• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan pada antara : a. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

 Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

 Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

 Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama dikota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

Laporan Akhir VI - 74

b. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainyaSDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

c. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibatdari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah. d. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian system pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

e. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN

a. Aspek Teknis Operasional

Permasalahan Aspek Teknis Operasional Persampahan Kota Pekalongan antara lain:

1. Cakupan pelayanan persampahan masih belum menjangkau seluruh wilayah Kota Pekalongan

2. Jumlah sarana dan prasarana kurang, dibandingkan dengan jumlah timbulan sampah yang terjadi. Kurangnya sebaran TPS di seluruh wilayah, kurangnya armada pengumpulan, pengangkutan dan kurangnya tenaga operator kebersihan.

3. Kualitas sarana dan prasarana kurang memadai, beberapa peralatan sudah melebihi usia peruntukan (life time) dan dalam kondisi rusak.

4. Upaya pengurangan sampah dari sumbernya sudah ada baik ditingkat rumah tangga (dengan pemilahan dan komposter) maupun di skala lingkungan (TPS 3R) sudah ada dan masih berkembang pada sebagian besar wilayah.

5. Belum ada penanganan sampah B3 yang dihasilkan rumah tangga.

6. TPA Degayu sudah hampir penuh, diperlukan rekayasa pembentukan sel baru atau pengembangan kerjasam regional dengan wilayah sekitar.

7. Pengembangan cakupan pelayanan tidak terencana dengan baik, sehingga wilayah-wilayah baru yang potensial tidak ditangani dengan cepat (terutama perumahan dan kawasan baru. 8. Belum terdapat pengaturan pengelolan kebershan di saluran dan sungai.

9. Kapasitas pengurangan sampah di TPS masih sangat kecil, perlu ditingkatkan sehingga tidak kembali membebani TPA.

b. Aspek Pembiayaan dan Retribusi

Permasalahan Aspek Pembiayaan dan Retribusi Persampahan Kota Pekalongan antara lain: 1. Adanya keterbatasan biaya, termasuk sumber pendanaan untuk investasi dan

operasi/pemeliharaan mengakibatkan pelayanan pengelolaan sampah yang tidak optimal. 2. Subsidi untuk pengelolaan kebersihan > 75%, sehingga menjadi beban dalam Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah.

3. Besarnya tarif sesuai dengan kebutuhan operasional pengelolaan sampah, namun belum optimal dalam sistem penarikannya. Selain itu karena belum seluruh wlayah terlayani

Laporan Akhir VI - 75 persampahan maka penarikan retribusi kebersihan belum dapat dilakukan untuk seluruh wilayah.

4. Terjadi ketidaksinkronan antara biaya operasi dan pemeliharaan dalam penganggaran, sehingga tidak jarang terjadi terbatasnya operasi sarana akibat biaya yang tidak tersedia. 5. Belum adanya kesadaran masyarakat membayar retribusi sesuai Peraturan daerah. c. Aspek Peran Serta Masyarakat

Permasalahan Aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan Persampahan Kota Pekalongan antara lain :

1. Perlunya peningkatan kinerja TPS3R 3R sehingga bisa mandiri dalam mengelola sampah di lingkungannya.

2. Pada beberapa kawasan, peranserta masyarakat sangat menonjol, terutama kewajiban harus membayar pengumpulan sampah dari rumah ke TPS, disamping dari TPS ke TPA melalui desa/ kelurahan.

3. Beberapa kawasan, peranserta rendah terutama masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai/ lapangan terbuka.

4. Beberapa peran sektor non formal (pemulung) belum dimasukkan sebagai bagian dalam pengelolaan sampah.

5. Perlu mekanisme untuk membantu maysrakat memasarkan produk program 3R.

6. Perlunya sosialisasi pengelolaan persampahan 3R dan tentang kesehatan lingkungan / kebersihan kepada masyarakat dengan intensif.

7. Perlunya peningkatan kerjasama pemerintah dengan swasta dalam pengelolaan sampah. d. Aspek Kelembagaan

Permasalahan Aspek kelembagaan dalam pengelolaan Persampahan Kota Pekalongan antara lain :

1. Dalam pengelolaan sampah kota Pekalongan saat ini, terdapat beberapa dinas dalam pengelolaan sampah yang melakukan fungsi operator sekaligus regulator sehingga meyulitkan monitoringnya. Dalam pengembangannya diperlukan upaya untuk memisahkan tugas operator pengelola sampah dalam satu lembaga saja dan regulator pada lembaga yang berbeda.

2. Kurangnya jumlah dan kualitas Sumber Daya Manusia pengelola kebersihan. Diperlukan upaya peningkatan kualitas SDM melalui training dan rekuitmen SDM untuk jangka panjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian

3. Tata laksana kerja belum jelas antara bagian administrasi dan pelaksana teknis lapangan, termasuk kewenangan penarikan retribusi serta pengalokasian anggaran untuk pendanaan investasi. Kurangnya kordinasi dan kerjasama antar instansi terkait yang ada di lapangan. Perlunya pengorganisasian seluruh elemen pengelola persampahan dalam setiap tingkatan di Kota Pekalongan.

e. Aspek Peraturan

Permasalahan Aspek Peraturan dalam pengelolaan Persampahan Kota Pekalongan antara lain:

1. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, diperlukan mekanisme untuk membantu pemasaran produk 3R masyarakat.

2. Belum terdapat pengaturan mengenai pengelolaan limbah B3 rumah tangga dalam peraturan daerah yang ada.

3. Belum terdapat ketentuan mengenai pengelolaan sampah yang terdapat di media lingkungan seperti pada saluran dan sungai.

Laporan Akhir VI - 76

6.4.2.3.ANALISIS KEBUTUHAN PERSAMPAHAN