• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study pada 120 contoh dari keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0-6 tahun. Teknik penarikan contoh menggunakan stratified non-proportional random sampling di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah. Pengumpulan data dilakukan dari Februari hingga April 2014. Hasil penelitian menemukan bahwa satu dari empat (25.0%) contoh memiliki manajemen yang baik dan satu dari sepuluh (9.2%) contoh memiliki tingkat kepuasan keuangan tinggi. Manajemen keuangan berhubungan negatif dengan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan, serta berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Manajemen keuangan dan pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan keuangan istri (p=0.000; Adjusted R2=0.347). Semakin baik manajemen keuangan dan semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Pengetahuan terkait manajemen keuangan perlu diberikan oleh instansi terkait keluarga dan perguruan tinggi kepada keluarga dengan suami istri bekerja.

Abstract

The purpose of this study was to analyze the influence of family characteristics and financial management on wife financial satisfaction. The research design was a cross sectional study of 120 dual earner families with children aged 0-6 last year. Samples selected by using non-proportional stratified random sampling technique in Bogor District of West and Central Bogor. Data collected from February until April 2014. The result of this study found that a quarter (25.0%) samples have good management and one of ten (9.2%) samples of the high level of financial satisfaction. Financial management negatively correlated by wife’s age, large families, length of married, and positively correlated with wife’s education, per capita income, value of the asset. Financial management and wife’s education had significant positively influenced on wife financial satisfaction (p=0.000; Adjusted R2=0.347). The better financial management and the higher wife’s education made the higher wife financial satisfaction. Knowledge of financial management should be give by the relevant institutions and universities to families with low income and education in order to attain financial satisfaction.

36

Pendahuluan

Semakin meningkatnya pendidikan wanita dan semakin luasnya kesempatan kerja, membuat wanita semakin banyak yang memasuki lapangan pekerjaan. Data Sakernas menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita mengalami peningkatan yakni dari 52.67 persen pada tahun 2012 menjadi 53.26 persen pada tahun 2013 (BPS 2014). Hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja untuk wanita terus meningkat dan adanya tuntutan ekonomi yang membuat perempuan harus bekerja di luar rumah. Motif ekonomi yaitu untuk pemenuhan kebutuhan keluarga menjadi alasan utama wanita untuk bekerja sehingga wanita harus membagi waktu antara peran domestik dengan peran publik (Sunarti et al.

2013). Selain itu, pendapatan suami yang kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga membuat istri memutuskan untuk bekerja di sektor publik (Hugeng 2012). Dengan demikian, bekerja dipandang sebagai wujud kontribusi wanita terhadap perekonomian keluarga.

Pada tahun 2012, angka sumbangan pendapatan wanita mencapai 34.70 persen atau meningkat sebesar 0.54 persen dari tahun 2011. Hal ini terjadi karena dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor angkatan kerja dan upah yang diterima (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2013). Keterlibatan wanita dalam lapangan pekerjaan membuat wanita memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus rumah dan mengasuh anak. Wanita memutuskan bekerja lebih lama untuk meningkatkan pendapatan meraka. Wanita yang bekerja dengan jam kerja lebih pendek (kurang dari 35 jam per minggu) di Jawa Barat pada Agustus 2013 sebesar 10.6 persen (BPS Jawa Barat 2013).

Adanya perbedaan jumlah pendapatan dengan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi maka memunculkan kesulitan ekonomi yang dialami keluarga. Dimana kesulitan ekonomi yang terjadi menjadi landasan utama munculnya tekanan ekonomi. Pendapatan yang rendah dan berkurangnya pendapatan yang merugikan juga memberikan efek yang sama pada tekanan ekonomi (Elder et al. 1992). Keluarga dengan pendapatan yang rendah dapat mengurangi tekanan ekonomi dengan mengurangi pengeluaran pangan maupun nonpangan atau menambah pendapatan keluarga dengan pola nafkah ganda. Sedangkan untuk keluarga dengan pendapatan yang tetap dapat meminimalisir tekanan ekonomi dengan melakukan manajemen keuangan keluarga dengan baik.

Manajemen keuangan dapat diawali dengan perencanaan keuangan dalam satu bulan. Namun, tidak semua keluarga membuat perencanaan keuangan, karena perencanaan keuangan dianggap tidak perlu dilakukan dengan asumsi setiap bulan pengeluaran sama atau pendapatan yang diterima tidak menentu. Minat yang mendorong istri membuat perencanaan keuangan keluarga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, kepribadian, pendapatan, dan pola pikir (Yohnson 2004). Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi minatnya untuk membuat perencanaan keuangan keluarga. Tingginya pendidikan juga akan membedakan pengetahuan seseorang tentang keuangan keluarga. Pengetahuan tentang keuangan berhubugan dengan perilaku manajemen keuangan (Titus et al.

1989). Kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan masalah keuangan membuat beberapa keluarga tidak mengikuti praktek-praktek keuangan yang telah dianjurkan (Hilgert dan Hogarth 2003). Sebagian besar keluarga tidak melakukan pencatatan keuangan, sehingga mengindikasikan

37 perencanaan keuangan yang tidak komprehensif, namun berdasarkan kebutuhan sesaat atau insidentil. Selain itu, mayoritas keluarga kurang memikirkan perencaan hari tua, karena perencanaan keuangan hanya berorientasi kebutuhan jangka pendek, bahkan sebagian besar keluarga berpendapat setelah pensiun menerima uang pesangon dari perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak inflansi tiap tahun (Joko 2012).

Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004; Loibl dan Hira 2005). Menurut Joo dan Grable (2004), perilaku keuangan memiliki lebih banyak efek yang signifikan dan langsung pada kepuasan keuangan dari tingkat pendapatan rumah tangga atau faktor demografis lainnya. Selain itu, stres keuangan, seperti penurunan pendapatan, menjadi sakit, atau kehilangan pekerjaan, dapat meningkatkan total tingkat stres seseorang (Nesteruk dan Garrison 2005), yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004). Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan keluarga terhadap kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis karakteristik keluarga, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja.

2. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja.

3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri. Bagi keluarga, diharapkan penelitian ini memberikan pemahaman pentingnya praktek manajemen keuangan yang baik karena dapat mempengaruhi kepuasan keuangan yang dirasakan oleh istri. Bagi pemerintah dan instansi terkait dapat menjadi acuan tambahan dalam membuat kebijakan yang dapat mendukung keseimbangan kerja-keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja.

Metode Penelitian Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama dengan tema keseimbangan kerja keluarga dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja. Disain dari penelitian ini adalah cross sectional study.

Penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan alasan kecamatan terbanyak dan terpadat penduduknya di Kota Bogor yaitu di Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya, Kelurahan Menteng, dan Kelurahan Cilendek Barat) dan

38

Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Kelurahan Panaragan). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari – April 2014.

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

Seluruh istri bekerja pada keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0 – 6 tahun di Kota Bogor menjadi populasi dari penelitian ini. Istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0 – 6 tahun yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal pada keluarga dengan suami istri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah menjadi contoh dalam penelitian ini. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non-proporsional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) sebanyak 120 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti. Data primer meliputi: (1) karakteristik keluarga; (2) manajemen keuangan yang dilakukan oleh istri diukur dengan keusioner hasil modifikasi dari Fitzsimmons et al. (1993), Firdaus dan Sunarti (2009), dan Kumari (2011) yang terdiri dari 20 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak pernah sampai selalu; dan (3) kepuasan keuangan istri diukur dengan kuesioner hasil modifikasi dari Morris dan Lown (1991) dan Loibl dan Hira (2005) yang terdiri dari 10 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak puas sampai sangat puas. Data sekunder dalam penelitian ini ialah data dasar keluarga yang diperoleh dari masing-masing kelurahan setempat.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for windows, kemudian dianalisis secara deskriptif. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini meliputi:

1. Analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga; usia istri; pendidikan istri; pendapatan per kapita; pekerjaan istri; lama pernikahan; dan nilai aset), manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri. Manajemen keuangan dikategorikan menjadi kurang (0.0- 33.3%), cukup (33.4-66.6%), dan baik (66.7-100.0%). Kepuasan keuangan istri dikategorikan menjadi rendah (0.0-33.3%), sedang (33.4-66.6%), dan tinggi (66.7-100.0%). Nilai capaian dari manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri diperoleh dari rumus:

Y = X – nilai minimum x 100 Nilai maksimum – nilai minimum

Keterangan:

Y = Skor dalam persen

X = Skor yang diperoleh untuk setiap contoh

3. Uji hubungan digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik keluarga, manajeman keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja

39 4. Uji regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, jenis pekerjaan istri, dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri. Terdapat dua peubah dependent yaitu manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri. Peubah dependent pertama memiliki dua model turunan yaitu: (1) model yang meliputi peubah utama dan jenis pekerjaan istri sebagai peubah independen; dan (2) model yang meliputi peubah utama sebagai peubah independen dan jenis pekerjaan istri sebagai dummy. Peubah dependent kedua memiliki enam model turunan yaitu: (1) model yang meliputi peubah utama, jenis pekerjaan istri, dan manajemen keuangan sebagai peubah independen; (2) model yang meliputi peubah utama dan manajemen keuangan sebagai peubah independen, serta jenis pekerjaan istri sebagai dummy; (3) model yang meliputi sub manajemen keuangan dan jenis pekerjaan istri sebagai peubah independen; (4) model yang meliputi sub manajemen keuangan sebagai peubah independen dan jenis pekerjaan istri sebagai dummy; (5) model yang meliputi peubah utama, sub manajemen keuangan, dan jenis pekerjaan istri sebagai peubah independen; dan (6) model yang meliputi peubah utama dan sub manajemen keuangan sebagai peubah independen, serta jenis pekerjaan istri sebagai dummy. Adapun model persamaan regresi linear berganda yang dianalisis disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Persamaan regresi linear berganda

Variabel dependent Model Persamaan regresi linear berganda

Manajemen keuangan (Y1) Y1.1 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X7 + ε Y1.2 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 1D1+ ε Kepuasan keuangan istri (Y2) Y2.1 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X7 + 8X8 + ε Y2.2 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X8 + 1D1 + ε Y2.3 = α + 1X8.1+ 2X8.2 + 3X8.3+ 4X8.4+ 5X7 + ε Y2.4 = α + 1X8.1+ 2X8.2+ 3X8.3+ 4X8.4 + 1D1+ ε Y2.5 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X7 + 8X8.1+ 9X8.2+ 10X8.3+ 11X8.4 + ε Y2.6 = α + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6 + 7X8.1 + 8X8.2+ 9X8.3+ 10X8.4 + 1D1+ ε Keterangan:

Y1 = Manajemen keuangan X8 = Manajemen keuangan Y2 = Kepuasan keuangan istri X8.1 = Perencanaan (planning) α = Konstanta X8.2 = Pengorganisasian (organizing)

1-10 = Koefisien regresi X8.3 = Pelaksanaan (actuating)

ε = Galat X8.4 = Pengontrolan (controlling)

X1 = Usia istri (tahun) 1 = Koefisien dummy

X2 = Pendidikan istri (tahun) D1 = Jenis pekerjaan (0= formal; 1= informal) X3 = Besar keluarga (orang)

X4 = Pendapatan per kapita (Rp/bulan) X5 = Lama pernikahan (tahun) X6 = Nilai aset (rupiah) X7 = Jenis pekerjaan istri

40

Hasil Karakteristik Keluarga

Tabel 11 menunjukkan bahwa istri memiliki rataan usia 34.88 tahun (berkisar antara 21 sampai 53 tahun) dengan persentase terbesar (56.7%) yang berada pada kelompok usia 31 – 40 tahun (Lampiran 1). Istri memiliki rataan lama pendidikan 11.95 tahun (berkisar antara 6 sampai 21 tahun) dengan persentase terbesar (35.8%) memiliki lama pendidikan antara 13 – 16 tahun (Lampiran 2).

Keluarga memiliki rataan lama pernikahan 10.64 tahun (berkisar antara 2 sampai 29 tahun) dengan persentase terbesar (34.2%) telah menikah selama 6 – 10 tahun (Lampiran 6). Rata-rata keluarga terdiri atas 4.53 orang (berkisar antara 3 sampai 10 orang) dengan lebih dari separuh keluarga (53.3%) merupakan keluarga kecil (0 – 4 orang) (Lampiran 5). Keluarga memiliki rataan pendapatan per kapita sebesar Rp1 440 000 per bulan (berkisar antara Rp120 000 hingga Rp16 250 000 per bulan). Tiga dari empat keluarga (76.7%) termasuk pada keluarga tidak miskin (Lampiran 4).

Tabel 11 Sebaran rataan karakteristik keluarga

Karakteristik keluarga Total Min Max SD

Usia istri (tahun) 34.88 21 53 6.5

Pendidikan istri (tahun) 11.95 6 21 3.8

Lama pernikahan (tahun) 10.64 2 29 6.4

Besar keluarga (orang) 4.53 3 10 1.3

Pendapatan per kapita (ribu rupiah) 1 440 120 16 250 1 828

Nilai aset (ribu rupiah) 65 975 350 1 203 550 145 200

Nilai aset yang dimiliki keluarga memiliki kisaran antara Rp350 000 hingga Rp1 203 550 000 dengan rataan nilai aset sebesar Rp65 975 000. Hasil penelitian menunjukkan, hampir tiga dari empat keluarga (73.4%) memiliki nilai aset dibawah 50 juta rupiah, 4.2 persen keluarga hanya memiliki nilai aset kurang dari satu juta rupiah, dan satu dari empat keluarga (26.7%) memiliki aset senilai kurang dari 10 juta rupiah (Lampiran 7).

Manajemen Keuangan

George R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan manusia dan sumber daya lainnya (Herujito 2001). Manajemen keuangan keluarga adalah mengelola atau mengatur keuangan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Manajemen keuangan merupakan serangkaian tugas dalam memaksimalkan perolehan bunga dan meminimalisir biaya, serta memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran rumah tangga, kondisi darurat, tabungan maupun kesempatan untuk investasi (Garman dan Forgue 2000).

Hasil penelitian (Tabel 12) menunjukkan bahwa manajemen keuangan yang dicapai oleh keseluruhan contoh memiliki rataan 50.1 persen. Persentase rataan capaian tertinggi adalah dalam hal membicarakan masalah keuangan dengan suami (77.5%) dan membayar tanggungan bulanan dari tabungan saat ini (76.1%). Dari capaian manajemen keuangan keseluruhan contoh, ada beberapa hal yang memiliki rataan capaian kurang dari 50 persen (32.8%-49.7%) yaitu dalam hal

41 membuat perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan, membuat rencana untuk tujuan keuangan masa depan, menuliskan tujuan keuangan, membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan yang ingin dicapai, dan mencatat seluruh pendapatan. Selain itu, menuliskan pengeluaran keuangan, menetapkan standar biaya maksimal dalam pengalokasian pengeluaran, melakukan pengeluaran sesuai dengan yang telah dianggarkan, merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu, melakukan evaluasi pengeluaran secara teratur, dan mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh.

Tabel 12 Sebaran rataan capaian manajemen keuangan berdasarkan item pernyataan

No Pernyataan %

Perencanaan (planning)

1 Membuat perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan 45.6

2 Membuat rencana untuk tujuan keuangan masa depan 49.7

3 Menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari 53.6

4 Menuliskan tujuan keuangan 32.8

5 Membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan yang ingin dicapai 41.7

Total rataan capaian perencanaan 44.7

Pengorganisasian (organizing)

6 Mencatat seluruh pendapatan 34.2

7 Menuliskan pengeluaran keuangan 34.2

8 Menetapkan standar biaya maksimal dalam pengalokasian pengeluaran 37.5

9 Memisahkan uang sesuai dengan kegunaannya 57.8

10 Menyimpan bukti pembayaran untuk pembelian yang besar 51.7

Total rataan capaian pengorganisasian 43.1

Pelaksanaan (actuating)

11 Melakukan pengeluaran sesuai dengan yang telah dianggarkan 43.1

12 Merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu 44.7

13 Membayar tanggungan bulanan dari tabungan saat ini 76.1

14 Membuat keputusan keuangan tanpa berfikir panjang 68.9

15 Melakukan pembelian tak terencana 56.4

16 Berusaha menabung 68.1

Total rataan capaian pelaksanaan 59.5

Pengontrolan (controlling)

17 Melakukan evaluasi pengeluaran secara teratur 40.8

18 Mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh 36.4

19 Membandingkan penerimaan dan pengeluaran 51.4

20 Membicarakan masalah keuangan dengan suami 77.5

Total rataan capaian pengontrolan 51.5

Total rataan capaian manajemen keuangan 50.1

Menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari, memisahkan uang sesuai dengan kegunaannya, menyimpan bukti pembayaran untuk pembelian yang besar, dan membandingkan penerimaan dan pengeluaran rataan capaiannya berkisar antara 51.4 persen sampai dengan 57.8 persen. Rataan capaian dalam hal melakukan pembelian tak terencana mencapai 56.4 persen dan dalam membuat keputusan keuangan tanpa berfikir panjang mencapai 68.9 persen. Sementara dalam hal menabung, rataan capaian contoh masih 68.1 persen.

42

Hasil analisis (Tabel 12) dari empat subvariabel manajemen keuangan menunjukkan bahwa persentase rataan capaian tertinggi (59.5%) adalah dalam hal pelaksanaan, kemudian dalam hal pengontrolan (51.5%). Sedangkan dalam hal perencanaan dan pengorganisasian rataannya sebesar 44.7 persen dan 43.1 persen.

Tabel 13 menunjukkan bahwa satu dari empat contoh (25.0%) telah melakukan manajemen keuangan dengan baik. Hampir separuh contoh (48.3%) melakukan manajemen keuangan dengan cukup baik dan 26.7 persen contoh yang masih kurang dalam melakukan praktek manajemen keuangan.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian manajemen keuangan

Kategori capaian manajemen keuangan n %

Kurang (0.0-33.3%) 32 26.7 Cukup (33.4-66.6%) 58 48.3 Baik (66.7-100.0%) 30 25.0 Total 120 100.0 Rata-rata±SD 50.1±20.4 Min-Max 8.3-96.7

Kepuasan Keuangan Istri

Kepuasan keuangan adalah persepsi subjektif individu dari kecukupan sumber daya keuangan sendiri. Kepuasan keuangan telah lama diakui sebagai komponen kesejahteraan dan telah mendapat perhatian dalam studi tentang kesehatan terkait stres seperti tekanan keuangan dan isu-isu manajemen risiko (Roob dan Woodyard 2011). Penentu kepuasan keuangan meliputi faktor demografi seperti pendapatan, pendidikan, etnis, dan usia, serta stres keuangan, pengetahuan keuangan, sikap dan perilaku keuangan. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004; Loibl dan Hira 2005).

Tabel 14 Sebaran rataan capaian kepuasan keuangan istri berdasarkan item pernyataan

No Pernyataan %

1 Pendapatan yang diterima 37.5

2 Kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat/biaya tak

terduga yang besar 34.0

3 Jumlah uang tunai yang dimiliki oleh keluarga 35.8

4 Tingkat/jumlah tabungan yang dimiliki keluarga 29.4

5 Uang untuk kebutuhan mendatang keluarga/jangka panjang 29.8

6 Cara penggunaan uang yang telah dilakukan 39.0

7 Kemampuan dalam membuat keputusan investasi dengan uang yang disimpan 32.9

8 Sejauh mana telah mampu mengendalikan situasi keuangan 39.0

9 Perencanaan warisan yang telah dilakukan 12.7

10 Kemampuan dalam membayar hutang (termasuk tagihan kartu kredit) 45.6

Rataan kepuasan keuangan istri 44.8

Tabel 14 menunjukkan kepuasan keuangan istri secara keseluruhan memiliki rataan capaian 44.8 persen. Persentase capaian kepuasan keuangan istri tertinggi (45.6%) adalah dalam hal kemampuan membayar hutang, sedangkan persentase terendah (12.7%) adalah dalam hal perencanaan warisan. Sedangkan dalam hal

43 pendapatan yang diterima, kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat atau biaya tak terduga yang besar, jumlah uang tunai yang dimiliki keluarga, tingkat atau jumlah tabungan yang dimiliki keluarga, uang untuk kebutuhan mendatang keluarga atau jangka panjang, cara penggunaan uang, kemampuan dalam membuat keputusan investasi, dan kemampuan dalam mengendalikan siatuasi keuangan memiliki rataan capaian berkisar 29.4 persen sampai dengan 39.0 persen.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kepuasan keuangan istri

Kategori tingkat kepuasan keuangan istri n %

Rendah (0.0-33.3%) 30 25.0 Sedang (33.4-66.6%) 79 65.8 Tinggi (66.7-100.0%) 11 9.2 Total 120 100.0 Rata-rata±SD 44.8±17.3 Min-Max 0.0-100.0

Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (65.8%) memiliki kepuasan keuangan pada kategori sedang, ditemukan satu dari empat contoh (25.0%) memiliki kepuasan keuangan pada kategori rendah, dan hanya satu dari sepuluh contoh (9.2%) yang memiliki kepuasan keuangan pada kategori tinggi.

Analisis hubungan antar peubah penelitian

Hasil analisis hubungan antara karakterisrik keluarga, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri (Tabel 16) menunjukkan bahwa manajemen keuangan berhubungan negatif dengan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan. Hal ini berarti bahwa semakin tua usia istri, semakin besar jumlah anggota keluarga, dan semakin lama usia pernikahan, maka semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sedangkan, pendidikan istri dan pendapatan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendidikan istri dan semakin tinggi pendapatan per kapita, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan.

Tabel 16 Koefisien korelasi antarvariabel penelitian

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X1 1 X2 -.110 1 X3 .473** -.289** 1 X4 -.010 .482** -.209* 1 X5 .765** -.388** .624** -.147 1 X6 .253** .452** .064 .547** .092 1 X7 -.141 .394** -.222* .276** -.249** .251** 1 X8 -.205* .429** -.358** .295** -.322** .127 .653** 1 X9 -.219* .274** -.240** .164 -.252** .032 .488** .602** 1 X10 -.209* .419** -.340** .256** -.246** .135 .567** .710** .438** 1 X11 -.227* .462** -.347** .305** -.324** .177 .849** .902** .737** .808** 1 X12 .030 .525** -.115 .402** -.126 .398** .456** .414** .219* .317** .440**

Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01

X1=usia istri; X2=pendidikan istri; X3=besar keluarga; X4=pendapatan per kapita; X5= lama pernikahan; X6=nilai aset; X7=perencanaan; X8=pengorganisasian; X9=pelaksanaan; X10=pengontrolan; X11=manajemen keuangan; X12=kepuasan keuangan istri

44

Tabel 16 menunjukkan bahwa kepuasan keuangan berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, nilai aset, dan manajemen keuangan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan istri, semakin tinggi pendapatan per kapita per bulan keluarga, semakin tinggi nilai aset keluarga, dan semakin baik manajemen keuangan, maka semakin tinggi kepuasan keuangan yang dirasakan istri.

Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa keempat subvariabel manajemen keuangan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan berhubungan positif dengan kepuasan keuangan istri. Semakin baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Hal yang sama juga terjadi pada manajemen keuangan secara umum, bahwa manajemen keuangan berhubungan positif dengan kepuasan keuangan istri. Semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri.

Perencanaan keuangan berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset, serta berhubungan negatif dengan besar keluarga dan lama pernikahan. Pendidikan istri dan pendapatan per kapita memiliki hubungan positif dengan pengorganisasian dan pengontrolan. Sedangkan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan pengorganisasian dan pengontrolan. Dalam pelaksanaan manajemen keuangan, hanya pendidikan istri yang berhubungan positif, sedangkan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan pelaksanaan manajemen keuangan.

Analisis pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap manajemen keuangan

Hasil analisis regresi linear berganda (Tabel 17) menunjukkan bahwa pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen keuangan ( =0.360). Semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan.

Tabel 17 Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap manajemen keuangan

Variabel tidak terstandarisasi terstandarisasi Sig.

Konstanta 52.839 - .001

Usia istri (tahun) -.443 -.141 .294

Pendidikan istri (tahun) 1.939 .360 .007**

Besar keluarga (orang) -3.061 -.193 .069

Pendapatan per kapita (ribu rupiah) 1.064E-6 .096 .357

Lama pernikahan (tahun) .203 .064 .681

Nilai aset (ribu rupiah) 3.823E-11 .000 .998

Jenis pekerjaan (formal informal) -.546 -.013 .908

R2 .278

Adj R2 .233

F 6.167

Sig. .000**

45 Nilai adjusted R square pada pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap manajemen keuangan sebesar 0.233. Hal ini menunjukkan bahwa komponen karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri yang disusun dalam model tersebut dapat menjelaskan 23.3 persen pengaruhnya terhadap manajemen keuangan.

Analisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen keuangan berdasarkan jenis pekerjaan istri

Hasil analisis (Tabel 18) menunjukkan bahwa pada keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal, pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen keuangan ( =0.410). Semakin tinggi pendidikan istri, maka

Dokumen terkait