• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3 Job Involvement

Job involvement merupakan derajat dimana seorang karyawan mengidentifikasi pekerjaannya, secara aktif berpartisipasi didalamnya, dan menganggap performa kerjanya sebagai hal penting dalam menghargai dirinya. (Robbins, 2003:91). Karyawan dengan job involvement yang tinggi sangat mengidentifikasikan dan sangat peduli terhadap jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Sikap positif mereka mendorong mereka untuk berkontribusi dalam pekerjaan secara positif. Job involvement yang tinggi terbukti erat kaitannya dengan absensi yang rendah, kecenderungan pengunduran diri yang rendah, dan tingginya partisipasi karyawan dalam pekerjaan. ( Robbins, 2010:40). Selain itu Rotenberry, 2007 menyebutkan bahwa job involvement memprediksi hubungan yang signifikan terhadap banyak outcomes penting organisasi, salah satunya job performance.

Job Involvement adalah sesuatu hal yang berhubungan dengan psikologis seseorang dalam dunia kerja, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkah

laku dan sikap seseorang baik yang dapat diamati maupun tidak, yang berhubungan dengan pekerjaan mereka (Hsu, 2012). Sejalan dengan pengertian tersebut, Lodahl dan Kejner (dalam Chughtai:2008) mendefinisikan keterlibatan kerja (Job Involvement) sebagai internalisasi nilai-nilai tentang kebaikan pekerjaan atau pentingnya pekerjaan bagi keberhargaan seseorang. Job involvement sebagai tingkat sampai sejauh mana performansi kerja seseorang mempengaruhi harga dirinya dan tingkat sampai sejauh mana seseorang secara psikologis mengidentifikasikan diri terhadap pekerjaannya atau pentingnya pekerjaan dalam mewakili keseluruhan gambaran dirinya. Individu yang memiliki job involvement tinggi lebih mengidentifikasikan dirinya pada pekerjaannya dan menganggap pekerjaan sebagai bagian dari kehidupannya.

Lodahl dan Kejner (1965) mendefinisikan job involvement sebagai sejauh mana Individu mengidentifikasi secara psikologis pekerjaan mereka, atau pentingnya pekerjaan sebagai total citra diri dan harga diri mereka (Chughtai, 2008). Individu yang menunjukkan keterlibatan yang tinggi terhadap pekerjaan mereka cenderung menganggapp bahwa pekerjaan mereka adalah penting dan merupakan bagian dari kehidupan mereka, serta mereka akan mengaitkan kinerja yang dihasilkan dengan harga diri mereka. Muchinsky (1990) dalam (Govender & Parumasur:2010) menambahakan bahwa Job Involvement mengacu pada sejauh mana ego(jiwa) dari masing-masing individu terlibat dalam pekerjaan mereka. Ego atau jiwa yang dimaksud dalam hal ini adalah struktur psikis yang berhubungan dengan konsep diri yang mengarahkan tiap individu untuk bertindak dengan melibatkan perasaan mereka.

Menurut Steers (1991: 108) Job Involvement mengacu pada seberapa besar seseorang tertarik dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Hal ini untuk dapat melihat individu tersebut merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan padanya dan menjamin pekerjaan itu sendiri dikerjakan dengan benar dengan standar kompetensi yang tinggi. Ketertarikan terhadap pekerjaan akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam bertindak dan menyelesaikan pekerjaannya. Oleh karena itu Job involvement dipertimbangkan sebagai salah satu faktor kunci yang mempengaruhi hasil kerja individu maupun organisasi (Lawler, 1986) dalam (Chughtai: 2008). Chughtai: 2008 juga menyebutkan bahwa secara umum orang dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi cenderung lebih berupaya dalam menyelesaikan pekerjaan mereka dan cenderung untuk menampilkan tingkat yang lebih tinggi dari peran kinerja yang seharusnya.

Robbins (2009: 306) menyebutkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat keterlibatan kerja yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan yang sedang dilakukan. Seseorang yang memiliki Job Involvement yang tinggi akan melebur dalam pekerjaan yang sedang ia lakukan. Ada beberapa karakteristik dari karyawan yang memiliki keterlibatan kerja ( Job-Involvement) yang tinggi dan yang rendah (Cohen, 2003), antara lain: (library.binus.ac.id)

a. Karakteristik karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang tinggi: 1) Menghabiskan waktu untuk bekerja

2) Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan dan perusahaan 3) Puas dengan pekerjaannya

4) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap karier, profesi, dan organisasi

5) Memberikan usaha-usaha yang terbaik untuk perusahaan 6) Tingkat absen dan intensi turnover rendah

7) Memiliki motivasi yang tinggi

b. Karakteristik karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang rendah: 1) Tidak mau berusaha keras untuk kemajuan perusahaan

2) Tidak peduli dengan pekerjaan maupun perusahaan 3) Tidak puas dengan pekerjaan

4) Tidak memiliki komitmen terhadap pekerjaan maupun perusahaan 5) Tingkat absen dan intensi turnover tinggi

6) Memiliki motivasi kerja yang rendah 7) Tingkat pengunduran diri yang tinggi

8) Merasa kurang bangga dengan pekerjaan dan perusahaan

Selain karakteristik yang telah disebutkan diatas, Menurut Lodahl dan Kejner (dalam Greenhaus, 2006), Job Involvement memiliki dua dimensi, yaitu:

a. Performance self-esteem contingency

Keterlibatan kerja merefleksikan tingkat dimana rasa harga diri seseorang dipengaruhi oleh performansi kerjanya. Aspek ini mencakup tentang seberapa jauh hasil kerja seorang karyawan (performance) dapat mempengaruhi harga dirinya (selfesteem). Harga diri didefinisikan sebagai suatu indikasi dari tingkat dimana individu mempercayai dirinya mampu, cukup, dan berharga.

b. Pentingnya pekerjaan bagi gambaran diri total individu.

Dimensi ini merujuk pada tingkat sejauh mana seseorang mengidentifikasikan dirinya secara psikologis pada pekerjaannya atau pentingnya pekerjaan bagi gambaran diri totalnya. Dubin (dalam Cohen, 2003) mengatakan bahwa orang yang memiliki keterlibatan kerja

(Job-Involvement) adalah orang yang menganggap pekerjaan sebagai bagian yang paling penting dalam hidupnya. Ini berarti bahwa dengan bekerja, ia dapat mengekspresikan diri dan menganggap bahwa pekerjaan merupakan aktivitas yang menjadi pusat kehidupannya. Karyawan yang memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan (Robbins, 2009:303).

Ada tiga keadaan psikologis yang dikemukakan oleh Luthans (2005) yang dapat meningkatkan kemungkinan keterlibatan kerja dalam pekerjaan mereka. Kondisi–kondisi tersebut antara lain adalah:

a) Perasaan berarti: merasakan pengalaman bahwa tugas yang sedang dikerjakan adalah berharga, berguna, dan atau bernilai.

b) Rasa aman: mampu menunjukkan atau bekerja tanpa rasa takut atau memiliki konsekuensi negatif terhadap citra diri, status, dan atau karir. c) Perasaan ketersediaan: individu merasa bahwa sumber–sumber yang

memberikan kecukupan fisik personal, emosional, kognitif tersedia pada saat dibutuhkan.

Kanungo menyatakan bahwa “job involvement didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang secara psikologis mengidentifikasikan diri dengan pekerjannya”. Berdasarkan pengertian tersebut maka pekerjaan akan menduduki peran penting dalam kehidupan seseorang yang memliki job involvement yang tinggi. Perubahan apapun dalam kondisi atau status pekerjaan dapat serius mempengaruhi keadaan psikologis atau rasa percaya diri.

Job involvement biasanya timbul karena adanya harapan untuk mencapai jenjang karir yang tinggi sebagai sarana yang akan memberikan kesempatan status sosial maupun karirnya. Selain harapan untuk mencapai jenjang karir, perasaan sukses merupakan stimulasi bagi keterlibatan kerja, diawali dengan adanya tujuan yang menantang yang harus dicapai akan mempengaruhi usaha untuk mendapatkannya, sehingga setelah tujuan tercapai maka akan timbul self-esteem

dalam diri seseorang yang akan berdampak pada meninngkatnya keterlibatan karyawan maupun komitmen. (Rabinowitz dan Hall, dalam Brown 1996).

Dari beberapa pengertian mengenai job involvement diatas maka dapat ditarik suatu pengertian umum, bahwa keterlibatan kerja adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauh seseorang memandang pekerjaan sebagai bagian penting dalam hidupnya sehingga merasa terikat secara psikologis dengan pekerjaan dan berpartisipasi aktif dalam pekerjaan.

Dokumen terkait