• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

2. Investasi

a. Pengertian

Investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya (resources) saat ini, dengan harapan mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Sumber daya dalam investasi diterjemahkan kedalam satuan moneter atau uang. Dengan demikian, investasi dapat didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang dengan mengorbankan peluang konsumsi saat ini, untuk mendapatan menfaat (keuntungan) dikemudian hari. Dari pengertian investasi diatas maka bisa dilihat tiga aspek yang mempengaruhi investasi itu sendiri, yaitu (Noor, 2009:4):

16

1) Aspek uang sebagai pengukur kelayakan (money and value concept).

2) Aspek waktu untuk menilai kelayakan investasi dengan menggunakan time concept.

3) Aspek manfaat. Penilaian investasi juga harus dilihat dari manfaat yang akan didapat dan biaya yang digunakan (cost benefit ratio).

Dalam Islam, investasi ditentukan oleh beberapa variabel diantaranya adalah ekspektasi keuntungan pada sebuah projek, pendapatan dan kondisi perekonomian (bukan oleh tingkat bunga yang selama ini dikenal dalam teori ekonomi konvensional). Keputusan investasi bagi seorang investor menyangkut masa akan datang yang mengandung ketidakpastian, yang berarti mengandung unsur risiko bagi investor. Pengetahuan tentang risiko merupakan suatu hal yang penting dimiliki oleh setiap investor maupun calon investor. Konsep bank syariah mengarahkan kepada perolehan pengembalian hasil yang tidak pasti dan tidak tetap. Namun demikian, konsep investasi tersebut adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah atau deposan dan bank sama-sama saling berbagi keuntungan maupun risiko (Prabowo, 2009).

17 b. Aspek Investasi

Menurut Muhammad (2005) dalam usaha investasinya bank Islam mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya:

1) Aspek rentabilitas

Dalam penyaluran dana investasinya Bank Islam memilih dan memilah proyek atau sektor yang memberikan keuntungan.

2) Aspek likuiditas

Dalam penempatan dananya bank Islam tidak sepenuhnya melemparkan semua dana yang dimiliki namun memperhatikan aspek likuiditasnya juga.

3) Spreading Risk

Setiap penempatan dana, meski rendabel, tetap mengandung risiko bisnis. Karenanya dalam pelemparan dana selain mempertimbangkan aspek rentabilitas dan likuiditas juga harus dipertimbangkan risiko lain yang mungkin timbul.

4) Skala prioritas

a) Prioritas utama adalah sektor yang menghasilkan keuntungan terbesar dan risiko kecil.

b) Transaksi kelompok jual beli. c) Transaksi pembiayaan musyarakah. d) Transaksi ijarah.

e) Kebijakan pemerintah atau otoritas moneter yakni pembiayaan dalam rangka pelaksanaan program pemerintah, misal

18

pengadaan pangan, rumah, ekspor, impor, UMKM dan lain-lain.

c. Sumber dana bank syariah

Untuk menghasilkan keuntungan, dana harus terkait erat dengan kegiatan ekonomi dasar (primary economic activity), baik secara langsung bertindak sebagai trading house yaitu dengan melakukan transaksi seperti perdagangan, kegiatan industri atau sewa-menyewa dan lain-lain, atau secara tidak langsung bertindak sebagai investment company melakukan penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh kegiatan usaha tersebut. Berdasarkan prinsip tersebut bank syariah dapat menarik dana dalam bentuk (Arifin, 2003):

1) Titipan (wadi’ah) yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya (guaranteed deposit), tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.

2) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non guaranteed deposit) untuk investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah) dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dari portofolio yang didanai dengan modal tersebut.

3) Investasi khusus (special investment/mudharabah muqayyadah)

dimana bank bertindak sebagai manajer investasi nntuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investasi tersebut.

19

Dengan demikian, sumber dana bank syariah terdiri dari: 1) Modal (core capital)

Menurut Antonio (2001:147) modal merupakan dana modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. Pada umumnya modal inti terdiri dari:

a) Modal yang disetor oleh para pemegang saham.

b) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnnya risiko kerugian di kemudian hari.

c) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham.

2) Kuasi ekuitas (mudharabah accounts) 3) Titipan (wadiah/non remunerated deposits). d. Produk Penghimpuan Dana

Menurut Karim (2004:107-112) penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Sedangkan prinsip operasional syariah yang ditetapkan dalam penghimpunan masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.

1) Prinsip wadi’ah

Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan

20

oleh yang dititipi. Sementara itu dalam wadi’ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Hasil dari pemanfaatan barang titipan tidak wajib dibagi hasilkan kepada si pemberi titipan, walaupun pada dasarnya boleh jika ingin memberikan hasil pemanfaatan sebagai bonus, dan tidak diperjanjikan dengan pemilik barang sebelumnya.

Ketentuan umum dari produk ini adalah:

a) Keuntungan/kerugian dari penyaluran dana ditanggung oleh bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan imbalan atau menanggung kerugian.

b) Bank membuat akad pembukaan rekening yang mencakup izin penyaluran dana dan persyaratan lain sesuai prinsip syariah. c) Bank mengenakan pengganti biaya administrasi setiap

pembukaan rekening baru.

d) Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2) Prinsip Mudharabah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu: a) Mudharabah mutlaqah atau UIAs (Unrestricted Investment

Accounts)

Dalam Mudharabah mutlaqah atau UIAs (Unrestricted Investment Accounts) tidak ada pembatasan bagi bank dalam

21

menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan atau ketentuan bagi bank, akan disalurkan kemana dana yang diberikan nasabah, untuk siapa, atau penggunaan akad-akad tertentu. Sehingga bank memiliki kebebasan dalam menyalurkan dananya. Penerapan mudharabah mutlaqah

menhasilkan dua produk yaitu tabungan dan giro.

b) Mudharabah muqayyadah atau RIA (Restricted Investment Accounts)

Mudharabah muqayyadah atau RIA (Restricted Investment Accounts) dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

(1) Mudharabah muqayyadah on balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi bank.

(2) Mudharabah muqayyadah off balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dan langsung ke mudharib, dimana bank sebagai perantara yang mempertemukan shahibul mal dan mudharib. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis.

22 3) Akad pelengkap

Akad pelengkap ditujukan untuk mencari keuntungan, namun dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Dalam akad pelengkap ini bank dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yag dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya biaya hanya untuk menutupi biaya yang timbul. Salah satu akad pelengkap yang dipakai adalah wakalah.

e. Manajemen Risiko

Karim (2004:255-258) menjelaskan bahwa risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan, yaitu yang dapat berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan, yang berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank. Tujuan dari manajemen usaha adalah:

1) Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2) Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat

unacceptable.

3) Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat

23

4) Mengukur eksposur dan pemusatan risiko. 5) Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

a) Identifikasi risiko

Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank umumnya, melainkan meliputi berbagai risiko khas yang hanya ada pada bank-bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Hal ini kemungkinan terletak dalam enam hal, yaitu:

(1) Proses transaksi pembiayaan (proses pembiayaan syariah, bagi hasil dana pihak ketiga, dan proses transaksi devisa) (2) Proses manajemen (3) Human resources (4) Teknologi (5) Lingkungan eksternal (6) Kerusakan b) Penilaian risiko

Dalam penilaian risiko, keunikan bank Islam terlihat pada hubungan antara probability dan impact, atau yang biasa dikenal sebagai Qualitative Approach.

24 c) Antisipasi risiko

Antisipasi risiko dalam bank Islam bertujuan untuk: (1) Preventive. Bank syariah memerlukan persetujuan Dewan

Pengawas Syariah untuk mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah.

(2) Detective. Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek perbankan oleh BI dan aspek syariah oleh DPS.

(3) Recovery. Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan BI untuk aspek perbankan dan DPS untuk aspek syariah.

Dokumen terkait