• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tokoh-Tokoh Tasawuf Pada Zaman Modern

5. Jalaluddin Rakhmat

Jalaluddin Rakhmat dilahirkan di Bandung pada 29 Agustus 1949. Ia dikenal dengan sapaan Kang Jalal. Ibunya adalah seorang aktivis Islam di desanya. Ayahnya adalah seorang kyai dan sekaligus lurah desa. Karena kemelut politik Islam pada waktu itu, ayahnya terpaksa meninggalkan Jalal yang berusia dua tahun. Ia berpisah dengan ayahnya puluhan tahun sehingga ia hampir tidak punya ikatan emosional dengannya. Menurut teori atheisme, Jalal mestinya menjadi atheis; tetapi ibunya mengirimkan Jalal ke madrasah sore hari, membimbingnya membaca kitab kuning malam hari, setelah mengantarkannya ke sekolah dasar pagi hari. Jalal mendapatkan pendidikan agama hanya sampai akhir sekolah dasar.

Ia meninggalkan desanya sejak ia masuk SMP di kota Bandung. Karena rendah diri, Jalal menghabiskan masa remajanya di perpustakaan negeri, peninggalan Belanda. Ia tenggelam dalam buku-buku filsafat, yang memaksanya belajar bahasa Belanda. Di situ ia berkenalan dengan para filosof, dan terutama sekali sangat terpengaruh oleh Spinoza dan Nietzsche. Ayahnya meninggalkan lemari buku yang dipenuhi kitab-kitab berbahasa Arab. Dari buku peninggalan ayahnya itu, ia bertemu dengan Ihya ‘ulum ad-Din karya Imam al-Ghazali. Ia begitu tergoncang karenanya sehingga seperti gila. Ia meninggalkan SMA-nya dan menjelajah ke beberapa pesantren di Jawa Barat.

Inipun tidak berlangsung lama. Ia kembali ke SMA-nya. Karena keinginan untuk mandiri, ia mencari perguruan tinggi yang sekaligus memberikan kesempatan baginya untuk bekerja. Ia masuk Fakultas Publisitik, sekarang Fakultas Komunikasi, Unpad. Pada saat yang sama, ia memasuki pendidikan guru SLP Jurusan Bahasa Inggris. Ia terpaksa meninggalkan kuliahnya, ketika ia menikah dengan santrinya di masjid, Euis Kartini. Setelah berjuang menegakkan keluarganya, ia kembali lagi ke almamaternya. Selanjutnya setelah tamat dari Fakultas Publisitik Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, dan dalam posisi sebagai dosen ia memperoleh beasiswa Fulbright dan melanjutkan studi bidang penelitian komunikasi dan Psikologi di Iowa State University, Ames, Iowa, tahun 1982 dan memperoleh gelar Master

of Science dengan tesis A Model for Study of Mass Media Effects on Political Leaders. Ia lulus dengan magna cum laude. Karena mendapat “perfect 4.0

grade point average”, ia terpilih menjadi anggota Phi Kappa Phi Sigma Delta Chi. Selain menjadi dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi dan Pasca Sarjana UNPAD, serta (pernah) mengajar Etika Islam di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, ia dikenal sebagai seorang da’i yang aktif.226

Pada tahun 1981, ia kembali ke Indonesia dan menulis buku Psikologi

Komunikasi. Ia merancang kurikulum di fakultasnya, memberikan kuliah

dalam berbagai disiplin, termasuk sistem politik Indonesia. Kuliah-kuliahnya terkenal menarik pehatian para mahasiswa yang diajarnya. Ia aktif membina mahasiswa di berbagai kampus di Bandung. Ia memberikan kuliah Etika dan Agama Islam di ITB dan IAIN, serta mencoba menggabungkan sains dan agama.

Kegiatan ekstrakurikulernya dihabiskan dalam berdakwah dan berkhidmat pada mustad’afin. Ia membina jamaah di masjid-masjid dan di tempat-tempat kumuh gelandangan. Ia terkenal sangat vokal, mengkritik kezaliman, baik yang dilakukan elite politik maupun elite agama. Ia sering harus berurusan dengan aparat militer, dan akhirnya dipecat sebagai pegawai negeri. Ia meninggalkan kampusnya dan melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Qum, Iran, untuk belajar ‘Irfan dan filsafat Islam dari para Mullah tradisional; ke Australia, untuk mengambil studi tentang perubahan politik dan hubungan internasional dari para akademisi modern. Saat ini, ia kembali lagi ke kampusnya, Fakultas Ilmu Komunikasi, Unpad. Ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi lainnya dalam ilmu komunikasi, Filsafat Ilmu, dan Metode Penelitian. Secara khusus, ia membina kuliah Mistisisme di Islamic College for Advanced Studies, Jakarta. Ia menjadi Kepala SMU Plus Muthahhari, sekolah yang kini menjadi sekolah model untuk pembinaan akhlak. Sebagai ilmuwan, ia menjadi anggota berbagai organisasi professional, nasional, dan internasional, serta aktif dalam berbagai seminar. Sebagai mubaligh, ia sibuk mengisi berbagai pengajian. Sebagai aktivis, ia membidangi dan menjadi Ketua Dewan Syura untuk IJABI (Ikatan Jamaah Ahli Bait Indonesia). Sebagai kepala keluarga, ia sangat bahagia karena dikaruniai lima orang anak dan dua

226Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Ceramah-Ceramah di Kampus, Bandung:

Mizan, cet. Ke IX, 1998. Lihat juga,bukunya, Psikologi Agama, Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2003, hlm. v-vi.

orang cucu. sebagai hamba Allah, ia masih juga merasa belum sanggup mensyukuri anugerah-Nya.227

Kegiatan Jalaluddin Rakhmat yang padat di bidang dakwah ini tak menghalanginya untuk menghadiri seminar-seminar di dalam dan di luar negeri, baik yang berhubungan dengan profesinya maupun yang berhubungan dengan soal-soal keislaman. Sekali setiap minggu ia mengadakan pengajian rutin di masjid belakang rumahnya. Caranya berdakwah, meski mendalam, dikenal gampang diserap oleh semua kalangan. Hal ini, karena ia seorang pakar komunikasi, sehingga dalam menuangkan berbagai gagasannya, dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti, segar dan cerdas.

Adapun karya tulis yang kemukakan disini adalah sebatas yang dapat penulis ketahui dan sudah diterbitkan oleh penerbit, tentunya karya-karya hingga saat ini terus berkembang sebab ia masih hidup. Karya-karya yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

a. Karya Tulis Jalaluddin Rakhmat yang ditulis sendirian;

- Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

cet. Pertama, 1984.

- Islam Alternatif; Ceramah-ceramah di kampus, diterbitkan oleh Mizan,

Bandung, cetakan pertama kalinya tahun 1986, dan cetakan IX, 1998. - Islam Aktual, Refleksi- Sosial Cendekiawan Muslim, Mizan, Bandung,

cet. Ke-2 Agustus, 1991.

- Psikologi Komunikasi, edisi revisi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,

cet. Ke-6, 1991. Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1985, hingga tahun 1991 telah mengalami enam kali cetak.

- Tafsir Bil Ma’tsur, Pesan Moral Al-Quran, jilid 1, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, cet. Ke-1 1993, dan cet. Ke-2, 1994.

- Renungan-Renungan Sufistik, Membuka Tirai Kegaiban, diterbitkan oleh

Mizan, Bandung, cet. Ke-1 September 1994, dan cet. Ke XV Agustus 2003. - Reformasi Sufistik “Halaman Akhir” Fikri Yathir, diterbitkan oleh

Pustaka Hidayah, Bandung, cet. Ke-1 tahun 1998, dan cet. Ke III 2002. - Al-Mustafa, Pengantar Studi Kritis Tarikh Nabi Saw, diterbitkan

oleh Penerbit Muthahhari Press, Bandung, cet. Ke-1 Juni 2002.

- Retorika Modern Pendekatan Praktis, PT. Remaja Rosda Karya,

Bandung, cet. Ke-1 1992 dan cet. Ke-8, 2002.

- Psikologi Agama, Sebuah Pengantar, diterbitkan oleh Penerbit Mizan,

Bandung, cet. Ke-1 September 2003.

b. Karya Tulis Jalaluddin Rakhmat bersama lainnya atau yang diedit orang lain;

- Catatan Kang Jalal, Visi Media, Politik dan Pendidikan, editor, Miftah

F. Rakhmat, diterbitkan oleh Penerbit Remaja Rosdakarya Off-set, Bandung, cet. Ke-1 1997, dan cet. Ke-2 1998.

- (Editor tamu), “Epilog, Ijtihad: Sulit Dilakukan, Tetapi Perlu”, dalam Haidar Bagir dan Syafiq basri (editor), Ijtihad dalam Sorotan, Mizan, Bandung, cet. Ke-1, 1988.

- “Kontroversi Sekitar Ijtihad Umar r.a.”, dalam; Iqbal Abdurrauf Saimina (penyunting), Polemik Raktualisasi Ajaran Islam, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta, cet. Pertama, 1988.

- “Ukhuwah Islamiah: Perspektif Al-Qur’an Dan Sejarah”, dalam; Haidar Bagir (penyunting), Satu Islam Sebuah Dilema, Mizan, Bandung, cet. Ke-7, 1994.

Kemungkinan masih banyak lagi karya Jalaluddin Rakhmat yang tidak dikemukakan disini, akibat keterbatasan penulis, selain Jalaluddin Rakhmat sendiri masih hidup (pada saat penulisan ini ditulis), sehingga masih terbuka munculnya karya-karya yang baru yang terus ditulisnya di pelbagai media cetak dan penerbitan.

Dalam bukunya, Reformasi Sufistik, Jalaluddin Rakhmat mengemukakan bahwa fitrah manusia itu menerima dan menjalankan agama. Orang yang meninggalkan agama tak akan hidup bahagia. Jiwanya sakit. Ia akan ditimpa kejenuhan, kecapaian, dan kebingungan. Karena, ia tidak tahu mau dibawa kemana kehidupan ini. Musibah kecil saja dapat memporakporandakan seluruh bangunan hidupnya. Tanpa agama, hidup manusia akan melayang-layang seperti melayang-layang-melayang-layang putus talinya. Hal ini apa yang ditegaskan dalam QS. al-Hasyr [59]: 19.228 Orang yang berpaling dari fitrah keagamaan

228Teks ayatnya: Ÿωuρ (#θçΡθä3s? t⎦⎪Ï%©!$%x. (#θÝ¡nΣ ©!$# öΝßγ9|¡Σr'sù öΝåκ|¦àΡr& 4 šÍׯ≈s9'ρé& ãΝèδ šχθà)Å¡≈xø9$# ∩⊇®∪

juga akan menekan fitrah kasih sayangnya. Sebagaimana diingatkan oleh Allah dalam QS. Muhammad [47]: 22-23.229 Demikianlah Jalaluddin Rakhmat mengingatkan kita akan pentingnya sikap dan perilaku keagamaan.230 Selanjutnya, Jalaluddin Rakhmat mengajak kita untuk kembali kepada fitrah kita. Yakni, menghidupkan kembali kasih sayang yang selama ini terabaikan karena kesibukan dan kerakusan. Mari kita dekati (taqarrub) lagi Allah yang selama ini kita lupakan kehadiran-Nya.231

Jalaluddin Rakhmat berpandangan bahwa seluruh ajaran Islam dimaksudkan untuk menyucikan manusia; yakni, menampilkan kembali sifat kemanusiaan mereka. Kalimat syahadat menyucikan akidah manusia, membersihkan mereka dari kemusyrikan, menafikan segala pengabdian kepada selain Allah. Shalat menyucikan jiwa dengan selalu mengingat Allah. Puasa menyucikan ruhani kita dengan mengendalikan hawa nafsu dan menundukkannya pada perintah Allah. Zakat menyucikan harta kita buat membantu sesama manusia. Haji menyucikan kehidupan kita dengan mengarahkan seluruh perjalanan hidup kita menuju Allah Swt, agar kita bergerak berputar di sekitar Rumah Allah. Oleh karena itu, syahadat kita batal bila kita belum melepaskan diri dari pengabdian kepada sesama manusia, bila kita dengan rela menyerahkan diri kita untuk diperbudak, ditindas, dan diperlakukan sewenang-wenang oleh orang lain. Menyerahkan diri kepada kezhaliman berarti membantu kezhaliman. Begitu pula, shalat dan puasa tidak diterima Allah, bila pelakunya tidak dapat menahan diri dari perbuatan fakhsya’ dan munkar.232 Dengan demikian, maka ajaran Islam, ingin mengajak umat manusia agar menghindarkan diri dari berbagai

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”

229Teks ayatnya: ö≅yγsù óΟçFøŠ|¡tã βÎ) ÷Λä⎢øŠ©9uθs? βr& (#ρ߉šøè? ’Îû ÇÚö‘F{$# (#þθãèÏeÜs)è?uρ öΝä3tΒ$ymö‘r& ∩⊄⊄∪ y7Íׯ≈s9'ρé& t⎦⎪Ï%©!$# ãΝßγoΨyès9 ª!$# ö/àS£ϑ|¹r'sù #‘yϑôãr&uρ öΝèδt≈|Áö/r& ∩⊄⊂∪

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila`nati Al-lah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”

230Jalaluddin Rakhmat, Reformasi Sufistik, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002, hlm. 132.

231Ibid., hlm. 133.

232Jalaluddin Rakhmat, Renungan-Renungan Sufistik, Bandung: Mizan, 2002, hlm.

perbuatan maksiat, baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Itulah diantara pemikiran sufistik Jalaluddin Rakhmat.