• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil perhitungan berdasarkan output SPSS, variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham yaitu return on equity (ROE) dan price

C. Analisis Regresi Linear Berganda

6) Dari hasil perhitungan berdasarkan output SPSS, variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham yaitu return on equity (ROE) dan price

earning ratio (PER), sedangkan debt to equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa, naiknya nilai return on equity (ROE) akan menurunkan nilai beta saham dan naiknya nilai price earning ratio (PER) akan menaikkan nilai beta saham.

e. Pembahasan Hasil Penelitian

Secara umum kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2004-2010 berada dalam kondisi yang cukup stabil. Pasar modal di Indonesia baru mulai bangkit kembali pada tahun 2003 setelah sebelumnya pada tahun 1997 krisis finansial memukul perekonomian Indonesia. Kebangkitan harga saham-saham yang terdaftar di bursa dipengaruhi oleh membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia sejak tahun 2002. Pertumbuhan ekonomi, meskipun belum mencapai tingkat pertumbuhan seperti

pada waktu sebelum krisis, telah mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup baik, yaitu 4,1% pada tahun 2003 dan 5,1% pada tahun 2004.67

Dari tahun 2005 sampai dengan 2009 kinerja pasar modal Indonesia mengalami tren pertumbuhan yang meningkat, kecuali penurunan yang tajam di tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global diparuh kedua tahun 2008. Pada akhir tahun 2009 indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencapai level 2.534,36 mengalami kenaikan sebesar 117,98% dibandingkan dengan IHSG pada tahun 2005 yang berada pada level 1.162,63. Pada semester kedua tahun 2008 dan kuartal pertama tahun 2009, telah terjadi krisis global yang sangat besar yang dampaknya telah menjatuhkan secara drastis indeks harga saham di bursa-bursa dunia termasuk Indonesia. Pergerakan IHSG dalam kurun waktu 2005 - 2009 dapat dibagi menjadi 3 (tiga) periode, yakni periode pertumbuhan cepat (rapid growth) dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, periode penurunan drastis (crisis) sepanjang tahun 2008, dan periode pemulihan (recovery) sepanjang tahun 2009. Pada periode rapid growth, IHSG mengalami kenaikan yang relatif cepat dari 1.162,63 menjadi 2.745,83, yakni dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 41,20% per tahun. Sedangkan pada periode krisis, sebagai dampak daripada krisis global, IHSG mengalami penurunan drastis sebesar 50,64% yakni dari 2.745,83 di akhir tahun 2007 menjadi 1.355,41 di akhir tahun 2008. IHSG terendah terjadi pada tanggal 28 Oktober 2008 yaitu sebesar

67

1.111,39. Sedangkan pada periode recovery, IHSG melonjak sebesar 86,98%, yakni dari 1.355,41 pada 30 Desember 2008 menjadi 2.534,36 pada 30 Desember 2009.68

Dan sepanjang tahun 2010 kinerja IHSG terus membaik, hal tersebut ditandai dengan nilai kapitalisasi pasar sepanjang tahun 2010 sebesar Rp 3.243,77 triliun. Angka itu meningkat 60,63 persen dibandingkan 2009, yakni Rp 2.019,38 triliun. IHSG BEI ditutup pada posisi 3.703,51 poin atau menguat sebesar 46,13 persen dibanding posisi penutupan akhir 2009 yang berada di posisi 2.534,36. Pada penutupan perdagangan IHSG pada akhir tahun 2010, kinerja IHSG mencatat hasil terbaik di Asia Pasifik.69

Membaiknya kondisi ekonomi tentu membawa pengaruh yang positif bagi perkembangan pasar modal Indonesia. Pasar modal adalah pasar yang sangat rentan terhadap isu. Namun demikian investor dapat meminimalisir risiko berinvestasi pada saham dengan cara memilih saham-saham perusahaan yang memiliki fundamental keuangan yang kuat.70

Ketahanan bisnis terhadap goncangan siklus ekonomi akan menentukan indeks beta suatu perusahaan. Dalam kondisi perekonomian yang kurang baik, semua perusahaan akan terkena dampaknya, namun tingkat kepekaan masing-masing perusahaan berbeda-beda. Semakin besar indeks beta suatu perusahaan, akan semakin

68

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan, “Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank 2010-2014”, dokumen

diakses pada 16 Agustus 2011 dari http://www.bapepam.go.id/pasar modal /publikasi pm/info pm/MASTERPLAN BAPEPAMLK 2010-2014.pdf

69

Indonesia Proud, Kinerja IHSG Indonesia 2010 Terbaik di Asia Pasifik, artikel di akses pada 16 Agustus 2011 dari http://indonesiaproud.wordpress.com/2011/01/05/kinerja-ihsg-indonesia- 2010-terbaik-di-asia-pasifik/

70

besar pula risiko yang akan dihadapi oleh investor. Namun tidak menutup pula kemungkinan investor akan mendapat return yang tinggi pula dimasa yang akan datang meskipun return tersebut belum tentu dapat terealisir. Oleh karena itu investor penting sekali untuk memperhatikan faktor fundamental perusahaan dalam hal ini yang memiliki pengaruh terhadap risiko atau beta saham.

Berdasarkan hasil pengujian statistik mengenai pengaruh faktor fundamental (ROE, DER, EPS dan PER) terhadap beta saham, berikut ini akan dibahas hasil penelitian mengenai pengaruh variabel-variabel tersebut :

1). Return On Equity (ROE)

Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham. Untuk dapat menghindari atau paling tidak memperkecil kerugian, investor haruslah mengetahui informasi fundamental atas saham yang hendak dijadikan objek investasi. Salah satu informasi fundamental yang penting adalah ROE. Perusahaan yang memiliki return atau laba yang tinggi akan memiliki performance keuangan yang baik. Perusahaan yang mampu menghasilkan ROE yang tinggi secara konsisten menandakan bahwa secara fundamental dan finansial perusahaan tersebut memiliki performance yang bagus.

Perusahaan yang memiliki fundamental yang bagus akan lebih mampu bertahan dalam kondisi apapun termasuk pada saat perekonomian sedang krisis, sehingga peruahaan mampu meminimalisir risiko yang timbul. Hal ini dibuktikan dalam penelitian ini yaitu bahwa variabel ROE memiliki pengaruh negatif terhadap

beta saham, dimana ketika suatu perusahaan mampu meningkatkan ROE-nya, maka risiko atau beta sahamnya akan turun.

2). Debt to Equity Ratio (DER)

Berdasarkan teori, semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan maka akan semakin besar risiko yang akan ditanggung oleh pemilik modal.71 Hal ini dapat terlihat dari arah koefisien regresi DER yang positif terhadap beta saham. Artinya pada saat nilai DER semakin besar, nilai beta saham juga semakin besar. Walaupun berdasarkan hasil penelitian ini secara parsial DER tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham. Hal ini karena pada periode tahun 2004 hingga 2010, kondisi perekonomian cukup stabil, dan perusahaan-perusahaan atau emiten telah melakukan pengaturan yang baik terhadap struktur modalnya, terutama tingkat penggunaan hutangnya sehingga nilai DER dalam posisi yang cukup aman termasuk pada saat menghadapi krisis finansial global pada tahun 2008, disamping itu emiten juga mampu menjaga tingkat profitabilitasnya sehingga dalam hal ini nilai DER-nya tidak sampai mempengaruhi atau meningkatkan risiko perusahaan.

3). Earning Per Share (EPS)

Kinerja perusahaan salah satunya tercermin dari laba bersih per saham atau earning per share, yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam mengelola perusahaan. Untuk dapat meningkatkan pembayaran dividennya, perusahaan harus mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Pemodal sering memusatkan perhatian

71

pada laba per lembar saham (EPS) dalam melakukan analisis investasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk periode tahun 2004 hingga tahun 2010 nilai EPS tidak memiliki pengaruh terhadap beta saham. Hal ini karena pada periode tersebut nilai EPS perusahaan cenderung stabil. Terlihat juga dari nilai rata-rata EPS emiten yang ada dalam Jakarta Islamic Index pada periode tahun 2004 hingga 2010, mampu mempertahankan nilai EPS-nya dan semakin meningkat setiap tahunnya.

Maju mundurnya suatu perusahaan tercermin dari keuntungan yang dapat diperoleh setiap tahun. Suatu perusahaan yang mampu meraih keuntungan setiap tahunnya mengindikasikan suatu kemajuan, sedangkan jika menderita kerugian setiap tahunnya mengindikasikan kebangkrutan.72

4). Price Earning Ratio (PER)

PER merupakan rasio antara harga saham perlembar dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham (EPS). Analis sekuritas dan investor menggunakan nilai PER untuk melakukan penilaian atas suatu saham atau untuk menilai kewajaran harga saham.73 Seringkali suatu saham hanya menghasilkan nilai EPS yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan harga sahamnya. Semakin tinggi nilai PER, semakin nampak rendah EPS apabila dibandingkan dengan harga sahamnya.

Nilai PER yang tinggi menunjukkan bahwa pemodal atau investor bersedia membayar saham dengan harga harga yang tinggi meskipun EPS-nya relatif rendah, dengan harapan pertumbuhan laba perusahaan dimasa yang akan datang semakin

72

Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.130. 73

tinggi sehingga dividennya juga tinggi. Dalam hal ini investor memiliki ekspektasi atau pengharapan yang tinggi pada saham perusahaan tersebut. Dan tentunya setiap ekspektasi akan selalu dihadapkan juga pada risiko tidak terpenuhinya harapan tersebut, dimana semakin tinggi return yang diharapkan semakin tinggi risiko yang akan dihadapi. Hal ini dibuktikan juga dari hasil penelitian ini yaitu bahwa nilai PER secara parsial berpengaruh positif terhadap beta saham. Artinya semakin tinggi PER akan berpengaruh pada semakin tinggi pula risiko atau beta sahamnya.

98

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai fundamental perusahaan berdasarkan rasio return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), dan price earning ratio (PER) pada saham-saham yang tetap masuk dalam JII dari tahun 2004 hingga tahun 2010 yaitu:

a. Return On Equity (ROE) mengukur seberapa besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Nilai dari ROE yaitu:

1)Pada tahun 2004 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.52%. 2)Pada tahun 2005 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.844%. 3)Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 34.31%. 4)Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 48.39%. 5)Pada tahun 2008 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.51%. 6)Pada tahun 2009 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 32.64%. 7)Pada tahun 2010 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.89%.

b. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran rasio jumlah utang (baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Nilai dari DER yaitu:

1)Pada tahun 2004 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 99.336%. 2)Pada tahun 2005 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 79.909%. 3)Pada tahun 2006 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 65.667%. 4)Pada tahun 2007 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.086%. 5) Pada tahun 2008 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.439%. 6)Pada tahun 2009 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 53.867%. 7)Pada tahun 2010 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 49.603%.

c. Earning per share menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Nilai dari EPS yaitu: 1)Pada tahun 2004 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.160,29.

2)Pada tahun 2005 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.205,397. 3)Pada tahun 2006 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.261,584. 4)Pada tahun 2007 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.459,153. 5)Pada tahun 2008 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.390,01. 6)Pada tahun 2009 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.465,566. 7)Pada tahun 2010 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.493,181.

d. Rasio harga terhadap laba (price earning ratio) merupakan rasio harga per saham (price) terhadap laba per saham (earning per share). Nilai dari PER yaitu:

1)Pada tahun 2004 nilai rata-rata PER yaitu 24,86 kali. 2)Pada tahun 2005 nilai rata-rata PER yaitu 23,63 kali. 3)Pada tahun 2006 nilai rata-rata PER yaitu 33,58 kali.

4)Pada tahun 2007 nilai rata-rata PER yaitu 31,9 kali. 5)Pada tahun 2008 nilai rata-rata PER yaitu 10,58 kali. 6)Pada tahun 2009 nilai rata-rata PER yaitu 20,60 kali. 7)Pada tahun 2010 nilai rata-rata PER yaitu 20,91 kali.

2. Ukuran risiko setiap saham diukur dengan menggunakan  (beta). Jika beta suatu saham sama dengan 1, maka risikonya secara individual sama besar dengan risiko pasar. Bila beta suatu saham lebih besar dari 1, maka risiko individualnya lebih besar dibanding risiko pasar. Dan jika beta suatu saham lebih kecil dari 1, maka risikonya secara individual lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar. Nilai beta saham dari emiten-emiten yang tetap masuk dalam JII dari tahun 2004 hingga tahun 2010 yaitu:

a. Pada tahun 2004 nilai rata-rata beta saham sebesar 1.498. b. Pada tahun 2005 nilai rata-rata beta saham adalah 0.856. c. Pada tahun 2006 nilai rata-rata beta saham adalah 1.035. d. Pada tahun 2007 nilai rata-rata beta saham adalah 0.847. e. Pada tahun 2008 nilai rata-rata beta saham adalah 0.981. f. Pada tahun 2009 nilai rata-rata beta saham adalah 0.978. g. Pada tahun 2010, nilai rata-rata beta saham adalah 0.931.

3. Hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda untuk menguji pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah yaitu sebagai berikut:

a. Secara simultan hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap beta saham syariah periode tahun 2004 – 2010.

b. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity (ROE) terhadap beta saham syariah, yaitu ROE memiliki pengaruh negatif terhadap beta saham, dimana ketika suatu perusahaan mampu meningkatkan ROE-nya, maka beta sahamnya akan turun.

c. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap beta saham syariah periode tahun 2004 – 2010.

d. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Earning Per Share (EPS) terhadap Beta Saham Syariah periode tahun 2004–2010.

e. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Price Earning Ratio (PER) terhadap Beta Saham Syariah periode tahun 2004 – 2010, yaitu PER secara parsial berpengaruh positif terhadap beta saham. Artinya semakin tinggi PER akan berpengaruh pada semakin tinggi pula risiko atau beta sahamnya. f. Nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 25% menunjukkan bahwa

kontribusi Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) dalam menjelaskan variasi Beta Saham Syariah hanya sebesar 25% dan sisanya sebesar 75% dipengaruhi oleh variabel lain yang penulis tidak diteliti.

g. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Beta Saham Syariah adalah Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER). Artinya kedua variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan Beta Saham Syariah periode 2004-2010.

B. SARAN

Berkaitan dengan penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi Investor sebelum mengambil keputusan berinvestasi pada saham, sebaiknya perlu memperhatikan informasi-informasi yang diindikasikan mempunyai pengaruh signifikan terhadap beta saham. Iinvestor dapat menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) sebagai pijakan dalam berinvestasi, karena dalam penelitian ini variabel Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Beta Saham Syariah. Investor dapat mengestimasi beta suatu saham perusahaan dengan melihat nilai Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER). Setelah investor dapat mengestimasi beta, maka investor dapat menentukan pilihan investasinya pada perusahaan dengan beta saham yang tinggi atau rendah, hal ini disesuaikan dengan tipe dan karakteristik dari investor sendiri.

2. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengambill keputusan. Pihak perusahaan dapat mempertahankan nilai Return On Equity (ROE) agar nilainya tidak rendah. Dengan meningkatkan nilai Return On Equity (ROE) maka perusahaan dapat meminimalkan risiko atau beta sahamnya.

Perusahaan juga perlu memperhatikan nilai Price Earning Ratio (PER), karena PER merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi beta saham. Kedua langkah tersebut dapat dilakukan untuk mengatur atau mengantisipasi beta saham dari perusahaan.

3. Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu nilai koefisien determinasi sebesar 25% dapat dikatakan kecil, sehingga model regresi yang didapatkan dari penelitian ini walaupun dapat digunakan untuk memprediksi beta saham, namun hasil taksirannya belum cukup akurat. Untuk itu bagi akademisi perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni dengan menyempurnakan penelitian ini dengan memasukkan dalam model penelitian faktor-faktor lainnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta saham. Faktor tersebut yaitu faktor makro ekonomi, seperti tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat suku bunga, dan lain-lain. Juga faktor fundamental perusahaan lainnnya yang belum diteliti, seperti dividend payout, pertumbuhan aktiva, likuiditas, dan lain-lain. Penelitian selanjutnya juga dapat membandingkan beta saham syariah dengan beta saham dari kelompok saham lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan menggunakan rentang waktu yang berbeda dan lebih lama agar diperoleh hasil yang lebih akurat, dan melakukan pengembangan teori sehingga penelitian selanjutnya lebih baik dan komprehensif.

104 PT. Rineka Cipta, 1996.

Andriani, Yuli. Penerapan Model Indeks Tunggal dalam Menghitung Beta Saham Jakarta Islamic Index untuk Mengukur Risiko Sistematis, Volume 13 Nomor 2 (A). Jurnal Penelitian Sains. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya, 2010.

Aneka Tambang (Persero) Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada 11 Juli 2011 dari http://www.antam.com.

Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004, Cetakan Pertama.

Atmaja, Lukas Setia. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Penerbit CV.ANDI OFFSET, 2008.

Bodie, Zvi, et.al. Investment. New York: McGraw-Hill/Irwin, 2008.

Fauzi, Ahmad. ”Analisis Pengaruh Indikator Fundamental dan Makro Ekonomi Terhadap Beta Saham-saham kelompok properti dan real estate. Periode tahun 2004-2008”. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Firdaus, Muhammad, dkk, Sistem Keuangan Syariah dan Investasi Syariah. Jakarta: Renaisan, 2005.

Gujarati, Damodar. Basic Econometrics, Third Edition. New York: Mc-Graw Hill Inc, 1995.

Hamid, Abdul. Pasar Modal Syariah, Cetakan 1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Cetakan Kedua. Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006.

Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. Investasi pada Pasar Modal Syariah, Edisi Revisi, Cetakan Ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Husnan, Suad. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Keempat,

Cetakan Pertama. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2005.

Hulwati. Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001.

International Nickel Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada 11 Juli 2011 dari http://www.pt-inco.co.id.

International Nickel Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”. Dokumen diakses pada 27 Mei 2011 dari http://www.pt-inco.co.id.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.indocement.co.id.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.indocement.co.id.

Indonesia Proud. “Kinerja IHSG Indonesia 2010 Terbaik di Asia Pasifik”. Artikel di

akses pada 16 Agustus 2011 dari

http://indonesiaproud.wordpress.com/2011/01/05/kinerja-ihsg-indonesia-2010- terbaik-di-asia-pasifik/

Oei, Istijanto, Kiat Investasi Valas, Emas, Saham. Jakara: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta, 2003.

Kalbe Farma Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.kalbe.co.id.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. “Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank 2010-2014”, dokumen diakses pada 16 Agustus 2011 dari http://www.bapepam.go.id/pasar modal /publikasi pm/info pm/MASTERPLAN BAPEPAMLK 2010-2014.pdf

Keown, Arthur J. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, Jilid 1. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999.

Manurung, Adler H dan Rizky, Lutfi T. Successful Financial Planner: A Complete Guide. Jakarta: Grasindo, 2009.

Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Naibaho, Franky Pengenalan Analisa Fundamental: Materi Kelas Intermediate Sekolah Pasar Modal 2011, 8 Juni 2011. Jakarta: PT. CIMB Securities Indonesia, 2011.

Nasution, Mustafa Edwin. Dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Parmono, Agung. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Sistematis (Beta) Saham Perusahaan Industri Manufaktur Periode 1994-2000 Di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2001.

PT Bukit Asam (Persero) Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada 11 Juli 2011 dari www.ptba.co.id.

PT Bukit Asam (Persero) Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.ptba.co.id.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.telkom.co.id.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.telkom.co.id.

PT Unilever Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.unilever.co.id.

PT Unilever Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”. Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.unilever.co.id.

Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Samsul, Mohamad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Penerbit

Santoso, Singgih. SPSS Statistik Multivariat, Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004.

Sihombing, Gregorius. Kaya dan Pintar Jadi Trader dan Investor Saham. Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas, 2008.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.

Sunyoto, Danang. Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat. Yogyakarta: Amara Books, 2007.

Sundjaja, Ridwan S. dkk, Manajemen Keuangan 2. Bandung: Literata Lintas Media, 2010.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Penerbit Ekonisa, Fak.Hukum UII Yogyakart, 2007.

Sumitro, Warkum. Asas-AsasPerbankan Islam dan Lembaga Terkait: Bamui,Takaful. dan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.

Van Horne, James C dan John M.Wachowicz JR. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan . Jakarta: Salemba Empat, 2005.

Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989.

Widoatmodjo, Sawidji. Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1996.

Yahoo Finance. “Historical Prices Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM.JK)”. Dokumen ini diakses pada 6 Juni 2011 dari http://finance.yahoo.com/q/hp?s=ANTM.JK.

Yahoo Finance. “Historical Prices International Nickel Indonesia (INCO.JK)”.