• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilandasi oleh pendekatan teori struktural fungsional dalam menjalankan manajemen keuangan dan teori sosial konflik serta teori gender dalam kehidupan keluarga dengan suami istri bekerja. Keluarga dengan suami istri bekerja melakukan pembagian peran antara istri dan suami untuk menjaga keutuhan keluarga dan keberfungsian keluarga. Suami berperan sebagai pencari nafkah utama (breadwinner), sedangkan istri memiliki peran utama sebagai ibu serta pencari nafkah tambahan (secondary breadwinner). Tanpa adanya pembagian peran yang jelas dalam keluarga dapat menyebabkan konflik dan fungsi keluarga dapat terganggu. Megawangi (1999) menyatakan tanpa adanya pembagian tugas yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu dan akan mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi.

53 Permasalahan yang sekarang umum dirakasan oleh keluarga adalah ketika pendapatan suami sebagai pencari nafkah utama tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga mendorong istri untuk berusaha memenuhi kekurangan tersebut dengan bekerja (Nugraheni 2012). Adanya motif ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, istri memutuskan untuk bekerja, maka istri yang bekerja harus mampu membagi waktu antara peran domestik dan peran publik (Sunarti et al. 2013) untuk dapat menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarga. Menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga dengan tujuan menghindari konflik kerja-keluarga yang mungkin muncul akibat adanya perubahan peran dalam struktur keluarga. Pokok bahasan dalam penelitian ini ialah manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan istri yaitu formal dan informal. Karakteristik pekerjaan istri yang berbeda nyata adalah jumlah pindah kerja (p-value=0.013) dan lama perjalanan ke tempat kerja (p-value=0.000). Istri yang bekerja di sektor formal menempuh perjalanan ke tempat kerja lebih lama (1.6 jam) daripada istri yang bekerja di sektor informal (0.6 jam). Hal ini karena lokasi tempat kerja istri di sektor informal lebih dekat dengan rumah, sedangkan istri di sektor formal kerja di perkantoran yang jauh dari rumah. Sementara untuk jumlah pindah kerja lebih tinggi dialami oleh istri yang bekerja di sektor informal (2.3 kali) daripada istri di sektor formal (1.3 kali). Rata-rata jam kerja istri adalah 7.6 jam/hari. Jam kerja istri di sektor formal maupun informal tidak berbeda nyata (p-value=0.240). Jam kerja istri sesuai dengan jam kerja yang layak menurut Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 Ayat 2 yaitu 40 jam per minggu (7 jam sehari/6 hari seminggu atau 8 jam sehari/5 hari seminggu).

Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan manajamen keuangan dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri. Istri yang bekerja di sektor formal melakukan manajemen keuangan lebih baik sehingga tingkat kepuasan keuangan lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Hal tersebut karena adanya perbedaan yang nyata pada tingkat pendidikan dan pendapadan per kapita antara istri yang bekerja di sektor formal dengan istri yang bekerja di sektor informal. Selain itu, jenis pekerjaan juga mempengaruhi kepuasan keuangan istri (p=0.026). Istri yang bekerja di sektor formal lebih merasa puas dengan kondisi keuangannya daripada istri yang bekerja di sektor informal. Hal ini dapat terjadi karena pendapatan istri yang bekerja di sektor formal lebih tetap, sedangkan istri di sektor informal pendapatannya tidak menentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan istri berhubungan positif signifikan dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Sunarti dan Firdaus (2009) menyatakan bahwa pendidikan berhubungan positif signifikan dengan manajemen keuangan keluarga. Hal serupa dinyatakan oleh Iskandar (2008) bahwa faktor yang mempengaruhi proses manajemen salah satunya adalah tingkat pendidikan. Selain itu, menurut Hilgert dan Hogart (2003), kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan masalah keuangan menjelaskan mengapa beberapa keluarga tidak mengikuti praktek-praktek keuangan yang dianjurkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi manajemen keuangan, sedangkan praktek manajemen keuangan yang baik dapat mempengaruhi kepuasan keuangan.

54

Pendapatan per kapita keluarga per bulan berbeda nyata (p-value=0.001) antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Pendapatan per kapita pada istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berhubungan dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendapatan per kapita maka semakin baik manajemen yang dilakukan. Simanjuntak (2010) mengatakan bahwa praktek manajemen keuangan tergolong rendah pada keluarga miskin karena memiliki pendapatan yang tidak teratur. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir separuh istri yang bekerja di sektor informal kurang melakukan manajemen keuangan dengan baik karena pendapatan per kapita pada keluarga dengan istri yang bekerja di sektor informal lebih rendah dibandingkan istri yang bekerja di sektor formal.

Pendapatan per kapita juga berhubungan positif dengan nilai aset. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin tinggi nila aset yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh memberikan efek positif terhadap kepemilikan aset keuangan (Xiao 1996). Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendapatan per kapita keluarga, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan istri. Sementara, manajemen keuangan berpengaruh terhadap kepuasan keuangan, sehingga secara tidak langsung pendapatan per kapita berpengaruh terhadap kepuasan keuangan. Parrotta dan Johnson (1998) menyebutkan bahwa semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan. Hasil analisis pengaruh menunjukkan bahwa kepuasan keuangan istri di sektor informal dipengaruhi positif signifikan oleh nilai aset dan manajemen keuangan. Semakin besar nilai aset yang dimiliki dan semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri.

Hasil analisis menemukan bahwa besar keluarga, usia istri, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan manajemen keuangan dan berbeda secara nyata antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sementara, ketika manajemen yang dilakukan rendah, maka kepuasan keuangan yang dirasakan juga rendah. Firdaus dan Sunarti (2009) menyebutkan bahwa besar keluarga berhubungan negatif dengan kesejahteraan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka semakin rendah kesejahteraan keluarganya. Besar keluarga istri yang berkerja di sektor formal lebih kecil dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Usia istri dan lama pernikahan juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan manajemen keuangan, dan usia istri saling berhubungan dengan lama pernikahan. Semakin tua istri, semakin lama usia pernikahannya, maka semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sunarti et al. (2013) mengatakan keluarga baru menikah mencoba untuk menabung, namun mereka tetap memutuskan untuk menabung ketika mendekati masa tua. Usia istri dan lama pernikahan pada istri yang bekerja di sektor informal lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor formal.

Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang siginifikan dalam manajemen keuangan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal diantaranya dalam hal membuat perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan,

55 mencatat seluruh pendapatan, menuliskan pengeluaran keuangan, melakukan evaluasi pengeluaran secara teratur, dan membandingkan penerimaan dan pengeluaran. Selain itu, rataan capaian istri dalam membicarakan masalah keuangan dengan suami memiliki rataan capaian lebih tinggi daripada dalam hal pencatatan pendapatan dan pengeluaran. Perencanaan keuangan berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Semakin tinggi pendidikan istri, semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin besar nilai aset yang dimiliki, maka semakin baik perencanaan keuangan yang dilakukan istri. Hasil analisis menunjukkan kepuasan keuangan istri di sektor formal dipengaruhi positif signifikan oleh perencanaan keuangan (p=0.008), sedangkan kepuasan keuangan istri di sektor informal dipengaruhi positif signifikan oleh pengorganisasian keuangan (p=0.042). Firdaus dan Sunarti (2009) menyatakan bahwa masalah keuangan merupakan hal yang dibicarakan oleh sebagian besar orang dan hanya sebagian kecil orang yang melakukan pencatatan pengeluaran. Hasil uji pengaruh menemukan bahwa manajemen keuangan berpengaruh terhadap kepuasan keuangan istri. Semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan, maka kepuasan keuangan istri semakin tinggi. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo & Grable 2004; Loibl & Hira 2005). Selain itu, semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan (Parrotta dan Johnson 1998).

Hasil penelitian menunjukkan capaian rataan istri untuk berusaha menabung lebih dari 50 persen. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan lama pendidikan dan pendapatan per kapita pada istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal, sehingga dalam usaha menabung istri yang bekerja di sektor formal memiliki capaian yang lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal. Lee et al. (2000) menyatakan bahwa tingkat pendapatan, pendidikan, dan praktek manajemen keuangan mempengaruhi secara nyata terhadap kemampuan keluarga untuk menabung. Semakin rendah tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita, semakin kecil kemungkinan keluarga menyisihkan uang untuk menabung. Tingkat tabungan secara positif berhubungan dengan pendapatan rumah tangga, jumlah aset likuid, dan jumlah penerimaan dalam rumah tangga. Faktor ekonomi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan perilaku manabung jika dibandingkan dengan faktor sosiologis dan psikologis (Hong et al. 2002).

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam hal membayar tanggungan bulanan dengan tabungan saat ini memiliki rataan capaian 76.1 persen. Hal ini menunjukkan dalam mengarahkan keuangan, contoh belum melakukannya dengan baik. Sumarwan dan Hira (1992) mengatakan bahwa pembayaran hutang bulanan memiliki dampak negatif signifikan terhadap kepuasan keuangan dan indeks perilaku manajerial dan pembayaran hutang bulanan memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan capaian kepuasan keuangan contoh dalam hal kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat atau biaya tak terduga yang besar masih dan uang untuk kebutuhan mendatang keluarga atau jangka panjang memiliki rataan capaian kurang dari 40 persen. Dimana istri yang

56

bekerja di sektor formal lebih merasa puas dalam kedua hal tersebut dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal.

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pada penelitan selanjutnya untuk melihat kepuasan keuangan dari persepsi suami juga, karena dalam penelitian ini masih terbatas dari persepsi istri. Selain itu, penelitian ini hanya mengambil contoh istri bekerja dengan lokasi tempat tinggal di perkotaan, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya menambahkan istri bekerja dengan lokasi tempat tinggal di pedesaan. Dengan demikian, dapat dilakukan uji beda manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri antara istri yang tinggal di kota dengan di desa. Penelitian ini belum menganalisis sumber pendapatan yang dikelola oleh istri apakah pendapatan sendiri atau pendapatan keluarga (suami istri), sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih dalam sumber pendapatan yang dikelola oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja.

Dokumen terkait