• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kamus Bali-Indonesia Bidang Istilah Wariga

2.1 Analisis Bentuk Istilah dalam Bidang Wariga .1 Pengertian Wariga

2.1.4 Istilah Berbentuk Kata Turunan .1 Istilah Berbentuk Kata Berafiks

2.1.4.5 Istilah Berbentuk Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat (Arifin dkk, 2008: 34). Selain itu, Bawa dkk (1938: 28) berpendapat bahwa klausa adalah suatu kesatuan bentuk bahasa yang terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh intonasi nonfinal dan merupakan bagian kalimat. Terdapat tiga penggolongan klausa yaitu : (1) berdasarkan kelas kata pembentuk predikat, (2) berdasarkan melakukan atau dikenainya suatu tindakan pada suatu pelaku, dan (3) sekelas atau tidaknya 77nsure-unsur pembentuk klausa (Bawa, dkk. 1983: 31). Berdasarkan ketiga penggolongan tersebut, hanya dua penggolongan yang dibahas yaitu klausa aktif dan klausa pasif. Pada penelitian ini ditemukan 3 istilah berbentuk klausadalam bidang wariga, antara lain sang anguliaken dewasa, sang wruhing dewasa, uger – uger anaking

tahun.

III Simpulan

Berdasarkan bentuk istilah-istilah yang terdapat dalam bidang wariga, berikut adalah bentuk istilah yang ditemukan dalam penelitian ini :

1. Istilah yang berbentuk kata dasar yang terdiri dari :

a. Kata dasar bersuku dua : dauh, ehep, ingkel, ketu, pembang, sani, sasih, sunya, tilem,

tumpek, wuku.

b. Kata dasar bersuku tiga : dewasa, ernadi, prangewa, pratithi, purnama, purwani, srigati,

wisesa.

c. Kata dasar bersuku empat : asuasa, anggarkasih, cintamanik, dirgahayu, dirgayusa,

opayoga, pegatwakan, purnasuka, saraswati, sandyakala, siwaratri, sriasuka, taliwangke, wiswayana.

srigati munggah, srigati turun, sedana tiba, segara muncar, semut sedulur, shri murti, sih korasih, sih mangidep, sih manungguh, sri korasih, swarga manga, watugunung runtuh, was penganten, whraspati panegtegan.

3. Dua puluh delapan (28) istilah yang berkonstruksi nomina + adjektiva

basah cenik, basah gede, buda cemeng, buda ireng, buda suka, carik agung, coma ribek, dauh ayu, dewa werdi, dina jaya, dina mandi, geni agung, geni murub, kala demit, kala suwung, kala timpang, kala tumpar, kama jaya, macekan agung, purnama suka, sri bagia, sarik agung, sarik ketah, siwa sampurna, titi buwuk, tutur mandi, tumpek landep, watek alit.

4. Lima belas (15) yang berkonstruksi verba + nomina

alahing sasih, derman bagia, memendem wesi, mendem rare, ngunya latri, kalebu rau, larung pagelangan, lebur awu, nampih sasih, nemu gelang, nyekung dewasa, pangrepetaning sasih, sampar wangke, sungsang pati, uncal balung.

5. Empat (4) istilah yang berkonstruksi nomina + adverbia

dewa setata, kala ingsor, kala sor, kali sor.

6. Enam (6) istilah yang berkonstruksi nomina + numeralia

dangu pat, purnama kapat, purnama sadha, rangda tiga, watek catur, watek panca.

7. Dua (2) istilah yang berkonstruksi adjektiva + adjektiva

ayu nulus, werdi suka.

8. Satu (1) istilah yang berkonstruksi adjektiva + numeralia

jaya tiga.

9. Sembilan (9) istilah yang berkonstruksi adjektiva + nomina

mala masa, pageh gumi, putek ati, ayu badra, ayu dana, salah paksa, salah wadi, subha cara , wredhi guna.

10. Delapan (8) istilah yang berkonstruksi numeralia + nomina

asta dauh, dasa amerta, dasa guna, panca amerta, panca dauh, panca prawani, panca werdi, sapta rsi.

11. Dua puluh tiga (23) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + nomina

amerta dewa sari, amerta dewa seluang, amerta dewa yadnya, amerta masaning bulan, agni rawana jejepan, buda kaliwon matal, buda kaliwon pegatuwakan, buda wage langkir, buda wage merakih, buda kaliwon pahang, candra naksatra pralingga, eka jala reshi, galungan nara mangsa, gni rawana jejepan, gni rawana rangkep, kajeng kaliwon pamelastali, kajeng kaliwon enyitan, kajeng kaliwon uwudan, kala kutila manik, kajeng kaliwon pamelastali, rah tenggek windhu, redite umanis ukir, sasih surya wariga.

12. Tiga (3) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + adjektiva

amerta dewa jaya, kala pati jengkang, ratu istri luwih.

13. Enam belas (16) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + verba

ingkel buku sadina, ingkel manuk sadina, ingkel sato sadina, ingkel taru sadina, ingkel wong sadina, kala asuajag munggah, kala asuajag turun, kala empas munggah, kala empas turun, kala gumarang munggah, kala gumarang turun, kala kutila munggah, kala kutila turun, kala lutung magelut, kala lutung magandong, ratu istri sumengkem.

14. Lima belas (15) istilah yang berkonstruksi nomina + verba + nomina

gagak anungsung pati, kala sapuh au, pratiti sambut pada, ratu amendak brana, ratu amuja angkara, ratu angrebut payas, ratu anyapuh lara, ratu mangrebut putri, ratu mangrebut nagara, ratu nabdabang liang, ratu nabdab payas, ratu ngrebut istri, ratu ngawa brana, ratu ngemban putra, soma candung watang.

15. Dua (2) istilah yang berkonstruksi nomina + numeralia + nomina kala tiga dungulan, kala tiga pasah

16. Satu (1) istilah yang berkonstruksi verba + partikel + nomina kalebu ing rau

17. Satu (1) istilah yang berkonstruksi verba + nomina + adjektiva katibanan carik agung,

18. Dua (2) istilah berkonstruksi nomina + verba + verba sampi gumarang munggah, sampi gumarang turun,

19. Satu (1) istilah berkonstruksi nomina + adjektiva + verba + verba agni agung doyan basmi,

20. Satu (1) istilah berkonstruksi nomina + adjektiva + nomina + nomina agni agung patra limutan,

21. Dua (2) istilah berkonstruksi nomina + adverbia + nomina wuku tan paguru, wulan tan pasirah

2.1.4.4 Istilah Berbentuk Frasa

Menurut Rusyana, dkk (dalam Arifin, dkk 2008:18) frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata atau satu ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih. Selain itu, menurut Ramlan (2001: 139) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan. Selain dengan definisi mengenai frasa, alangkah mudahnya jika mengenali ciri-ciri frasa itu sendiri. Mengenali ciri-ciri frasa akan mempermudah menentukan apakah suatu bentuk itu merupakan frasa atau bukan frasa terutama dalam membedakan frasa dari kata majemuk. Berdasarkan definisi di atas, istilah-istilah dalam bidang wariga yang berbentuk frasa endosentrik adalah sebanyak tujuh (7) istilah dan klasifikasi berdasarkan kelas kata pada induknya.

2.1.4.5 Istilah Berbentuk Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat (Arifin dkk, 2008: 34). Selain itu, Bawa dkk (1938: 28) berpendapat bahwa klausa adalah suatu kesatuan bentuk bahasa yang terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh intonasi nonfinal dan merupakan bagian kalimat. Terdapat tiga penggolongan klausa yaitu : (1) berdasarkan kelas kata pembentuk predikat, (2) berdasarkan melakukan atau dikenainya suatu tindakan pada suatu pelaku, dan (3) sekelas atau tidaknya 77nsure-unsur pembentuk klausa (Bawa, dkk. 1983: 31). Berdasarkan ketiga penggolongan tersebut, hanya dua penggolongan yang dibahas yaitu klausa aktif dan klausa pasif. Pada penelitian ini ditemukan 3 istilah berbentuk klausadalam bidang wariga, antara lain sang anguliaken dewasa, sang wruhing dewasa, uger – uger anaking

tahun.

III Simpulan

Berdasarkan bentuk istilah-istilah yang terdapat dalam bidang wariga, berikut adalah bentuk istilah yang ditemukan dalam penelitian ini :

1. Istilah yang berbentuk kata dasar yang terdiri dari :

a. Kata dasar bersuku dua : dauh, ehep, ingkel, ketu, pembang, sani, sasih, sunya, tilem,

tumpek, wuku.

b. Kata dasar bersuku tiga : dewasa, ernadi, prangewa, pratithi, purnama, purwani, srigati,

wisesa.

c. Kata dasar bersuku empat : asuasa, anggarkasih, cintamanik, dirgahayu, dirgayusa,

opayoga, pegatwakan, purnasuka, saraswati, sandyakala, siwaratri, sriasuka, taliwangke, wiswayana.

2. Istilah berbentuk kata turunan yang terdiri dari kata berafiks, kata ulang (reduplikasi), kata majemuk, dan frasa.

a. Istilah berbentuk kata berafiks :

1. Berprefiks {pǝN-} : pananggal, pangelong, pangalantaka. 2. Berprefiks {mǝ-} : mamulih.

3. Berprefiks {N-} : nyepi.

4. Bersufiks {-an} : pepedan, pacekan.

5. Berkonfiks {pǝ-/-an} : padewasan, pakakalan, pamacekan, pangunyalatrian,

panyekeban, pararasan, pategtegan, penapean.

6. Berklofiks {pǝ-/-an} : parerahinan/ b. Istilah berbentuk kata ulang (reduplikasi) :

1. Reduplikasi utuh dan dikombinasikan dengan afiks (sufiks {-an}) : paid - paidan. 2. Reduplikasi parsial dan dikombinasikan dengan afiks (sufiks {-an}) : dadawuhan. c. Istilah berbentuk kata majemuk

1. Dua ratus lima puluh satu (165) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina : agni rawana, air asih, amerta akasa, amerta bumi, amerta buwana.

2. Empat (101) istilah yang berkonstruksi nomina + verba : asuajag munggah, asuajag turun, babi munggah, babi turun.

3. Dua puluh delapan (28) istilah yang berkonstruksi nomina + adjektiva : basah cenik,

basah gede, buda cemeng, buda ireng, buda suka.

4. Lima belas (15) istilah yang berkonstruksi verba + nomina : alahing sasih, derman

bagia, memendem wesi, mendem rare.

5. Empat (4) istilah yang berkonstruksi nomina + adverbia : dewa setata, kala ingsor,

kala sor, kali sor.

6. Enam istilah (6) yang berkonstruksi nomina + numeralia : dangu pat, purnama kapat,

purnama sadha, rangda tiga.

7. Dua (2) istilah yang berkonstruksi adjektiv + adjektiva : ayu nulus, werdi suka. 8. Satu (1) istilah yang berkonstruksi adjektiv + numeralia : jaya tiga.

9. Tiga (9) istilah yang berkonstruksi adjektiva + nomina : mala masa, pageh gumi,

putek ati, ayu badra, ayu dana.

10. Delapan (8) istilah yang berkonstruksi numeralia + nomina : asta dauh, dasa amerta,

dasa guna, panca amerta,

11. Dua puluh tiga (23) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + nomina : amerta

dewa sari, amerta dewa seluang, amerta dewa yadnya.

12. Tiga (3) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + adjektiva : amerta dewa jaya,

kala pati jengkang, ratu istri luwih.

13. Enam belas (16) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + verba : ingkel buku

sadina, ingkel manuk sadina, ingkel sato sadina.

14. Dua (15) istilah yang berkonstruksi nomina nomina + verba + nomina : gagak

anungsung pati, kala sapuh au, pratiti sambut pada.

15. Dua (2) istilah yang berkonstruksi nomina + numeralia + nomina : kala tiga

dungulan, kala tiga pasah .

16. Satu (1) istilah yang berkonstruksi verba + partikel + nomina : kalebu ing rau . 17. Satu (1) istilah yang berkonstruksi verba + nomina + adjektiva : katibanan carik

agung.

18. Dua (2) istilah yang berkonstruksi nomina + verba + verba : sampi gumarang

munggah, sampi gumarang turun.

19. Satu (1) istilah yang berkonstruksi nomina + adjektiva + verba + verba : agni agung

doyan basmi.

20. Satu (1) istilah yang berkonstruksi nomina + adjektiva + nomina + nomina : agni

agung patra limutan.

21. Satu (2) istilah yang berkonstruksi nomina + adverbial + nomina : wuku tan paguru,

wulan tan pasirah.

d. Istilah berbentuk frasa

1. Frasa Nominal : ala- ayuning dauh, ala- ayuning sasih, dewasa dedauhan,

penanggal ping pisan, tatenger palalintangan, tatenger sasih, tenung wariga. 2. Frasa eksosentrik nondirektif : sang anguliaken dewasa dan sang wruhing

dewasa.

e. Istilah berbentuk klausa : sang anguliaken dewasa, sang wruhing dewasa,dan uger-uger

anaking tahung.

f. Penelitian ini menemukan empat ratus delapan puluh dua (482) istilah dalam bidang wariga

Daftar Pustaka

Agastia, IBG. 1985. Keadaan dan Jenis-Jenis Naskah Bali. Yogyakarta: Javanologi. Ardhana, Suparta. 2006. Pokok - Pokok Wariga. Surabaya : Paramita

Arifin, Zaenal, dkk. 2008. SINTAKSIS “Untuk Mahasiswa Strata Satu Jurusan Bahasa dan

Linguistik dan Guru Bahasa Indonesia SMA/SMK”. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Aryana, Manik. 2006. Dasar-Dasar Wariga : Kearifan Alam dalam Sistem Tarikh Bali. Denpasar : BaliAga

Badudu, J.S. 1982. Morfologi Bahasa Gorontalo. Jakarta : Djambatan

Bawa, I Wayan dkk. 1983. Sintaksis Bahasa Bali. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma, Dr. T. Fatimah. Metode Linguistik (Rancangan Metode Penelitian dan Kajian). Bandung : PT. ERESCO

Gautama, Budha. 2014. Wariga Krimping. Surabaya : Paramita Gina, I Wayan. 1997. Aneka Tarikh. Denpasar : Upada Sastra Guweng, I Ketut. Sarining Wariga. Denpasar

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta : YP. Fakultas Psikologi, UGM. Kadjeng, I Njoman. 1929. ‘Voorloopig overzicht der op Bali aanwezige literatuurchat’,

Mededeelingen van de Kirtya Liefrinck-van der Tuuk.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kusuma, Ananda. 1998. Prembon Bali Agung. Denpasar : Kayumas Agung

Laksana, Darma. 2014. Manual Leksikografi Metode dan Teknik Penyusunan Kamus. Denpasar

: Udayana University Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa (Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nasib, Ni Made. 1998. KamusBali-Indonesia Bidang Istilah Pewayangan Bali. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana.

2. Istilah berbentuk kata turunan yang terdiri dari kata berafiks, kata ulang (reduplikasi), kata majemuk, dan frasa.

a. Istilah berbentuk kata berafiks :

1. Berprefiks {pǝN-} : pananggal, pangelong, pangalantaka. 2. Berprefiks {mǝ-} : mamulih.

3. Berprefiks {N-} : nyepi.

4. Bersufiks {-an} : pepedan, pacekan.

5. Berkonfiks {pǝ-/-an} : padewasan, pakakalan, pamacekan, pangunyalatrian,

panyekeban, pararasan, pategtegan, penapean.

6. Berklofiks {pǝ-/-an} : parerahinan/ b. Istilah berbentuk kata ulang (reduplikasi) :

1. Reduplikasi utuh dan dikombinasikan dengan afiks (sufiks {-an}) : paid - paidan. 2. Reduplikasi parsial dan dikombinasikan dengan afiks (sufiks {-an}) : dadawuhan. c. Istilah berbentuk kata majemuk

1. Dua ratus lima puluh satu (165) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina : agni rawana, air asih, amerta akasa, amerta bumi, amerta buwana.

2. Empat (101) istilah yang berkonstruksi nomina + verba : asuajag munggah, asuajag turun, babi munggah, babi turun.

3. Dua puluh delapan (28) istilah yang berkonstruksi nomina + adjektiva : basah cenik,

basah gede, buda cemeng, buda ireng, buda suka.

4. Lima belas (15) istilah yang berkonstruksi verba + nomina : alahing sasih, derman

bagia, memendem wesi, mendem rare.

5. Empat (4) istilah yang berkonstruksi nomina + adverbia : dewa setata, kala ingsor,

kala sor, kali sor.

6. Enam istilah (6) yang berkonstruksi nomina + numeralia : dangu pat, purnama kapat,

purnama sadha, rangda tiga.

7. Dua (2) istilah yang berkonstruksi adjektiv + adjektiva : ayu nulus, werdi suka. 8. Satu (1) istilah yang berkonstruksi adjektiv + numeralia : jaya tiga.

9. Tiga (9) istilah yang berkonstruksi adjektiva + nomina : mala masa, pageh gumi,

putek ati, ayu badra, ayu dana.

10. Delapan (8) istilah yang berkonstruksi numeralia + nomina : asta dauh, dasa amerta,

dasa guna, panca amerta,

11. Dua puluh tiga (23) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + nomina : amerta

dewa sari, amerta dewa seluang, amerta dewa yadnya.

12. Tiga (3) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + adjektiva : amerta dewa jaya,

kala pati jengkang, ratu istri luwih.

13. Enam belas (16) istilah yang berkonstruksi nomina + nomina + verba : ingkel buku

sadina, ingkel manuk sadina, ingkel sato sadina.

14. Dua (15) istilah yang berkonstruksi nomina nomina + verba + nomina : gagak

anungsung pati, kala sapuh au, pratiti sambut pada.

15. Dua (2) istilah yang berkonstruksi nomina + numeralia + nomina : kala tiga

dungulan, kala tiga pasah .

16. Satu (1) istilah yang berkonstruksi verba + partikel + nomina : kalebu ing rau . 17. Satu (1) istilah yang berkonstruksi verba + nomina + adjektiva : katibanan carik

agung.

18. Dua (2) istilah yang berkonstruksi nomina + verba + verba : sampi gumarang

munggah, sampi gumarang turun.

19. Satu (1) istilah yang berkonstruksi nomina + adjektiva + verba + verba : agni agung

doyan basmi.

20. Satu (1) istilah yang berkonstruksi nomina + adjektiva + nomina + nomina : agni

agung patra limutan.

21. Satu (2) istilah yang berkonstruksi nomina + adverbial + nomina : wuku tan paguru,

wulan tan pasirah.

d. Istilah berbentuk frasa

1. Frasa Nominal : ala- ayuning dauh, ala- ayuning sasih, dewasa dedauhan,

penanggal ping pisan, tatenger palalintangan, tatenger sasih, tenung wariga. 2. Frasa eksosentrik nondirektif : sang anguliaken dewasa dan sang wruhing

dewasa.

e. Istilah berbentuk klausa : sang anguliaken dewasa, sang wruhing dewasa,dan uger-uger

anaking tahung.

f. Penelitian ini menemukan empat ratus delapan puluh dua (482) istilah dalam bidang wariga

Daftar Pustaka

Agastia, IBG. 1985. Keadaan dan Jenis-Jenis Naskah Bali. Yogyakarta: Javanologi. Ardhana, Suparta. 2006. Pokok - Pokok Wariga. Surabaya : Paramita

Arifin, Zaenal, dkk. 2008. SINTAKSIS “Untuk Mahasiswa Strata Satu Jurusan Bahasa dan

Linguistik dan Guru Bahasa Indonesia SMA/SMK”. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Aryana, Manik. 2006. Dasar-Dasar Wariga : Kearifan Alam dalam Sistem Tarikh Bali. Denpasar : BaliAga

Badudu, J.S. 1982. Morfologi Bahasa Gorontalo. Jakarta : Djambatan

Bawa, I Wayan dkk. 1983. Sintaksis Bahasa Bali. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma, Dr. T. Fatimah. Metode Linguistik (Rancangan Metode Penelitian dan Kajian). Bandung : PT. ERESCO

Gautama, Budha. 2014. Wariga Krimping. Surabaya : Paramita Gina, I Wayan. 1997. Aneka Tarikh. Denpasar : Upada Sastra Guweng, I Ketut. Sarining Wariga. Denpasar

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta : YP. Fakultas Psikologi, UGM. Kadjeng, I Njoman. 1929. ‘Voorloopig overzicht der op Bali aanwezige literatuurchat’,

Mededeelingen van de Kirtya Liefrinck-van der Tuuk.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kusuma, Ananda. 1998. Prembon Bali Agung. Denpasar : Kayumas Agung

Laksana, Darma. 2014. Manual Leksikografi Metode dan Teknik Penyusunan Kamus. Denpasar

: Udayana University Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa (Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nasib, Ni Made. 1998. KamusBali-Indonesia Bidang Istilah Pewayangan Bali. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Puspithasari, Made Emy Ayu. 1993. Kamus Bali-Indonesia Bidang Istilah Upacara Rsi Gana

dengan Suplemen Istilah Tawur. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Putra, Ida Bagus Rai. 2015. Lontar Bali :Manuskrip Penampang Peradaban Berkarakter.

Denpasar : UPT Perpustakaan Lontar Universitas Udayana.

Ramlan, Prof. Dr. M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : CV. KARYONO Saussure, Ferdinand de. 1996. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Sekarningsih, Ni Putu. 1993. Kamus Bali-Indonesia : Bidang Istilah Pertanian Tradisional di

Bali. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Singarimbun, Masri dkk. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Indonesia, Anggota IKAPI.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa “Pengantar Penelitian Wahana

Kebudayaan secara Linguistis”. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiono, Prof. Dr. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. Swastika, Pasek. Wariga Padewasan. Denpasar : CV. Kayumas Agung

Tama, I Wayan. 1985. Kamus Istilah Pengolahan Lahan Persawahan Secara Tradisional di Bali. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung : Angkasa

Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Wisnubroto, Sukardi. 1998. Pengenalan Waktu Tradisional Wariga Menurut Jabaran Meteorologi

dan Pemanfaatannya. J. Agromet 13 (1) : 15-24, 1998. Diambil dari http:/journal.ipb.ac.id/index.php/agromet/article/view/3611/2468

PEMBINAAN DAN PELATIHAN PENULISAN PAPAN NAMA DWIAKSARA