• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Sistematika Penulisan

3. Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikembangkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerja sama dengan Danareksa Investment Management. Indeks syariah merupakan indeks berdasarkan syariah Islam. Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti:

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan barang- barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam indeks syariah antara lain:21

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk 10 kapitalisasi pasar terbesar).

b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau pada tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.

c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Untuk bisa masuk ke dalam Jakarta Islamic Index, saham harus memenuhi kriteria likuid atau aktif diperdagangkan.

Untuk bisa masuk ke dalam Jakarta Islamic Index (JII), saham dari suatu perusahaan harus memenuhi kriteria memiliki nilai kapitalisasi pasar besar. Kapitalisasi pasar adalah nilai dari saham yang bersangkutan yang dihitung dari hasil perkalian antara jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham tersebut.

21

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Penerbit Ekonisa, Fak.Hukum UII Yogyakart, 2007), h.194-195.

Kategori saham berkapitalisasi besar yaitu saham perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun, saham berkapitalisasi medium dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 100 miliar sampai dengan kurang dari Rp 1 triliun, sedangkan saham berkapitalisasi kecil memiliki kapitalisasi pasar di bawah Rp 100 miliar.22 Berikut adalah nilai kapitalisasi pasar JII tahun 2004-2010:

Tabel 2.1

Market Capitalization Jakarta Islamic Index

Tahun 2004-2010

(Dalam Juta Rupiah)

Market Capitalization 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 ANTM 3,290,768 6,819,998 15,261,536 42,684,608 10,380,111 20,950,683 23,331,443 INCO 1,147,647 19,777,337 58,861,870 211,187,418 7,680,039 16,323,121 21,034,557 INTP 11,320,000 13,068,000 21,167,000 30,186,000 16,934,000 50,433,000 58,716,000 KLBF 5,585,800 10,054,440 12,085,640 12,713,400 3,902,120 12,450,360 30,466,475 PTBA 3,513,600 4,147,200 8,121,600 27,648,000 15,897,600 39,744,000 52,876,800 TLKM 97,272,000 118,944,000 203,161,500 202,614,300 136,268,100 185,872,050 156,368,550 UNVR 25,179,000 32,618,250 50,358,000 51,502,500 59,514,000 84,311,500 125,895,000

Pengkajian ulang JII akan dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen indeks awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus-menerus berdasarkan data publik dan media. Indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa.

4. Beta Saham

Dalam berinvestasi, selalu terdapat hal yang tidak dapat dihindari yaitu adanya risiko. Risiko memiliki dua jenis karakteristik yaitu risiko yang dapat

22

Adler H. Manurung dan Lutfi T Rizky, Successful Financial Planner: a Complete Guide

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi (diversified risk) dan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi (undiversified risk).

Sehingga total risiko portofolio terdiri atas dua komponen:23

Risiko sistematis Risiko tidak sistematis Total Risiko = (tidak dapat didiversifikasi + (dapat didiversifikasi atau atau tidak dapat dihindari) dapat dihindari)

Bagian pertama, risiko sistematis (systematic risk) adalah faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti perubahan ekonomi suatu negara, perubahan pajak oleh dewan, atau perubahan situasi energi dunia. Semua itu adalah risiko yang mempengaruhi sekuritas secara keseluruhan, sehingga tidak bisa didiversifikasi. Dengan kata lain, bahkan seorang investor yang memegang portofolio yang telah didiversifikasi dengan baik, juga akan terkena jenis risiko ini.

Komponen risiko kedua, risiko tidak sistematis (unsystematic risk), adalah risiko dari perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini tidak terikat pada faktor ekonomi, politik dan faktor lainnya yang mempengaruhi semua sekuritas dalam cara yang sistematis. Pemogokan liar mempengaruhi satu perusahaan saja, pesaing baru dapat mulai membuat produk yang sama, atau terobosan teknologi akan membuat produk yang ada menjadi usang. Untuk sebagian besar saham, risiko tidak sistematis mempengaruhi 50 persen dari total risiko saham. Akan tetapi, dengan diversifikasi, jenis risiko ini dapat dikurangi dan bahkan dihapus jika diversifikasinya efisien.

23

James C. Van Horne dan John M.Wachowicz JR, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan

Total siko Re Sistematis Tidak siko Re Sistematis siko Re Sekuritas Jumlah siko Re

Oleh karena itu, tidak semua risiko memegang saham adalah relevan, karena bagian dari risiko ini bisa didiversifikasi. Risiko terpenting dari saham adalah risiko yang tidak dapat dihindari atau risiko sistematis. Secara konseptual, hal ini diilustrasikan dalam gambar berikut:

Gambar 2.1. Bagan Risiko

Beta merupakan tolok ukur tingkat risiko pasar (atau tingkat risiko sistematis) dari suatu saham. Secara umum, jika beta suatu saham sama dengan 1, maka risikonya secara individual sama besar dengan risiko pasar. Bila beta suatu saham lebih besar dari 1, maka risiko individualnya lebih besar dibanding risiko pasar. Sebaliknya jika beta suatu saham lebih kecil dari 1, maka risikonya secara individual

lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar. Konsep beta merupakan elemen penting dalam mengukur tingkat risiko yang terkandung dalam suatu surat berharga.24

Saham dengan risiko rata-rata didefinisikan sebagai saham yang harganya cenderung turun naik sejalan dengan turun naiknya pasar secara umum, yang diukur dengan indeks tertentu (di Indonesia yaitu IHSG). Saham seperti itu menurut definisinya, akan mempunyai beta, b, sebesar 1, yang menandakan bahwa jika harga pasar saham naik 10%, harga saham tersebut juga akan naik 10%, begitu halnya juga jika yang terjadi adalah penurunan. Jika  =0.5, maka naik turunnya harga saham hanya setengah dari naik turunnya harga pasar saham rata-rata, dan risikonya juga akan setengah dari risiko portofolio dengan  =1. Dipihak lain, portofolio dengan  =2, akan mempunyai tingkat kenaikan dan penurunan serta tingkat risiko dua kali rata-rata.25

Perubahan kondisi ekonomi, politik dan sosial akan berpengaruh pada risiko investasi dibursa. Jika perubahan tersebut bersifat positif, maka akan menurunkan risiko berinvestasi di bursa, demikian juga sebaliknya.

Investasi saham akan memberikan keuntungan atau return berupa capital gain dan dividen (yield). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. nruteR total terdiri dari capital gain dan yield.26

24

John D.Martin, dkk, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,h.45. 25

J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.134-135. 26

Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi,Edisi 3, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2003), h.110.

Return = Capital gain (loss) + Yield Atau: 1 1      t t t t t P D P P R Keterangan: t

R = Return saham pada periode t

t

P = Harga saham sekarang (periode t).

1 

t

P = Harga saham periode sebelumnya (periode t-1)

t

D = Dividen ( kas) pada periode t

Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu, dan yield dianggap tidak diperhitungkan sehingga return total dapat dinyatakan sebagai berikut:

1 1     t t t t P P P R

Sedangkan tingkat pengembalian pasar (rate of market return) adalah:27

1 1     t t t mt IHSG IHSG IHSG R Keterangan: mt R

= Retun pasar untuk periode t

t

IHSG = Indeks pasar periode t

27

1 

t

IHSG = Indeks pasar periode t-1

Risiko sistematis diukur dengan koefisien beta, yaitu koefisien yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan saham-saham secara rata-rata di pasar (indeks pasar). Untuk mencari beta suatu saham secara historis kita dapat membuat regresi antara keuntungan historis suatu saham sebagai variabel terikat, dan keuntungan historis indeks pasar (misalnya IHSG) sebagai variabel bebas. Koefisien regresi hasil perhitungan merupakan beta atau risiko sistematis.

Beta sebesar 1 artinya setiap kenaikan atau penurunan keuntungan pasar (rm) sebasar 1% akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan keutungan saham (ri) sebesar 1%. Dengan demikian, semakin besar beta, semakin peka keuntungan saham terhadap perubahan keuntungan pasar, dan semakin berisiko pula saham tersebut. Saham dengan beta 1 adalah saham yang memiliki risiko sama dengan rata-rata saham di pasar modal. Saham dengan beta lebih dari 1 disebut saham agresif dan saham dengan beta kurang dari 1 disebut saham defensif.28

Mengetahui beta saham merupakan hal yang penting untuk menganalisa sekuritas tersebut. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematis dari sekuritas tersebut yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.

28

Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan (Yogyakarta: Penerbit CV. ANDI OFFSET, 2008), h. 45.