• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Iklim Investasi

Lingkungan usaha yang kondusif bagi perkembangan sektor swasta dalam suatu perekonomian adalah lingkungan yang menyediakan kualitas hukum, regulasi dan penataan kelembagaan yang dapat memungkinkan usaha untuk memiliki daya saing, pertumbuhan serta penciptaan lapangan kerja yang maksimal. Berbagai penelitian (World Bank, 2010, 2012, LPEM, 2006) menegaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan sektor swasta yang optimal sangat membutuhkan adanya institusi hukum yang dapat menjamin perlindungan atas property rights, serta peraturan dan regulasi yang efisien dan transparan, yang dapat meminimalkan biaya registrasi dan biaya transaksi yang harus ditanggung perusahaan. Konstelasi institusional yang business-friendly ini merupakan lingkungan usaha yang memudahkan pelaku usaha di sektor swasta untuk memulai usaha, berinvestasi, mengalami pertumbuhan serta menciptakan lapangan usaha.

Menurut World Bank (2006) dalam Adwirman (2012), iklim investasi merupakan sisi penawaran akan persediaan barang dan jasa bagi perusahaan,

merupakan faktor yang akan menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan produksi barang dan jasa dan bisa menimbulkan biaya karenanya. Faktor ini meliputi hak untuk memperoleh akses terhadap sumber daya alam termasuk lahan; kemampuan untuk memperoleh akses terhadap sumber daya alam termasuk lahan; kemampuan untuk memperoleh akses terhadap modal dan biaya untuk melakukan itu; biaya dan tenaga kerja bermutu; mutu lingkungan perundang-undangan setempat; kondisi infrastruktur setempat; besar kecilnya persaingan; pengetahuan tentang peluang pasar; dan stabilitas serta keamanan daerah. Ditambahkan bahwa ada lima aspek dari iklim investasi pedesaan, yaitu tenaga kerja, kredit, infrastruktur, persaingan dan pemasaran, dan pemerintahan lokal. Aspek penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap penting, yaitu dengan melakukan promosi terhadap potensi dan penguasaan teknologi, serta kemampuan lembaga litbang dari universtas. Tindakan pemerintah sangat dibutuhkan di berbagai bidang untuk meningkatkan iklim investasi di Pedesaan.

Menurut Efendi (2011), faktor-faktor yang dapat menghambat kegiatan investasi meliputi inefisiensi birokrasi pemerintah, korupsi, dan infrastruktur. Hambatan terbesar investasi ada pada birokrasi pemerintah dan bukan melulu pada masalah infrastruktur. Sisanya antara lain masalah ketersediaan tenaga terampil, sistem pembayaran, dan suku bunga. Mayoritas investor di Indonesia masih dikuasai pihak asing. Investor asing sangat memperhatikan perangkat hukum dan kebijakan di suatu negara di suatu negara sebelum mereka masuk untuk berinvestasi, mulai dari perizinan, regulasi pajak, mata uang, persaingan usaha, bahkan sampai urusan ekspatriat, yang juga harus mendapatkan perhatian. Menurut Ray dan Redi (2003) terdapat empat elemen kunci yang mempengaruhi iklim investasi di suatu daerah yaitu perizinan dan birokrasi; sumbangan dan pungutan (baik formal maupun informal); isu tenaga kerja dan perburuhan; serta arah dan orientasi kebijakan ekonomi daerah. Lima kriteria yang digunakan untuk menganalisis efisiensi dan transparansi dalam proses perizinan yaitu kecepatan, transparansi biaya, total biaya perizinan, transparansi prosedural dan persyaratan berkas.

Iklim investasi menurut Bank Dunia (2005), didefinisikan sebagai suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha. Sedangkan menurut Stern (2002) dalam INDEF (2006), iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa depan yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi.

Ada sembilan indikator iklim investasi berdasarkan persepsi pelaku usaha yang mempengaruhi investasi di Indonesia, yaitu akses lahan usaha dan kepastian usaha, perizinan usaha, interaksi antara Pemda dan pelaku usaha, program pengembangan usaha swasta, kapasitas dan integritas Kepala Daerah, pajak daerah, retribusi daerah dan biaya transaksi lain, kebijakan infrastruktur daerah, keamanan dan penyelesaian konflik, dan kualitas peraturan daerah (KPPOD (2008)),.

Iklim investasi merupakan kondisi yang bersifat multidimensi dan menjadi pertimbangan bagi para investor dalam melakukan investasi. Dalam kaitannya tersebut peran pemerintah menjadi sangat penting dalam setiap proses

penanaman modal, bahkan rekomendasi pemerintah daerah merupakan syarat mutlak dalam penilaian kegiatan investasi di daerah dinyatakan layak. Hal tersebut terkait pula dengan masalah pemanfaatan tata ruang, gangguan lingkungan dan ketertiban umum. Selain itu iklim investasi merupakan suatu proses jangka panjang yang senantiasa berjalan searah dengan perkembangan usaha. Iklim investasi bukan hanya dipertimbangkan pada awal rencana investasi, akan tetapi merupakan variabel strategis yang akan menentukan keberhasilan investasi sepanjang perusahaan berjalan.

Iklim investasi yang kondusif akan mendorong produktivitas yang lebih tinggi dengan memberikan kesempatan-kesempatan dan insentif bagi badan-badan usaha untuk berkembang, menyesuaikan diri dan menerapkan cara-cara yang lebih baik dalam menjalankan investasi. Iklim investasi yang kondusif akan memperkuat pertumbuhan ekonomi yang mendatangkan keuntungan dalam sektor perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi merupakan satu-satunya mekanisme yang berkelanjutan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peningkatan iklim investasi merupakan daya penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Iklim investasi yang baik adalah iklim investasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan.

2.8.Infrastruktur

Tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu Negara adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat kcepatan dan perluasan pembangunan ekonomi (Todaro 2006:143). Kondisi infrastruktur publik (pasokan listrik, air, jalan, jembatan, pelabuhan, lapangan terbang umum, sarana telekomunikasi, gedung sekolah dan sebagainya) dapat menjadi pendorong dan juga penghambat keberlanjutan investasi. Stephan (2007) menyatakan bahwa investasi di bidang infrastruktur transportasi sangat dipengaruhi oleh politik yang ada di suatu wilayah. Secara umum ada 3 hal yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan infrastruktur yaitu :

a. Efisiensi yaitu pengeluaran infrastruktur harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang tertinggi.

b. Redistribusi yaitu kebijakan yang dikeluarkan harus mampu mendorong perkembangan wilayah miskin (wilayah dengan tingkat GDP perkapita terendah)

c. Equty yaitu adanya jaminan akan terciptana kondisi kesamaan taraf hidup di seluruh wilayah