• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan di lapangan diawali dengan pembentukan generasi F1 persilangan antara dua galur jagung pulut wx (PTBC4-7-5-BB dan PTBC4-10-1-BB) dan dua galur opaque-2 (CML141 dan CML142) masing-masing ditanam dilahan yang sebelumnya dilakukan pengolahan tanah secara sempurnah guna menghindari gulma dan tanaman pengganggu lainnya, tiap galur ditanam ±500 tanaman pada petakan berbeda, menggunakan jarak tanam 0,75 x 0,20 m dengan panjang barisan 5 m terdiri dari 25 baris per galur, benih sebelum ditanam diberikan perlakuan dengan metalaksil untuk mencegah serangan penyakit bulai (Perenosclerospora maydis), saat tanam lubang tanam diberi karbofuran untuk mencegah serangan ulat bibit, penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam (hst) dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha KCL, dengan menugal disamping tanaman, pemupukan kedua diberikan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea.

Penyiangan dilakukan dua sampai tiga kali tergantung keadaan gulma dengan membuang gulma yang berada di sekitar tanaman. Penyiangan pertama

pada saat tanaman berumur dua sampai tiga minggu setelah tanam (mst) dan empat sampai enam minggu setelah tanam. Penyiangan kedua dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan, pembumbunan dilakukan untuk mempermudah pemberian air. Pengairan dilakukan setiap dua minggu sekali, apabila tanahnya dapat menyimpan air maka pengairan dapat dilakukan setiap tiga minggu sekali. Pengairan yang sangat mempengaruhi dan harus dilakukan menjelang berbunga dan waktu pengisian biji karena stadia ini akan mempengaruhi hasil panen.

Saat tanaman berumur ±45-54 (hst) dilakukan persilangan antara galur jagung opaque-2 dengan galur jagung pulut sesuai pasangannya masing-masing (CML141 x PTBC4-7-5-BB (set I) dan CML142 x PTBC4-10-1-BB (set II)) untuk menghasilkan benih F1. Panen dilakukan pada saat tanaman memasuki fase masak fisiologis dengan ditandai terbentuknya black layer pada biji (umur ±95–

105 hst), menggunakan tenaga manusia untuk menghindari kehilangan hasil. Masing-masing pasangan persilangan dipanen secara terpisah dan dimasukkan ke dalam kantong kertas serta diberi label, sebagai benih pada pertanaman musim berikutnya.

Pembentukan Materi Genetik F2:

Benih F1 yang dihasilkan pada musim tanam pertama ditanam kembali masing-masing ditanam satu tongkol satu baris yakni masing-masing tongkol benih F1 (set I; CML141 x PTBC4-7-5-BB dan set II; CML142 x PTBC4 -10-1-BB) ditanam dalam barisan-barisan yang terpisah, ditanam ±250 tanaman per set, jarak tanam yang digunakan 0,75 x 0,20 m dengan panjang barisan 5 m terdiri dari ±10 baris per set, benih sebelum ditanam diberikan perlakuan dengan metalaksil untuk mencegah serangan penyakit bulai (Perenosclerospora maydis), saat tanam lubang tanam diberi karbofuran untuk mencegah serangan ulat bibit, penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam (hst) dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha KCL, dengan menugal disamping tanaman, pemupukan kedua diberikan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea.

persilangan sendiri (selfing) untuk menghasilkan benih genotipe F2sebagai benih pada musim selanjutnya. Panen dilakukan pada saat tanaman memasuki fase masak fisiologis dengan ditandai terbentuknya black layer pada biji (umur ±95–

105 hst), menggunakan tenaga manusia untuk menghindari kehilangan hasil. Masing-masing pasangan persilangan dipanen secara terpisah dan dimasukkan ke dalam kantong kertas serta diberi label, sebagai benih F2 (set I; CML141 x PTBC4-7-5-BB dan set II; CML142 x PTBC4-10-1-BB) pada pertanaman musim berikutnya.

Pembentukan Materi Genetik F3:

Benih F2yang terseleksi memiliki genopaque-2pada kegiatan laboratorium pada musim tanam kedua ditanam kembali, masing-masing ditanam satu tongkol satu baris yakni masing-masing tongkol benih F2set I; CML141 x PTBC4-7-5-BB terseleksi 62 tanaman memiliki genopaque-2dan set II; CML142 x PTBC4 -10-1-BB terseleksi 60 tanaman memiliki gen opaque-2 ditanam dalam barisan-barisan yang terpisah, jarak tanam yang digunakan 0,75 x 0,20 m dengan panjang barisan 5 m, benih sebelum ditanam diberikan perlakuan dengan metalaksil untuk mencegah serangan penyakit bulai (Perenosclerospora maydis), saat tanam lubang tanam diberi karbofuran untuk mencegah serangan ulat bibit, penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam (hst) dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha KCL, dengan menugal disamping tanaman, pemupukan kedua diberikan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea.

Saat tanaman berumur ±15 sampai 20 hst dilakukan pengambilan sampel daun, bagian tanaman yang diambil adalah daun muda yang telah membuka sempurna per individu tanaman dipotong-potong kecil ditimbang ±0.4 g per sampel per individu tanaman, kemudian dimasukkan kedalam ependorf diisi bufer CTAB ±1,7 ml sebagai pengganti nitrogen cair mengikuti prosedur Khan et al. (2004) dan selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk diisolasi DNA. DNA genom diseleksi menggunakan metode MAS dengan primerphi057sebagai marka penyeleksi genopaque-2.

Tanaman yang telah diambil sampel daunnya diberi tanda dengan memasangi label, saat tanaman berumur ±45-55 hst dilakukan persilangan sendiri (selfing) untuk menghasilkan benih genotipe F3 sebagai benih pada musim keempat. Panen dilakukan pada saat tanaman memasuki fase masak fisiologis dengan ditandai terbentuknya black layer pada biji (umur ±95–105 hst), menggunakan tenaga manusia untuk menghindari kehilangan hasil. Masing-masing pasangan persilangan dipanen secara terpisah dan dimasukkan ke dalam kantong kertas serta diberi label, sebagai benih F3(set I; CML141 x PTBC4 -7-5-BB dan set II; CML142 x PTBC4-10-1-BB) pada pertanaman musim berikutnya.

Pembentukan Materi Genetik F4:

Benih F3yang terseleksi memiliki genopaque-2pada kegiatan laboratorium pada musim tanam kedua ditanam kembali, masing-masing ditanam satu tongkol satu baris yakni masing-masing tongkol benih F2set I; CML141 x PTBC4-7-5-BB terseleksi 60 tanaman memiliki genopaque-2dan set II; CML142 x PTBC4 -10-1-BB terseleksi 59 tanaman memiliki gen opaque-2 ditanam dalam barisan-barisan yang terpisah, jarak tanam yang digunakan 0,75 x 0,20 m dengan panjang barisan 5 m, benih sebelum ditanam diberikan perlakuan dengan metalaksil untuk mencegah serangan penyakit bulai (Perenosclerospora maydis), saat tanam lubang tanam diberi karbofuran untuk mencegah serangan ulat bibit, penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam (hst) dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha KCL, dengan menugal disamping tanaman, pemupukan kedua diberikan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea.

Perlakuan budidaya lainnya secara sempurna diberikan sesuai dengan yang dilakukan pada musim kedua, saat tanaman berumur ±15 sampai 20 hst dilakukan pengambilan sampel daun, bagian tanaman yang diambil adalah daun muda yang telah membuka sempurna per individu tanaman dipotong-potong kecil ditimbang ±0.4 g per sampel per individu tanaman, kemudian dimasukkan ke ependorf diisi bufer CTAB ±1,7 ml sebagai pengganti nitrogen cair mengikuti prosedur Khanet al. (2004) dan selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk di isolasi DNA dan

kemudian diseleksi menggunakan metode MAS dengan primer phi057 sebagai marka penyeleksi genopaque-2.

Tanaman yang telah diambil sampel daunnya diberi tanda dengan memasangi label, saat tanaman berumur ±45-55 hst dilakukan persilangan sendiri (selfing) untuk menghasilkan benih genotipe F4 sebagai benih percobaan selanjutnya. Panen dilakukan pada saat tanaman memasuki fase masak fisiologis dengan ditandai terbentuknya black layer pada biji (umur ±95–105 hst), menggunakan tenaga manusia untuk menghindari kehilangan hasil. Masing-masing pasangan persilangan dipanen secara terpisah dan dimasukkan dalam kantong kertas serta diberi label, sebagai benih F4(set I; CML141 x PTBC4 -7-5-BB dan set II; CML142 x PTBC4-10-1-BB). Benih F4 yang diperoleh dari hasil silang diri (selfing), beberapa biji yang dihasilkan kurang baik sehingga yang sesuai untuk digunakan pada percobaan keempat masing-masing 57 genotipe per set.

Dokumen terkait