• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intervensi AS ke dalam Skandal FIFA sebagai aksi Politik

Dalam dokumen Motif di Balik Campur Tangan Amerika Ser (Halaman 128-172)

Bab III Aspek Legal & Politik Intervensi AS terhadap Skandal FIFA

IV.3 Intervensi AS ke dalam Skandal FIFA sebagai aksi Politik

Aspek politik intervensi AS ke dalam skandal FIFA tidak seketika hadir bersamaan dengan eksistensi aspek legal karena tentunya sebuah negara yang ingin mengintervensi sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang memiliki otonomi dan imunitas tentunya harus memiliki basis legal intervensi. Pada konklusi kerangka pemikiran bab 1 peneliti telah menjabarkan bagaimana aspek politik bisa hadir dalam mencari penjelasan kasus ini. Segala asumsi, proses, strategi hingga realisasi intervensi digambarkan dan dihubungkan dengan benang-

116

benang merah kasus serta data dan fakta yang telah tersedia hingga memunculkan beberapa anomali. Anomali yang muncul itulah yang kemudian dijadikan dasar perhitungan munculnya aspek politik dalam intervensi skandal FIFA. Berikut akan peneliti jabarkan beberapa faktor kunci munculnya aspek politik intervensi skandal FIFA: 1) adanya pembelokan tujuan intervensi; 2) investigasi ulang proses bidding tuan rumah PD 2018 dan 2022; 3) “timing” dan “placing” intervensi.

Pembelokan tujuan intervensi dibuktikan dengan adanya kontradiksi pernyataan dari para eksekutor AS yakni terutama DOJ yang menyatakan bahwa intervensi skandal FIFA dilakukan atas dasar inakuntabilitas organisasi dan penyalahgunaan sistem finansial AS yang bertujuan untuk membersihkan organisasi namun pada akhirnya yang lebih terlihat adalah munculnya tujuan lain yakni mengambil hak tuan rumah PD Rusia 2018. Pernyataan peneliti sebelumnya dapat dilihat melalui fakta diadakannya investigasi ulang terkait pemberian hak tuan rumah PD Rusia dan Qatar meskipun pada bab III.2 telah dijelaskan bahwa pada tahun 2014 telah ada investigasi internal dan Rusia disimpulkan telah bebas dari pelanggaran selama proses bidding. Namun pasca penangkapan petinggi FIFA di Zurich Mei 2015 investigasi pemilihan tuan rumah PD 2018 akan dibuka kembali. Pada sub bab selanjutnya peneliti menjabarkan beberapa anomali intervensi yang semakin menguatkan asumsi bahwa intervensi AS ke dalam skandal FIFA tidak hanya bersifat legal.

Timing” adalah segalanya, bahkan dalam sepak bola dan politik. Kali ini kejadian penangkapan para petinggi FIFA di Zurich dengan hanya berselang

117

dua hari sebelum diadakannya kongres tahunan serta pemilihan presiden FIFA yang menyajikan sinkronisitas sebuah kejadian dan “timing”. 248 Kontradiksi pertama intervensi AS terhadap skandal FIFA dengan segala anomalinya datang dari Moscow, Rusia. Piala Dunia berikutnya yang telah dijadwalkan akan diadakan di Rusia dan Vladimir Putin seketika melontarkan pendapatnya mengenai aksi AS yang menurutnya sudah menuju ke arah personal: “So there are clearly forces in America that are trying to turn anything positive that we have into a new channel of confrontation.” Kirill Kabanov yang memonitor praktik korupsi di Rusia dan merupakan seorang anggota council on civil society Kremlin menyatakan pada TIME: “Dan jika memang penyuapan dalam FIFA memang ada, mengapa orang-orang Amerika baru mempermasalahkannya sekarang tepat setelah FIFA menolak permohonan para senator AS untuk mencabut hak Piala Dunia Rusia?”249 Tanggapan Kremlin tidak datang tanpa alasan karena dakwaan yang dijatuhkan AS kepada FIFA sangat sensitif terkait adanya dugaan mismanajemen yang memungkinkan untuk mengambil momen Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia. 250

AS baru turun tangan dalam skandal FIFA pada pertengahan tahun 2015. Maka kasus yang dijadikan sasaran analisis aksi AS tersebut adalah dua Piala Dunia mendatang yakni Rusia 2018 dan Qatar 2022. Jika ditarik benang merah, jawaban tersebut dapat dikaitkan dengan kekalahan bidding Inggris untuk PD 2018 dan AS untuk PD 2022. 251 Meskipun terdapat aspek legal dari intervensi AS terhadap

248 David Goldblatt, “The Fifa fiasco proves it’s time to dismantle football’s edifice of corruption”. 249 Simon Shuster, “Russia Sees U.S. Conspiracy Against World Cup Plans in FIFA Scandal”. 250 Reid Standish, “Russia: U.S. FIFA Investigation Is Illegal, Extraterritorial Use of Law”,

http://foreignpolicy.com/2015/05/27/russiausfifainvestigationisillegalextraterritorialuseoflaw- worldcup2018seppblatterputin/ (diakses 18 Juni 2016).

118

skandal FIFA sebagai INGO dengan otonomi dan prinsip bebas intervensi pemerintah, “timing” atau waktu intervensi AS terhadap skandal FIFA dianggap janggal dan memunculkan banyak pertanyaan karena: pertama, seperti yang telah tertera di atas, terbongkarnya kasus korupsi FIFA telah menjadi rahasia publik dan telah didokumentasikan sejak beberapa dekade yang lalu, terutama sejak 2010252; kedua, aksi penangkapan petinggi FIFA yang dilakukan DOJ beserta dakwaan yang turut dibongkar baru dilakukan ketika para petinggi FIFA sedang mengadakan general meeting di Zurich, tepat dua hari sebelum pelaksanaan kongres pemilihan presiden FIFA. Kala itu Sepp Blatter, presiden FIFA selama empat kali dan akan menjadi presiden untuk kelima kalinya. Namun kejadian penangkapan petinggi FIFA menciptakan kekacauan dalam FIFA sehingga membatalkan pelaksanaan kongres; ketiga, hukum yurisdiksi yang dipakai oleh AS untuk melakukan investigasi dan mendakwa anggota INGO berbasis di Swiss adalah RICO Act 1970 (Racketeering Influence and Corruption Act) yang merupakan hukum untuk mengadili aktivitas kriminal terorganisir; dan yang keempat, pelaksanaan kongres FIFA tidak hanya dilaksanakan untuk memilih presiden FIFA namun juga untuk melaksanakan kesepakatan suara (vote) terkait permohonan FA Palestina untuk mencoret Israel dari keanggotaan FIFA. 253 Terdapat anomali berikutnya yang membedakan intervensi AS terhadap FIFA dengan intervensi negara lain yakni pendekatan intervensi yang dilakukan. Anomali yang membedakan intervensi AS terhadap FIFA dengan intervensi negara lain yakni pendekatan intervensi yang dilakukan. Sesaat setelah Blatter mengumumkan pemegang hak tuan rumah PD 2018 dan 2022, Buretta secara

252 lihat sub bab II.3.1.

119

resmi membuka kasus untuk melawan FIFA dengan cara memakai seorang anggota FIFA berkebangsaan Amerika yang dijadikan “whistleblower”, Chuck Blazer. 254 Selain itu yang mengejutkan adalah mundurnya Sepp Blatter setelah terpilih menjadi presiden FIFA kelima kalinya, tepat tiga hari setelah intervensi FIFA dilancarkan.

IV.4 Intervensi AS ke dalam Skandal FIFA sebagai aksi Legal dan Politik

Dunia sedang menyaksikan konflik besar persepakbolaan yang sarat aspek politik. Skandal FIFA yang melibatkan DOJ Amerika Serikat mendakwa sembilan petinggi organisasi dan lima petinggi perusahaan komersil olahraga dengan tuduhan suap, penipuan dan pemerasan telah memprovokasi konfrontasi politis antara Rusia dan Amerika Serikat. 255 Ketika sudah jelas potensi Piala Dunia baik bagi negara-negara partisipan maupun negara tuan rumah. Maka kontroversi terkait hak tuan rumah PD 2018 yang terutama datang dari AS memiliki alasan dan penjelasan tersendiri. Setelah pada sub bab mengenai aksi frontal pemerintah AS yang secara eksplisit menyerang PD 2018 dengan alasan yang dicantumkan dalam isi surat, dalam sub bab ini peneliti akan menjabarkan beberapa fakta domestik lain di Rusia yang dianggap mengancam dunia global jika PD 2018 tetap dilaksanakan di Rusia.

Alexei Pushkov, kepala State Duma International Committee menulis pesan elektronik di Twitter: “Serangan putus asa yang dilancarkan terhadap hak tuan rumah PD Rusia 2018 terlihat seperti titik puncak kebijakan isolasi dan merupakan sebuah usaha untuk secara politik mematikan perayaan tahunan

254Nikolas K. Gvosdev, “Putin's FIFA Remarks: Russia Gives America a 'Red Card'”. 255 Eugene Bai, “How the FIFA scandal is leading to a US-Russia political confrontation”.

120

Victory Day di Moscow.”256 Aksi dan tanggapan Putin mengenai skandal FIFA bukan hanya mengenai retorika dan diskursus melainkan mengenai proyeksi kepemimpinan Putin. Melihat dari sisi Rusia dalam: menuduh AS telah melanggar batas legalitas hukum internasional; secara terbukan membela Sepp Blatter dan secara tegas menyatakan posisinya dalam mendukung presiden FIFA; dan mempertahankan haknya sebagai tuan rumah PD 2018 secara total merupakan bagian dari strategi Rusia untuk memproyeksikan kekuatan, kepemimpinan dan determinasi di segala aspek tidak terkecuali sepak bola. Sehingga konfrontasi langsung yang saat ini sedang terjadi dengan AS dan Barat dianggap sebagai suatu kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Agresivitas Rusia dalam proses bidding PD sampai pada akhirnya hak tuan rumah PD jatuh ke tangan Rusia dan posisi skeptikal Rusia dalam mempertahankan pencapaian tersebut lebih dari sekedar perilaku ilogikal negara. Hal tersebut adalah tanda determinasi dan komitmen yang kuat terhadap narasi kongruen dan diskursus yang memandu kebijakan luar negeri Rusia guna membentuk ulang soft power Rusia.257

Jika Rusia dan AS sedang berada dalam kondisi akan memulai Perang Dingin lagi, maka sepak bola—bukan kasus aneksasi Crimea—yang dijadikan alat karena akan lebih banyak mendapat perhatian global. Pasca penangkapan petinggi FIFA yang dilakukan oleh FBI dan DOJ, Rusia merupakan negara pertama yang paling lantang menyuarakan aspek ilegalitas campur tangan AS dengan menyinggung sistem yudisial kolonialisme. Tendensi yang sedang muncul ke permukaan sudah bukan lagi mengenai gangguan finansial negara sebagai efek dari sanksi dan

256 Eugene Bai, “How the FIFA scandal is leading to a US-Russia political confrontation”.

257 Ana Davila, “Fifa wars”, http://www.huffingtonpost.com/ana-davila/fifa-wars_b_7464256.html

121

embargo Barat melainkan AS memilih jalan untuk membangkitkan kemarahan Rusia melalui sesuatu yang sangat dipedulikan oleh Vladimir Putin yakni Piala Dunia 2018.258

Jika kekalahan AS menjadi pemantik intervensi AS terhadap skandal FIFA maka seharusnya Qatar lah yang menjadi sasaran pelucutan hak tuan rumah PD 2022. Hal tersebut dikarenakan Qatar adalah salah satu saingan AS dalam proses bidding PD 2022 dan menjadi lawan tunggal AS di babak terakhir. Namun seperti yang telah peneliti jelaskan pada bab III sub bab mengenai Qatar, AS tidak mempermasalahkan PD Qatar yang dibuktikan dengan adanya serangan langsung senat AS terhadap Rusia melalui surat yang dikirimkan sebanyak tiga kali kepada FIFA. Data-data yang ada menunjukkan bahwa AS tidak memiliki agresivitas untuk menyerang Qatar yang semakin menjelaskan jika pelucutan hak tuan rumah PD Rusia adalah target AS.

Sejak Sepp Blatter mengundurkan diri, situasi FIFA yang tercipta adalah adanya aliansi Anglo-American-UEFA yang sedang memegang kontrol organisasi meskipun akan mendapat perlawanan dari asosiasi nasional pro Blatter (pada dasarnya anggota UEFA merupakan founding fathers FIFA yang berdiri sejak tahun 1904). Kontrol Barat dalam FIFA diharapkan mampu membuka kembali proses pengambilan suara pemilihan tuan rumah PD 2018 yang dipantik oleh investigasi AS dan Swiss.259 Ahli sejarah sepak bola, Boris Dukhon menganalisis bahwa kemunduran Blatter merupakan “political hit” dan mengatakan bahwa tuntutan untuk membatalkan PD Rusia adalah suatu hal yang memalukan “saya

258 Cathal Kelly, “The tricky politics of ditching the Russia and Qatar World Cups”. 259 George Wright , “FIFA and the United States: The Russian Connection”.

122

takut mereka akan mengambil PD dari kami. Benar tidaknya Blatter disuap, apa masalahnya? Apakah semua orang benar-benar bersih? Biarkan negara lain memiliki kesempatan,” jelas Dukhon.260 Jika pada akhirnya dominasi Barat dalam FIFA tidak mampu membatalkan hak rusia sebagai tuan rumah PD 2018, maka akan muncul banyak usaha dari politisi Inggris dan AS untuk memboikot pelaksanaan PD 2018 di Rusia. Kesimpulannya adalah AS akan melakukan apapun untuk mencegah atau membatalkan Piala Dunia Rusia 2018.261

260 Alec Luhn, “Fifa scandal fallout: Russia in disbelief over threat to World Cup 2018”. 261 George Wright , “FIFA and the United States: The Russian Connection”.

123

V Kesimpulan

Kasus intervensi AS ke dalam skandal FIFA tahun lalu adalah sebuah perwujudan intervensi langka di dunia interneasional. Penelitian ini menggarisbawahi kesuksesan AS mengintervensi sebuah INGSO, FIFA. Intervensi yang dilakukan AS berwujud dakwaan dan pada para petinggi FIFA dan penangkapan yang dilakukan pada bulan Mei 2015 di Zurich, Swiss, yang kemudian berujung pada adanya investigasi ulang terkait pemberian hak tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 untuk Rusia dan Qatar. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui motif- motif AS dalam melakukan intervensi dengan mencari hubungan antara AS dan FIFA serta mencari benang merah kasus sehingga dapat diketahui motif lanjutannya. Dari tujuan tersebut, alat analisis berupa teori yang digunakan untuk mengupas kasus dibagi dan diturunkan secara bertahap.

Peneliti pada mulanya mengambil teori intervensi internasional negara yang terhalang oleh prinsip non intervensi negara atau aktor lain. Oleh karena yang diteliti adalah INGSO maka peneliti kemudian mengambil otonomi dan imunitas INGSO untuk menjadi sebuah studi pustaka intervensi negara terhadap sebuah INGSO. Berikutnya peneliti menggunakan akuntabilitas INGSO sebagai celah intervensi yang menjadi titik awal legalitas intervensi. INGSO yang dinilai tidak akuntabel dan telah melakukan praktik bad governance kemudian dihubungkan dengan yurisdiksi negara apabila INGSO tersebut melakukan pelanggaran yurisdiksi sebuah negara. Negara yang merasa yurisdiksinya telah dilanggar bisa melakukan intervensi melalui aplikasi law enforcement baik dalam teritori

124

maupun ekstrateritori. Dari beberapa teori tersebut yang bisa digunakan untuk meneliti FIFA beserta skandalnya dan eksekusi AS, maka intervensi AS ke dalam skandal FIFA dapat dikatakan legal.

Namun peneliti tidak berhenti sampai pada legalitas intervensi AS. Peneliti menemukan beberapa kejanggalan proses intervensi yang pada akhirnya memunculkan motif lain. Peneliti menggunakan alat analisis yang menjelaskan mengenai interelasi olahraga dan politik yang kemudian dikerucutkan menjadi hubungan politik dan MSE seperti Piala Dunia yang juga dapat menjelaskan perilaku AS. Penggunaan teori hubungan olahraga dan politik disebabkan oleh adanya “spotlight” yang diarahkan pada negara tertentu, dalam kasus ini Rusia, dan hilangnya pihak lain, dalam kasus ini Qatar. Peneliti kemudian menggunakan studi kasus hubungan AS-Rusia dalam bidang olahraga yang dipenuhi unsur politik dan bisa menemukan benang merah yang bisa digunakan untuk menjustifikasi investigasi ulang hak tuan rumah PD 2018 Rusia.

Dari penggunaan beberapa teori yang telah disebutkan untuk menganalisis intervensi AS ke dalam skandal FIFA, peneliti memiliki hipotesis bahwa realisasi intervensi didasarkan pada adanya bad governance laten FIFA yang juga menunjukkan adanya pelanggaran yurisdiksi AS sehingga AS memiliki kewenangan untuk masuk ke dalam skandal FIFA. Hipotesis tersebut menjadi aspek legal intervensi sehingga hipotesis kedua sebagai aspek politik didasarkan pada memanasnya hubungan AS-Rusia pasca aneksasi Crimea sehingga intervensi skandal FIFA terkait dengan pemberian hak tuan rumah PD 2018 kepada Rusia karena adanya persaingan prestis antara dua negara.

125

Aspek legal intervensi dapat dibuktikan dengan adanya praktik penyalahgunaan dolar dan teritori AS oleh FIFA selama beroperasi. Sedangkan aspek politik bisa dilihat dari banyaknya anomali intervensi kemudian dikaitkan dengan hubungan AS dan Rusia di bidang olahraga yang mana kedua negara tersebut memang telah memiliki persaingan prestis sejak era Olimpiade sebelum Perang Dingin. Berbagai data dan area lingkaran kasus yang telah dianalisis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian bersifat signifikan dan dapat dijustifikasi. Sehingga benar adanya bahwa intervensi AS ke dalam skandal FIFA merupakan perwujudan aksi yang bersifat legal sekaligus politik.

Oleh karena jangkauan penelitian ini hanya sampai pada berakhirnya rezim Sepp Blatter, maka penelitian ini hanya digunakan untuk menganalisis keberhasilan intervensi AS ke dalam FIFA. Namun karena investigasi ulang PD 2018 dan 2022 belum menghasilkan sebuah keputusan akhir, maka terbuka lebar area penelitian berikutnya untuk dapat menganalisis efektivitas investigasi ulang tersebut. Selain itu celah penelitian lain yang dapat dikembangkan adalah efek intervensi AS ke dalam FIFA terhadap hukum organisasi internasional setelahnya. Pada akhirnya data-data dan analisis kasus ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini dapat dikonfirmasi.

xiii

Daftar Pustaka Artikel dalam buku

Riordan, James. “The Impact of Communism on Sport”. The International Politics of Sport in the Twentieth Century (1999): 48-66.

Artikel daring

Allen, Matthew. 2015. US Intervention Could Boost FIFA Clean Up [daring] dalam http://www.swissinfo.ch/directdemocracy/corruption-claims_us- intervention-could-boost-fifa-clean-up/41454726 US intervention could boost FIFA clean-up [diakses 6 Mei 2016].

Bai, Eugene. 2015. How the FIFA Scandal is Leading to a US-Russia Political Confrontation

[daring] dalam http://www.russia-direct.org/analysis/how-fifa-scandal- leading-us-russia-political-confrontation [diakses 13 April 2016].

Baxter, Kevin. 2014. World Cup in 1994 Gave U.S. Soccer the Kick in the Pants It Needed [daring] dalam http://www.latimes.com/sports/soccer/laspusworld- cupmls20140601story.html [diakses 2 Mei 2016].

Blake, Paul. 2015. Fifa scandal: Why the US is policing a global game [daring] dalam http://www.bbc.com/news/world-us-canada-32889845 [diakses 9 Mei 2016].

Carpenter, Les. 2015. Latest indictment in Fifa corruption scandal names 16 new officials

[daring] dalam https://www.theguardian.com/football/2015/dec/03/latest- indictment-in-fifa-corruption-scandal-names-16-new-officials [diakses 6 Mei 2016].

Connolly, Callum. 2015. Russia 2018: A Dangerous, Ludicrous Choice [daring] dalam http://www.punditarena.com/football/cconnolly/russia-2018- dangerous-ludicrous-choice/ [diakses 6 Mei 2016].

Dalsh, Amr. 2015. FIFA, Blatter and Africa: a special relationship [daring] dalam http://theconversation.com/fifa-blatter-and-africa-a-special-relationship- 42785 [diakses 8 Mei 2016].

Davila, Ana. 2015. Fifa Wars [daring] dalam http://www.huffingtonpost.com/ana- davila/fifa-wars_b_7464256.html [diakses 28 Mei 2016].

Doré, Louis. 2015. Vladimir Putin Says US Investigation into Fifa is a 'clear attempt' to Prevent Sepp Blatter from Being Re-elected [daring] dalam http://www.independent.co.uk/news/world/europe/russia-accuses-us-of-

xiv

another-case-of-illegal-exterritorial-use-of-us-law-for-investigating-fifa- 10280517.html [diakses 14 April 2016].

Ellingworth, James & Rob Harris. 2015. Russia 2018: Racism ‘guaranteed’ at World Cup as incidents double [daring] dalam www.independent.co.uk/sport/football/international/russia-2018-racism- guaranteed-at-world-cup-as-incidents-double-a6768701.html [diakses 18 Mei 2016].

Ellyatt, Holly. 2015. How much could Russia lose from FIFA scandal? [daring] dalam http://www.cnbc.com/2015/05/28/how-much-could-russia-lose- from-fifa-scandal.html [diakses 16 Mei 2016].

Gaines, Cork. 2015. The Popularity of the NFL is Starting to Fall in the US [daring] dalam http://www.businessinsider.co.id/popularity-nfl-mlb-nba- 2015-2/?r=US&IR=T#.VyMR3U8RPIU [diakses 13 April 2016].

Gibbs, Jess & Laurence Bouvard. 2015. The Long Arm of the US Judiciary in the

FIFA Scandal Published [daring] dalam

http://watchingamerica.com/WA/2015/05/30/the-long-arm-of-the-us- judiciary-in-the-fifa-scandal/ [diakses 14 April 2016].

Goldblatt, David. 2015. The Fifa Fiasco Proves It’s Time to Dismantle Football’s

Edifice of Corruption [daring] dalam

http://www.theguardian.com/commentisfree/2015/may/27/fifafiasco- footballcorruption [diakses 20 April 2016].

Gvosdev, Nikolas K. 2015. Putin's FIFA Remarks: Russia Gives America a 'Red Card' [daring] dalam http://nationalinterest.org/feature/putins-fifa- remarks-russia-gives-america-red-card-12996 [diakses 2 Mei 2016].

Harding, Luke & Alec Luhn. 2015. Sport, doping and Putin's vision of Russia as a

revived world power [daring] dalam

https://www.theguardian.com/sport/2015/nov/13/sportdopingputinrussia- worldpowerwada [diakses 11 Mei 2016].

Hayward, Paul. 2015. Vladimir Putin's use of sport for political ends is grotesque

but grimly effective [daring] dalam

http://www.telegraph.co.uk/sport/othersports/athletics/11986266/Vladimir- Putinsuseofsportforpoliticalendsisgrotesquebutgrimlyeffective.html

[diakses 13 Mei 2016].

Hayward, Paul. 2015. Ukraine crisis: Fifa in uncomfortable position over 2018

Russia World Cup [daring] dalam

http://www.telegraph.co.uk/sport/football/world-cup/11418490/Ukraine- crisis-Fifa-in-uncomfortable-position-over-2018-Russia-World-Cup.html [diakses 16 Mei 2016].

xv

Hedge, Zero. 2015. Putin Condemns US Over FIFA Arrests 'Another blatant attempt by the US to meddle outside its jurisdiction' [daring] dalam http://russia-insider.com/en/putin-slams-us-over-fifa-arrests-another-

blatant-attempt-us-meddle-outside-its-jurisdiction/ri7521 [diakses 20 April 2016].

Helderman, Rosalind S. 2015. As FIFA allegations swirled, Clintons gave Qatar a

stage and legitimacy [daring] dalam

https://www.washingtonpost.com/politics/as-fifa-allegations-swirled- clintons-gave-qatar-a-stage--and-legitimacy/2015/06/03/af5c816c-0628- 11e5-a428-c984eb077d4e_story.html [diakses 10 Juni 2016].

Johnstone, Diana. 2015. Playing Hard Ball With Soft Power [daring] dalam http://www.counterpunch.org/2015/06/10/playing-hard-ball-with-soft- power/ [diakses 14 April 2016].

Joyner, Alfred. 2015. FIFA Corruption Scandal Explained in 60 Seconds [daring] dalam http://www.ibtimes.co.uk/fifa-corruption-scandal-explained-60- seconds-1503361 [diakses 6 Mei 2016].

Karabell, Zachary. 2015. What Putin Gets Right about America [daring] dalam http://www.politico.com/magazine/story/2015/06/putin-fifa-crimes-

118507.html#ixzz3btt3qvME [diakses 14 April 2016].

Keating, Joshua. 2015. Putin on FIFA Arrests: The U.S. Is Out to Ruin Russia’s

World Cup [daring] dalam

http://www.slate.com/blogs/the_slatest/2015/05/28/putin_on_fifa_arrests_t he_u_s_is_out_to_ruin_russia_s_world_cup.html [diakses 13 Mei 2016]. Kelly, Cathal. 2015. The tricky politics of ditching the Russia and Qatar World

Cups [daring] dalam http://www.theglobeandmail.com/sports/soccer/the- tricky-politics-of-ditching-the-russia-and-qatar-world-

cups/article24884323/ [diakses 20 Juni 2016].

Kirchick, James. 2015. How FIFA Explains the World: It’s a much better place because of American hegemony [daring] dalam http://www.slate.com/articles/news_and_politics/foreigners/2015/06/how_ fifa_explains_the_world_america_is_the_only_country_that_could_take.ht ml [diakses 14 April 2016].

Kucinich, Jackie. 2015. Corrupt FIFA Has Clinton Foundation Ties; World Cup Host Qatar Gave Millions [daring] dalam http://www.thedailybeast.com/articles/2015/05/27/corrupt-fifa-has-clinton- foundation-ties-world-cup-host-qatar-gave-millions.html [diakses 10 Juni 2016].

xvi

Kyivpost. 2013. Yanukovych confirms refusal to sign deal with EU [daring]

Dalam dokumen Motif di Balik Campur Tangan Amerika Ser (Halaman 128-172)