• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Nilai Beta Saham dan Nilai Fundamental Perusahaan yang Terdaftar d

1. Nilai Beta Saham

Beta saham merupakan gambaran tingkat kepekaan (sensitifitas) dari perubahan return saham terhadap perubahan return pasar. Ukuran risiko setiap saham diukur dengan menggunakan  (beta).

Koefisien beta merupakan indeks dari systematic risk (risiko sistematis). Dalam penelitian ini nilai beta dihitung dengan menggunakan pendekatan single index model, yaitu dengan meregresikan return saham dengan return pasar.

Tabel 4.1

Beta Saham Jakarta Islamic Index

Tahun 2004-2010 No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. ANTM 1.357 1.495 1.889 0.018 0.922 1.109 1.552 2. INCO 1.319 0.0265 0.694 1.580 1.224 1.790 1.616 3. INTP 3.17 1.486 1.239 0.989 1.399 0.838 0.622 4. KLBF 1.758 2.026 0.798 0.688 0.934 0.922 0.576 5. PTBA 2.554 -0.550 0.528 1.443 1.588 1.211 1.110 6. TLKM 0.228 1.048 0.976 0.625 0.807 0.563 0.638 7. UNVR 0.101 0.458 1.118 0.584 -0.008 0.410 0.400 Terendah 0.101 -0.55 0.528 0.018 -0.008 0.41 0.4 Tertinggi 3.17 2.026 1.889 1.58 1.588 1.79 1.616 Rata-rata 1.498 0.856 1.035 0.847 0.981 0.978 0.931

Tabel diatas merupakan nilai beta saham Jakarta Islamic Index tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Nilai rata-rata beta saham yaitu antara 0.847 sampai dengan 1.498. Nilai terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu -0.55 (PTBA/Tambang

Batubara Bukit Asam Tbk) dan nilai beta tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 3.17 (INTP/Indocement Tunggal Prakasa Tbk).

Pada tahun 2004 nilai rata-rata beta saham sebesar 1.498, nilai tersebut lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2004, nilai indeks saham di JII memiliki risiko yang lebih besar dari risiko pasar. Pada tahun 2004, terdapat 5 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan 2 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 3,17. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk sebesar 0,101.

Untuk tahun 2005 nilai rata-rata beta saham adalah 0.856, nilai tersebut lebih kecil dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2005, nilai indeks saham di JII memiliki risiko yang lebih kecil dari risiko pasar. Pada tahun 2005, terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar 2.026. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar -0.550.

Pada tahun 2006 nilai rata-rata beta saham adalah 1.035, nilai tersebut lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006, nilai indeks saham di JII memiliki risiko yang lebih besar dari risiko pasar. Terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Aneka

Tambang Tbk, yaitu sebesar 1.889. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar 0.528.

Pada tahun 2007 nilai rata-rata beta saham adalah 0.847, nilai tersebut lebih kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam JII pada tahun 2007 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar. Pada tahun 2007, terdapat 2 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan terdapat 5 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 1.580. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu sebesar 0.018.

Pada tahun 2008 nilai rata-rata beta saham adalah 0.981, nilai tersebut lebih kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam JII pada tahun 2008 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar. Pada tahun 2008, terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar 1.588. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar -0.008.

Pada tahun 2009 nilai rata-rata beta saham adalah 0.978, nilai tersebut lebih kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam JII pada tahun 2009 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar. Pada tahun 2009, terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan

terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 1.790. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0.410.

Pada tahun 2010, nilai rata-rata beta saham adalah 0.931, nilai tersebut lebih kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam JII pada tahun 2010 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar. Pada tahun 2010, terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 1.616. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0.4.

2. Nilai Fundamental Perusahaan

a. Return On Equity (ROE)

Return On Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham, agar bisa terlihat seberapa besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai ROE maka akan semakin baik.

Tabel 4.2

Return On EquityJakarta Islamic Index

Tahun 2004-2010 (dalam %) No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. ANTM 38.35 30.77 42.48 78.56 16.27 7.46 18.99 2. INCO 25 21 31 85 24 11 26 3. INTP 3 14 10 15 23 29 27 4. KLBF 28.19 26.84 22.59 20.84 19.51 21.55 23.94 5. PTBA 24.9 22.8 21.2 27.1 42.7 47.8 31.6 6. TLKM 30.3 34.3 40.2 39.2 31.5 29.5 26 7. UNVR 63.9 66.2 72.7 73 77.6 82.2 83.7 Terendah 3 14 10 15 16.27 7.46 18.99 Tertinggi 63.9 66.2 72.7 85 77.6 82.2 83.7 Rata-rata 30.52 30.844 34.31 48.386 33.511 32.644 33.89

Tabel diatas merupakan nilai ROE Jakarta Islamic Index tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Nilai rata-rata ROE yaitu antara 30.52% sampai dengan 48.39%. Dimana nilai terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 3% (Indocement Tunggal Prakasa Tbk/INTP) dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 85% (International Nickel Indonesia Tbk).

Pada tahun 2004 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.52%. Nilai ROE tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 63.9%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 3%.

Pada tahun 2005 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.844%. Nilai ROE tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu

sebesar 66.2%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 14%.

Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 34.31%. Nilai ROE tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 72.7%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 10%.

Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 48.39%. Nilai ROE tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 85%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 15%.

Pada tahun 2008 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.51%. Nilai ROE tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 77.6%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu sebesar 16.27%.

Pada tahun 2009 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 32.64%. Nilai ROE tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 82.2%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu sebesar 7.46%.

Pada tahun 2010 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.89%. Nilai ROE tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 83.7%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu sebesar 18.99%.

b. Debt To Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran rasio dari jumlah utang (baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang.

Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal pinjaman, maka perusahaan sehat dan tidak mudah bangkrut. Semakin rendah nilai DER maka akan semakin aman.

Tabel 4.3

Debt to Equity RatioJakarta Islamic Index

Tahun 2004-2010 (dalam %) No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. ANTM 147.40 111.34 70.28 37.63 26.43 21.45 28.29 2. INCO 42 29 26 36 21 28 30 3. INTP 109.86 87 59 45 33 24 17 4. KLBF 142.85 78.07 36.07 33.1 37.52 39.24 23.45 5. PTBA 41.2 37.8 34.9 48.3 50.8 40.2 35.9 6. TLKM 153.34 139.85 138.52 115.57 137.72 122.18 97.58 7. UNVR 58.7 76.3 94.9 98 109.6 102 115 Terendah 41.2 29 26 33.1 21 21.45 17 Tertinggi 153.34 139.85 138.52 115.57 137.72 122.18 115 Rata-rata 99.336 79.909 65.667 59.086 59.439 53.867 49.603

Tabel diatas merupakan nilai DER Jakarta Islamic Index tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Nilai rata-rata DER yaitu antara 49.603% sampai dengan

99.336%. Dimana nilai terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 17% (Indocement Tunggal Prakasa Tbk/INTP) dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 153.34% (Telekomunikasi Indonesia Tbk).

Pada tahun 2004 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 99.336%. Nilai DER tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu sebesar 153.34%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar 41.2%.

Pada tahun 2005 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 79.909%. Nilai DER tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu sebesar 139.85%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 29%.

Pada tahun 2006 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 65.667%. Nilai DER tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu sebesar 138.52%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 26%.

Pada tahun 2007 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.086%. Nilai DER tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu sebesar 115.57%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar 33.1%.

Pada tahun 2008 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.439%. Nilai DER tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu

sebesar 137.72%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 21%.

Pada tahun 2009 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 53.867%. Nilai DER tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu sebesar 122.18%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu sebesar 21,45%.

Pada tahun 2010 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 49.603%. Nilai DER tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar 115%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 17%.

c. Earning Per Share (EPS)

Earning per share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.

Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik.

Tabel 4.4

Earning Per Share Jakarta Islamic Index

Tahun 2004-2010 (dalam satuan Rp) No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. ANTM 84.95 88.27 162.79 536.67 143.67 63.46 176.77 2. INCO 268.05 291 455 1116 444 190 360 3. INTP 32 201 161 266 474 746 876 4. KLBF 44 62 67 70 72 97 137 5. PTBA 197 210 211 315 741 1184 872 6. TLKM 304.03 396.51 548.3 653.4 540.4 579.5 586.5 7. UNVR 192 189 226 257 315 399 444 Terendah 32 62 67 70 72 63.46 137 Tertinggi 304.03 396.51 548.3 1116 741 1184 876 Rata-rata 160.29 205.397 261.584 459.153 390.01 465.566 493.181

Tabel diatas merupakan nilai Earning Per Share (EPS) dari kelompok saham JII tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Nilai rata-rata EPS yaitu antara Rp.160,29 sampai dengan Rp.493,181. Nilai terendah EPS terjadi pada tahun 2004 yaitu Rp.32 (Indocement Tunggal Prakasa Tbk) dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar Rp.1184 (Tambang Batubara Bukit Asam Tbk).

Pada tahun 2004 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.160,29. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu sebesar Rp.304,03. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar Rp.32.

Pada tahun 2005 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.205,397. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu

sebesar Rp.396,51. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.62.

Pada tahun 2006 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.261,584. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu sebesar Rp.548,3. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.67.

Pada tahun 2007 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.459,153. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar Rp.1116. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.70.

Pada tahun 2008 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.390,01. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar Rp.741. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.72.

Pada tahun 2009 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.465,566. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar Rp.1184. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu sebesar Rp.63,46.

Pada tahun 2010 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.493,181. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar Rp.876. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.137.

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa nilai EPS dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 memiliki nilai rata-rata EPS yang positif, hal ini menunjukkan prospek perusahaan-perusahaan dalam kelompok JII yang baik yaitu kemampuan perusahaan dalam kelompok JII untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham.

d. Price Earning Ratio (PER)

Rasio harga terhadap laba (price earning ratio) merupakan rasio harga per saham (price) terhadap laba per saham (earning per share). Nilai PER yang tinggi kemungkinan menunjukkan prospek perusahaan yang baik. Rasio PER yang lebih tinggi yaitu pada perusahaan yang kemungkinan pertumbuhannya tinggi.

Tabel 4.5

Price Earning RatioJakarta Islamic Index

Tahun 2004-2010 No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. ANTM 20.31 40.50 49.14 8.34 7.59 34.67 13.86 2. INCO 4.31 45.19 68.13 86.25 4.35 19.21 13.54 3. INTP 96.09 17.66 35.71 30.83 9.70 18.36 18.21 4. KLBF 12.5 15.97 17.76 18 5.56 13.40 23.72 5. PTBA 7.74 8.57 16.71 38.10 9.31 14.57 26.32 6. TLKM 15.87 14.88 18.42 15.53 12.77 16.31 13.56 7. UNVR 17.19 22.62 29.20 26.26 24.76 27.69 37.16 Terendah 4.31 8.57 16.71 8.34 4.35 13.4 13.54 Tertinggi 96.09 45.19 68.13 86.25 24.76 34.67 37.16 Rata-rata 24.859 23.627 33.58 31.90 10.577 20.60 20.91

Tabel diatas merupakan nilai PER (Price Earning Ratio) perusahaan- perusahaan yang ada dalam kelompok saham JII tahun 2004-2010. Nilai rata-rata

PER yaitu antara 10,577 kali sampai dengan 33,58 kali. Nilai terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 4,31 kali (International Nickel Indonesia Tbk) dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu 96,09 kali (Indocement Tunggal Prakasa Tbk).

Pada tahun 2004 nilai rata-rata PER yaitu 24,86 kali. Nilai PER tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu 96,09 kali. Dan nilai PER terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 4,31 kali.

Pada tahun 2005 nilai rata-rata PER yaitu 23,63 kali. Nilai PER tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 45,19 kali. Dan nilai PER terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu 8,57 kali.

Pada tahun 2006 nilai rata-rata PER yaitu 33,58 kali. Nilai PER tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 68,13 kali. Dan nilai PER terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu 16,71 kali.

Pada tahun 2007 nilai rata-rata PER yaitu 31,9 kali. Nilai PER tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 86,25 kali. Dan nilai PER terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu 8,34 kali.

Pada tahun 2008 nilai rata-rata PER yaitu 10,58 kali. Nilai PER tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Unilever indonesia Tbk, yaitu 24,76 kali. Dan nilai PER

terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 4,35 kali.

Pada tahun 2009 nilai rata-rata PER yaitu 20,60 kali. Nilai PER tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu 34,67 kali. Dan nilai PER terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu 13,4 kali.

Pada tahun 2010 nilai rata-rata PER yaitu 20,91 kali. Nilai PER tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu 37,16 kali. Dan nilai PER terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 13,54 kali.