat dalam Husamah et al. (2015) yaitu aliran Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi. Aliran Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak bergantung pada lingkungan sekitarnya, sedangkan menurut Aliran Nativisme hal tersebut bergantung pada kemampuan diri.

Aliran Konvergensi memadukan antara faktor diri dan lingkungan. Aliran teori yang relevan akan digunakan dalam penelitian ini adalah Aliran Nativisme dimana kombinasi variabel kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual merupakan kemampuan dari dalam diri manusia.

Nativisme merupakan penyerapan kata dari natus yang berarti lahir.

Sebuah pandangan tentang pemusatan potensi dalam diri, bahwa manusia mempunyai potensi dasar bawaan sejak lahir yang diturunkan secara alami.

Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter serta kemampuan dasar lainnya yang ada dalam diri tiap manusia. Pemikiran ini dipelopori oleh Arthur Sckophenhauer yang

(35)

16

menganut salah satu ajaran filsafat idealisme yang berasal dari kebangsaan Jerman yang hidup pada (1788-1860). Dia berpendapat, “pendidikan ialah membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya”, atau yang berarti menganggap faktor pembawaan sebagai sifat yang telah ada sejak lahir dan tidak dapat berubah begitu saja. Dalam ilmu pendidikan, pandangan ini disebut “pesimisme pedagogis” (Suralaga & Solicha, 2010).

Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut: 1) Proses pematangan, khususnya pematangan fungsi kognitif; 2) Proses belajar; 3) Pembawaan atau bakat. Jika bakat merupakan potensi bawaan yang ada pada setiap diri manusia, maka minat tercipta karena ketertarikan diri yang kuat terhadap sesuatu seiring dengan pengalaman diri. Bakat dan minat seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang (Zaini, 2018). Orang yang cerdas mampu menganalisis dan mengembangkan bakatnya dalam keberlangsungan hidupnya untuk memperoleh kualitas hidup layak dan bahagia. Maka dalam teori ini keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri dan tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Musdalifah, 2018).

Dari penjabaran sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari pesimisme pedagogis dapat dilihat dengan parameter diri sebagaimana setiap pendidikan dan perkembangan manusia dimaksudkan untuk:

1. Menemukan bakat terpendam yang dimiliki.

(36)

17

2. Mengasah kompetensi diri sehingga menjadi ahli.

3. Memotivasi tiap individu untuk menentukan sebuah pilihan.

4. Mendorong seseorang untuk mengembangkan potensi dari dalam dirinya.

5. Mendorong manusia mengenali minat yang dimiliki.

1.2. Teori Fraud

Perkembangan ilmu fraud telah berkembang semakin mendalam dari waktu ke waktu. Teori terbaru adalah Fraud Pentagon Theory sebagai pengembangan dari Fraud Triangle Theory oleh Cressey tahun 1953, dan Fraud Diamond Theory oleh Wolfe & Hermanson tahun 2004. Wolfe &

Hermanson (2004) sebagai pencetus Fraud Diamond Theory berpendapat bahwa terdapat faktor kemampuan yang memungkinkan terjadinya kecurangan selain dari tiga faktor (fraud triangle) tekanan, kesempatan dan rasionalisasi dengan menambahkan faktor kemampuan. Barulah Fraud Pentagon Theory dikembangkan oleh Horwath pada tahun 2011, Ia mengubah risk factor kemampuan menjadi kompetensi dengan makna serupa. Horwath (2011) juga menambahkan satu risk factor yaitu arogansi diilustrasikan pada gambar 2.1. dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Tekanan (Pressure), adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya tekanan, baik tekanan keuangan maupun non keuangan, perspektif pribadi maupun organisasi. Mahasiswa yang melakukan kecurangan akademik mempunyai tekanan dari diri sendiri, maupun orangtua atau

(37)

18

pengajar untuk mendapat nilai tinggi, untuk menekan kekhawatiran akan nilai yang jelek mereka akan meraihnya dengan jalan tidak etis.

b. Kesempatan (Opportunity), disebabkan adanya kelemahan di dalam suatu sistem, mereka tidak harus mempunyai akses langsung untuk melakukan kecurangan, tetapi mereka mengetahui bahwa ada celah yang bisa dijadikan kesempatan. Kesempatan umumnya ditandai dengan aspek pengawasan, pengendalian internal yang lemah, dan kepatuhan terhadap pengendalian internal yang rendah. Maka mahasiswa yang melakukan kecurangan akademik bisa timbul karena pengawasan saat ujian atau penugasan yang tidak ketat, tidak ada pula peraturan tegas dari dosen maupun lingkungan sekitarnya. Lebih lanjutnya, apabila terbuka satu kesempatan, kesempatan lain bisa didapatkan dan memicu kecurangan akademik lainnya.

c. Rasionalisasi (Rationalization), adalah pertimbangan perilaku kecurangan sebagai konsekuensi dari kesenjangan integritas pribadi atau penalaran moral. Rasionalisasi mahasiswa yang melakukan kecurangan dalam hal akademik cenderung beranggapan hal yang dilakukannya wajar, biasa saja untuk dilakukan. Terlebih jika hal tersebut telah menjadi budaya di lingkungannya, mahasiswa bisa terpengaruh karena banyak mahasiswa lainnya yang juga melakukannya.

(38)

19

d. Kompetensi (Competence), merupakan kemampuan individu untuk mengesampingkan pengendalian internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengendalikan secara sosial situasi tersebut untuk keuntungan pribadinya (Horwath, 2011). Mahasiswa yang menggunakan kompetensi dirinya pada hal-hal yang melawan etika akan melakukannya karena mereka mampu merealisasikan rencana strategi tindakan kecurangan.

e. Arogansi (Arrogance), merupakan perilaku superioritas pada pelaku fraud yang mempercayai bahwa kebijakan dan peraturan perusahaan atau organisasi tidak berlaku untuk dirinya. Arogansi bisa berdampak buruk kepada organisasi maupun individu, karena bisa menghancurkan nama baik dan sistem yang ada.

Elemen ditambahkan karena pelaku pada masa sekarang dianggap memiliki pola pikir yang lebih maju, independen, dengan akses informasi yang lebih memadai. Uraian di atas menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud), baik pada level atas, menengah, maupun bawah. Pada awalnya teori fraud dibuat dengan melihat berbagai fenomena pada perusahaan dan institusi. Namun, fenomena tersebut tidak bisa dilepaskan dari pengalaman di perguruan tinggi, sebagaimana kecenderungan para pelaku merupakan kalangan terpelajar. Hal ini diperkuat oleh Maulidi (2020) bahwa niat individu melakukan fraud merupakan kegiatan yang kompleks dan tidak identik

(39)

20

dengan kejahatan jalanan yang tidak memerlukan strategi sekompleks itu.

Mahasiswa akuntansi memegang peranan penting untuk menentukan masa depan perusahaan dan institusi dengan memahami dan menghindari fraud sejak di perguruan tinggi, dan mempertahankannya sampai di lingkungan kerja nanti.

Gambar 2.1. Fraud Pentagon

Sumber: Horwath (2011), www.Crowe.com

(40)

21 2. Tinjauan Literatur

2.1. Kecerdasan

Kecerdasan merupakan gambaran bagaimana kemampuan seseorang yang membedakan antar pribadi dalam sehari-hari. Dari sekian banyak jenis kecerdasan yang ada, penelitian ini akan berfokus membahas kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

2.1.1. Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan Intelektual (IQ) terletak pada otak bagian neocortex, ditemukan 1905 oleh Binet di Perancis lalu dibawa ke Amerika. Digunakan pertama kali pada Perang Dunia I sampai hari ini untuk mengukur standar kesuksesan manusia dengan memiliki IQ minimal 100.

Menurut Gayatri et al. (2019) memiliki kecerdasan intelektual berarti sanggup untuk beradaptasi dengan keadaan lingkungannya, dengan dipengaruhi faktor genetik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Intelektual berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan (Depdikbud, 2000). Kecerdasan intelektual, kadang disebut juga intelegensi manusia, merupakan kemampuan menganalisis, mengarahkan otak pada berpikir rasional terhadap suatu informasi pengetahuan. Semua bisa terjadi karena otak yang cepat dalam mempelajari hal-hal baru, kemudian menyimpan dan mengingat kembali untuk dijadikan referensi

(41)

22

dalam proses berpikir dan analisis. Pasek (2016) berpendapat bahwa kecerdasan intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya dalam menghadapi masalah.

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk memperoleh informasi sebagai sumber pengetahuan, lalu dengan proses berpikir dan analisis dapat diterapkan untuk menghadapi masalah di masa depan. Kecerdasan intelektual ini berkaitan dengan keterampilan yang kita gunakan pada saat melakukan pembelajaran sebelumnya, seperti melihat dengan membaca, berbicara menyampaikan maksud kita, juga penguasaan bidang ilmu tertentu, misalnya dalam hal ini adalah akuntansi. Dengan kecerdasan intelektual, mahasiswa akuntansi akan lebih menunjukkan ketertarikannya terhadap akuntansi.

Menurut Mostafa & Miller (2003) yang membentuk kemampuan intelektual meliputi:

a. Kecerdasan numerik, yaitu kecerdasan dalam menangkap serta mengelola angka dan data.

b. Pemahaman verbal, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kepandaian membaca, menulis, dan berbicara.

(42)

23

c. Kecepatan persepsi, yaitu kemampuan mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan visual dengan cepat dan akurat.

d. Penalaran induktif, yaitu kemampuan mengidentifikasi urutan logis dalam sebuah masalah dan memecahkan masalah.

e. Penalaran deduktif, yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari sebuah argumen.

f. Visualisasi spasial, yaitu kemampuan membayangkan bagaimana sebuah objek akan terlihat bila posisi ruangan diubah.

g. Ingatan yang baik, yaitu kemampuan dalam menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.

2.1.2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional ditemukan selanjutnya pada tahun 1995 oleh Daniel Goleman dalam bukunya “Working with Emotional Intelligence”. Kecerdasan emosional (EQ) terletak pada lymbic system. Kecerdasan intelektual yang tinggi diperlukan, tetapi tidak cukup jika hanya berdiri sendiri, dibutuhkan kecerdasan emosional sebagai penunjang. Jika IQ memfokuskan pada cara diri berpikir, maka EQ akan berfokus pada cara menyelesaikan masalah dan menyikapi sesuatu pada setiap orang. EQ diperlukan untuk merasakan perasaan orang lain, dan menjadikan pengetahuan sebagai informasi untuk mengambil tindakan (Agustian, 2007).

(43)

24

Goleman (2004) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Kecerdasan emosional mendasari perbedaan cara menyikapi masalah pada seseorang, dari masalah dalam hidup, pekerjaan dan mengembangkan keterampilan. Berdasar riset Emotion Quetient Inventory, kecerdasan intelektual manusia di bumi hanya berperan 6%-20% terhadap keberhasilan. Kecerdasan emosional memiliki peran lebih dari 80% dalam mencapai kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional hal ini terkadang tidak dianggap dan sejak sekolah dahulu pola belajar lebih menekankan untuk mendapat nilai tinggi (Agustian, 2007).

Untuk menjadi seorang lulusan akuntansi yang berkualitas, diperlukan waktu yang panjang dan usaha yang keras serta dukungan dari pihak lain yang akan memengaruhi pengalaman hidup lulusan tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki keterampilan emosi yang baik akan berhasil di dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk terus belajar (Gayatri et al., 2019).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan tentang bagaimana kita membawa diri kita dengan menghargai diri sendiri

(44)

25

dan orang lain, juga dengan sensitivitas perasaan agar bisa menghadapi situasi dengan tepat.

Menurut Goleman (2005) dalam (Pasek, 2016) kecerdasan emosional data dijabarkan menjadi lima bagian yaitu tiga komponen kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Berikut penjelasannya:

a. Pengenalan Diri (Self Awareness), adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengendalian Diri (Self Regulation), adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi.

c. Motivasi (Motivation), adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif.

(45)

26

d. Empati (Emphaty), adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perasaan orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu mengadaptasikan diri.

e. Keterampilan Sosial (Social Skills), adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, dan bekerjasama dalam tim.

2.1.3. Kecerdasan Spiritual

Untuk apa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional ini dilakukan? Untuk siapa? Banyak orang yang telah sukses, kaya raya, punya segalanya, tetapi tidak merasakan kebahagiaan. Danah Zohar dan Ian Marshall mecetuskan kecerdasan spiritual pada pertengahan tahun 2000. Zohar & Marshall (2001) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual diperlukan sebagai landasan untuk membangun IQ dan EQ. Biasanya aspek spiritual dikaitkan dengan ketuhanan, bagaimana manusia beribadah kepada Tuhannya, tetapi mereka juga berpendapat bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan aspek ketuhanan, kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa.

Menurut Agustian (2007) kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberikan makna spiritual terhadap

(46)

27

pemikiran, perilaku dan kegiatan serta menyinergikan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dan lebih mengembangkan kualitas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalnya secara efektif. Memaknai sesuatu dengan positif akan membangkitkan jiwa dan semangat dalam diri untuk tidak terpuruk dan melakukan perbuatan yang positif.

Kecerdasan spiritual yang baik dapat dilihat dari ketulusan, kepercayaan, kepemimpinan, pembelajaran, dan keteraturan. Maka mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, cenderung memiliki ketenangan hati dan cenderung mudah memahami pembelajaran karena melibatkan doa. Kecerdasan spiritual berada di dalam diri, berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar seseorang (Gayatri et al., 2019). Kecerdasan spiritual berperan sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan. serta berprinsip hanya karena Allah (Parauba, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah bagaimana manusia memaknai hidup dan mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya seperti moral, nilai, sehingga menuntun pada perbuatan positif dengan melibatkan Tuhan.

(47)

28

Zohar dan Marshall membagi indikator kecerdasan spiritual sebagai berikut:

a. Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas.

b. Kesadaran diri yang tinggi, yaitu adanya kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, yaitu tetap tegar dalam menghadapi musibah serta mengambil hikmah dari setiap masalah itu.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, yaitu seseorang yang tidak ingin menambah masalah serta kebencian terhadap sesama sehingga mereka berusaha untuk menahan amarah.

e. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, yaitu selalu berfikir sebelum bertindak agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan.

f. Kualitas hidup, yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai- nilai.

(48)

29

g. Berpandangan Holistik, yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan berbagai hal di sekitar.

h. Kecenderungan bertanya, yaitu kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa atau bagaimana jika untuk mencari jawaban yang mendasar.

i. Bidang mandiri, yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi, seperti: mau memberi dan tidak mau menerima.

2.2. Fraud Akademik

Marsden et al. (2005) dalam (Hariri et al., 2018) membagi kecurangan akademik ke dalam cheating atau tingkah laku menyontek, plagiarism yaitu kegiatan mengutip tanpa menyebut sumber, dan falsification yaitu usaha memberikan kesan bahwa suatu ”pernyataan tertentu” telah ”dibuktikan” adanya kecurangan oleh suatu kajian yang dilakukan orang lain. Kecurangan secara umum dapat disimpulkan sebagai upaya mendapatkan keuntungan atau manfaat untuk dirinya atau kelompoknya yang merugikan pihak lain. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa kecurangan akademik merupakan kecurangan yang dilakukan pada proses belajar di perguruan tinggi untuk mendapatkan nilai atau keuntungan lainnya bukan dengan cara yang benar.

(49)

30

Colby (2006) dalam (Sagoro, 2013), menyatakan bahwa di Arizona State University kategori kecurangan akademik dibagi menjadi lima kategori seperti yang dipublikasikan oleh Arizona State University Integrity Advocates. Kategori tersebut adalah:

1. Plagiat, yaitu menggunakan kata-kata atau ide orang lain tanpa menyebut atau mencantumkan nama orang tersebut. Tidak menggunakan tanda kutipan dan menyebut sumber ketika menggunakan kata-kata atau ide orang lain pada saat mengerjakan laporan, makalah dari bahan internet, majalah, koran.

2. Pemalsuan data, misalnya membuat data ilmiah yang merupakan data fiktif.

3. Penggandaan tugas, yakni mengajukan dua karya tulis yang sama pada dua kelas yang berbeda tanpa izin dosen/guru.

4. Menyontek pada saat ujian, antara lain:

▪ Menyalin lembar jawaban orang lain;

▪ Menggandakan lembar soal dan membagikannya;

▪ Menggunakan teknologi untuk mencuri soal ujian kemudian diberikan kepada orang lain atau sebaliknya.

5. Kerjasama yang salah, seperti bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan tugas individual, dan tidak melakukan tugasnya ketika bekerja dalam sebuah tim.

(50)

31

Pada hasil penelitian (Mensah & Azila-Gbettor, 2018) paling banyak ditemukan kegiatan fraud akademik ketika ujian dalam hal memperbolehkan orang lain menyalin jawaban kita, atau kita yang menyalin dari orang lain, dan menengok ke sekitar untuk melihat jawaban orang lain dan menyalinnya.

2.3. Sikap Etis Mahasiswa

Etika berasal dari kata yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (taetha) berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Etika sebagai ajaran moral pada umumnya tidak tertulis. Namun, bagi suatu organisasi profesi (misalnya akuntan, dokter, pengacara), perilaku etis dituangkan dalam aturan tertulis yang disebut kode etik. Kode etik tersebut dibuat untuk dijadikan sebagai aturan tindakan etis bagi para anggota profesi yang bertujuan menjaga reputasi serta kepercayaan masyarakat agar profesi dapat berkelanjutan di tengah masyarakat. Menurut Wicaksono (2018) istilah etika sangat berhubungan dengan tata krama, sopan santun, pedoman moral, norma susila, dan lain-lain yang mana hal-hal ini berhubungan juga dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.

Moral (moralitas) adalah istilah untuk menyebut manusia atau orang lain yang dalam tindakannya memiliki nilai positif.

Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma, aturan dan hukum yang ditetapkan (Himmah, 2013). Oleh karena itu, tidak hanya

(51)

32

kemampuan dan keahlian khusus (skill) yang dibutuhkan dalam bidang profesi, perilaku etis pun dibutuhkan.

Dari penjelasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa etika merupakan seperangkat peraturan atau norma yang menjadi pedoman bagi manusia dalam berperilaku sehingga dapat ditentukan mana perilaku yang etis dan tidak etis. Menurut Midyarany dan Kurnia (2014) etis atau tidak etisnya seseorang dalam berperilaku ditentukan oleh karakter biografis, kemampuan, kepribadian dan pembelajaran. Mahasiswa Akuntansi yang diproyeksikan sebagai calon akuntan profesional di masa depan harus mematuhi kode etik profesi akuntan. Pengetahuan mengenai peraturan dan kode etik profesi akuntan menekankan betapa pentingnya prinsip etika bagi para akuntan dalam melakukan kegiatan profesionalnya.

Peneliti menyimpulkan bahwa sikap etis mahasiswa merupakan bagaimana seorang mahasiswa menempatkan dirinya sesuai dengan pedoman etis dan tidak etis yang berlaku.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi di bidang akuntansi di Indonesia memiliki Kode Etik yang ditetapkan (IAI, IAPI, &

IAMI, 2020). Kode Etik IAI tersebut menekankan pentingnya prinsip etika bagi para akuntan dalam melakukan kegiatan profesionalnya. Prinsip Dasar Etika dalam Kode Etik IAI dalam Buku Kode Etik Akuntan (efektif 1 Juni 2020) terdiri dari lima, yaitu: Integritas, Objektivitas, Kompetensi dan Kehati-hatian Professional, Kerahasiaan, dan Perilaku Profesional.

(52)

33

Kelima poin di atas merupakan etika berada di dunia kerja, kerahasiaan dan perilaku profesional belum bisa sepenuhnya kita adopsi mengingat pada masa belajar di perguruan tinggi belum dituntut menjadi profesional yang bertanggung jawab pada institusi atau klien tertentu.

Belkaoui (1992) dalam (Farhan, 2012) mengajukan lima nilai etika sebagai elemen yang paling penting dalam moralitas akuntansi, yaitu: Fairness, Ethics, Honesty, Social Responsibility, Truth, dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Fairness merupakan perwujudan sifat netral dari seorang akuntan dalam menyiapkan laporan keuangan. Prinsip, prosedur dan teknik- teknik akuntansi harus fair, tidak bias dan tidak parsial.

b. Ethics erat kaitannya dengan peran profesi akuntansi, artinya bahwa dalam melaksanakan peranannya, seorang akuntan tidak hanya menghadapi aturan-aturan perilaku formal, tetapi juga nilai - nilai moralitas yang diciptakan oleh lingkungannya. Ethics akan membedakan antara yang baik dengan yang buruk dan yang benar dengan yang salah sebagai salah satu unsur yang perlu diperhatikan sebagai dasar pijakan dalam pengambilan keputusan.

c. Honesty adalah unsur ketiga yang harus dijunjung untuk dapat menjamin terciptanya atau bertahannya kepercayaan masyarakat umum terhadap profesi akuntansi. Hilangnya honesty umumnya dapat

(53)

34

menyebabkan timbulnya fraud, yaitu berlaku tidak jujur atas perbuatan yang tidak seharusnya.

d. Sosial responsibility memandang perusahaan atau institusi tidak lagi sebagai sebuah entitas yang semata – mata mengejar laba (profit) untuk kepentingan pemilik perusahaan (shareholders), atau untuk kepentingan yang lebih luas, yaitu para pemangku kepentingan (stakeholders). Namun, juga secara lebih serius memperhatikan lingkungan sosial sebagai bagian yang sangat penting dan tak terpisahkan dalam kegiatan utama.

e. Truth dalam hal ini dapat diartikan sebagai netralitas (neutrality) dan objektivitas (objectivity). Truth menunjukkan bahwa seorang akuntan untuk menghindari bias dalam pengetahuan (knowledge), deskripsi, dan komunikasi atas fakta, harus bersikap netral. Netral disini artinya adalah bahwa akuntan melaporkan informasi seperti apa adanya, tidak menyediakan informasi dengan cara tertentu dan objektif tidak cenderung menguntungkan suatu pihak dan merugikan pihak lain.

Selain nilai moral yang mencakup etika akuntansi, untuk lebih relevannya peneliti melakukan tinjauan literatur terhadap kode etik yang tercantum di buku panduan akademik beberapa universitas di Indonesia.

Secara umum, dengan dibuatnya kode etik mahasiswa, menunjukkan bahwa pihak perguruan tinggi sepakat bahwa mahasiswa harus menjunjung

Referensi

Dokumen terkait

Dari kurva radar tersebut dapat dilihat bahwa sub sistem pengelolaan pengetahun memiliki nilai terendah (2,94) dibandingkan sub sistem-sub sistem yang lain. Ini menunjukkan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses pembelajaran tari sigeh pengunten menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstakulikuler di SMP N 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan secara umum berkategori baik, (2) penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian pengembangan yang terdiri dari tahap Preliminary (tahap persiapan dan pendesainan) dan tahap Prototyping

Adapun alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan sebuah sistem atau program aplikasi dengan tenaga komputer, yang dapat melakukan training data citra sidik

Pada Tabel 3 adalah Tabel penilaian risiko sisa, dari tabel tersebut dapat dilihat hasil tingkat bahaya yang membutuhkan perbaikan pada pengendalian risiko yang dilakukan oleh PT

Proton dari suatu molekul tidak akan membalikkan spinnya pada frekuensi resonansi yang sama yang menyebabkan semua spektrum NMR yang diperoleh dari

Adapun fungsi sistem kelistrikan pada traktor adalah antara lain: mengengkol motor sewaktu mulai menstart traktor, menyalakan campuran udara dan bahan bakar pada traktor dengan motor