• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

5.1. Jalur Verifikasi

Pemilihan jalur dilakukannya verifikasi ini didasarkan pada 2 kriteria, yaitu : - Merupakan jalur yang banyak didatangi pengunjung dan/atau dilalui pendaki - Mempunyai aksesibilitas yang mudah.

Verifikasi dilakukan pada 8 jalur yang terdiri dari 2 jalur pendakian yaitu jalur pendakian Selo (yang dimulai dari Dusun Genting, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali), dan jalur Tekelan (Dusun Tekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang), serta 6 jalur non pendakian dimana 2 jalur dimulai dari Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, 3 jalur berada/dimulai dari Dusun Tekelan dan 1 jalur dimulai dari kawasan TWA Tuk Songo Kopeng.

Selama pelaksanaan verifikasi di lapangan dilakukan pula perekaman data spasial jalur pendakian maupun non pendakian menggunakan alat GPS Receiver merk Garmin seri e-Trex SUMMIT. Perekaman data dilakukan setiap jarak 100 m (1 HM) atau kurang dari 100 m apabila penangkapan sinyal lemah dan pada obyek-obyek atau lokasi khusus/tertentu. Penunjukkan angka akurasi penangkapan sinyal pada alat selalu dijaga dibawah 10 m, kecuali apabila memang keadaan lokasi yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan angka akurasi yang kecil.

Pada grafik profil yang disajikan, fluktuasi yang ekstrim merupakan pengaruh dari skala ketinggian dan jarak yang digunakan, atau perbedaan antara ketinggian sebenarnya dengan akurasi penerimaan alat GPS Receiver yang digunakan serta peta dasar yang dipakai.

Tabel 6 Daftar jalur pendakian dan non pendakian dilakukannya verifikasi

No. Jalur Jenis Jalur Jarak Tempuh

(Lapang)

Waktu Tempuh Normal

1. Selo - Puncak Pendakian 6.050 m 7 jam 2. Tekelan - Puncak Pendakian 6.125 m 7 jam 3. Selo - Mata Air Non Pendakian 900 km 45 menit 4. Tekelan - Watu Tadah Non Pendakian 1.000 m 1 jam 5. TWA Tuk Songo - Tekelan Non Pendakian 1.000 m 45 menit 6. Tekelan - Krinjingan Non Pendakian 450 m 30 menit 7. Tekelan - ”Dufan” Non Pendakian 725 m 1 jam 8. Selo - Jurang Warung Non Pendakian 2.800 m 3 jam

Gambar 5 menunjukkan tampilan (layout) jalur verifikasi yang di-overlay pada peta kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.

45

46

5.1.1. Jalur Pendakian Selo - Puncak

Jalur pendakian Selo (Desa Tarubatang)merupakan jalur utama pendakian dari sisi Selatan Gunung Merbabu yang mempunyai aksesibilitas yang mudah dan populer di kalangan para pendaki. Base start Desa Tarubatang berada di tepi batas kawasan TN Gunung Merbabu. Kondisi fisik jalur Selo berupa jalan setapak dari tanah, yang menjadi jalan aliran air ketika hujan turun. Pada jalur ini terdapat percabangan jalur (Pada Pos I Dok Malang di ketinggian + 2.194m dpl) yang bertemu kembali dengan jalur utamanya pada ketinggian + 2.592 m dpl (Pos III Watu Tulis), namun sejak terjadinya kebakaran hutan pada jalur ini pada tahun 2006 jalur ini tidak lagi digunakan dan tertutup vegetasi tumbuhan bawah, sehingga hanya penduduk setempat saja yang masih bisa mengenali jalur ini.

Mulai jarak 3.900 m dan ketinggian + 2.777 m dpl terdapat ekosistem sabana yang di kalangan pendaki yang biasa mendaki gunung ini disebut Sabana I dan Sabana II. Sabana I dipisahkan oleh sebuah bukit dengan Sabana II (pada jarak 4.500 m dan ketinggian + 2.867 m dpl).

Tabel 7 Rute jalur pendakian Selo

No. Rute Jarak Jarak

Akumulasi

Ketinggian (m dpl)

1. Start Batas Kawasan - Pos I Dok Malang 1.725 m 1.725 m 2.194 2. Pos I Dok Malang - Pos Bayangan (Dok Cilik) 600 m 2.325 m 2.274 3. Pos Bayangan (Dok Cilik) - Pos II Pandean 500 m 2.825 m 2.420 4. Pos II Pandean - Pos III Watu Tulis 500 m 3.325 m 2.592 5. Pos III Watu Tulis - Sabana I 500 m 3.825 m 2.777 6. Sabana I - Sabana II 1.000 m 4.825 m 2.867 7. Savana II - Puncak Triangulasi 1.000 m 5.825 m 3.122 8. Puncak Triangulasi - Puncak Kenteng Songo 225 m 6.050 m 3.157

Seluruhnya terdapat 66 titik yang direkam dengan menggunakan GPS Receiver. Jumlah tersebut meliputi 57 titik HM, 3 titik pos pendakian yang pada pengukuran jarak lapang tidak tepat (kurang atau lebih dari) 100 m (selanjutnya disebut ”diluar HM”), 1 titik lokasi longsor, 1 titik puncak diluar HM, 1 titik lokasi memori (nisan) dan 1 titik lokasi bermalam tim. Tabel 16 menyajikan data rekaman alat pada titik-titik utama jalur pendakian Selo - puncak.

Profil jalur pendakian Selo - puncak secara mayoritas menanjak dan hampir tidak ada yang menurun. Bagian (segmen) jalur yang terlihat datar hanya sebagian kecil (+ 300 m) yang kemungkinan besar merupakan profil lokasi Sabana I - Sabana II. Gambar 6 menunjukkan profil jalur pendakian Selo – puncak.

K e ti nggi a n Jarak 5082 0 30 70 18 29 850 1700 2550 3400 4250 21 5 4 24 79 28 04

Tabel 8 Data rekaman GPS Receiver jalur Pendakian Selo Koordinat No. Rute

BT LS Ketinggian

(m dpl)

1. Start Batas Kawasan 110° 27' 04.5" 07° 29' 02.3" 1.854 2. Pos I Dok Malang 110° 27' 20.8" 07° 28' 23.8" 2.194 3. Pos Bayangan (Dok Cilik) 110° 27' 14.8" 07° 28' 13.2" 2.274 4. Pos II Pandean 110° 27' 04.0" 07° 28' 06.2" 2.420 5. Pos III Watu Tulis 110° 26' 46.6" 07° 28' 05.4" 2.592 6. Sabana I 110° 26' 43.1" 07° 27' 52.8" 2.777 7. Sabana II 110° 26' 38.0" 07° 27' 39.1" 2.867 8. Puncak Triangulasi 110° 26' 23.3" 07° 27' 17.5" 3.122 9. Puncak Kenteng Songo 110° 26' 26.4" 07° 27' 13.1" 3.157

Gambar 6 Profil jalur pendakian Selo - Puncak (tanpa skala)

Dalam kegiatan verifikasi pada jalur ini dilakukan pengamatan kondisi ekosistem serta pencatatan flora dan fauna. Hasil pengamatan dan pencatatan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Ekosistem

Jalur Selo - puncak melewati semua tipe hutan yang ada di TN Gunung Merbabu, yaitu Hutan Hujan Pegunungan pada ketinggian + 1.800 - + 2.500 m dpl dan Hutan Hujan Sub Alpin pada ketinggian + 2.500 - + 3.150 m dpl. Pada jalur ini terdapat ekosistem khas pegunungan, yaitu ekosistem sabana yang mulai tumbuh pada ketinggian + 2.777 m dpl hingga puncak. Kalangan pendaki biasa menyebutnya dengan nama Sabana I dan Sabana II. Sabana I yang mulai dijumpai pada jarak 3.900 m dan ketinggian + 2.777 m dpl terpisah dari Sabana II (pada jarak 4.500 m dan ketinggian + 2.867 m dpl) oleh sebuah bukit. Vegetasi yang tumbuh di ekosistem sabana ini antara lain Kemlandingan gunung atau Sengon gunung (Albizzia montana), Edelweiss (Anaphalis javanica), Cantigi (Vaccinium varingifolium) rumput-rumputan seperti Bubarjaran dan herba

(m)

48

Kupingan.

Kondisi ekosistem pada jalur ini bervariasi antara ekosistem yang masih utuh, lembab (jarak 1.800 m, ketinggian + 2.200 m dpl) dengan pohon-pohon yang ditumbuhi lumut dan ada pula yang terganggu akibat adanya tanah longsor pada posisi jarak lapang 2.000 m, ketinggian + 2.200 m dpl) serta kebakaran (dilewati jalur pada jarak 1.900 m, ketinggian + 2.211 m dpl dan pada jarak 2.300 m, ketinggian + 2.280 m dpl). Pada beberapa titik di jalur ini terdapat pula ekosistem yang terganggu akibat penebangan liar.

b. Flora dan Fauna

Flora yang dijumpai di jalur ini tercatat 46 jenis yang terdiri dari flora berkayu maupun tidak berkayu. Jenis yang ada antara lain Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii), Kina (Chinchona sp.), Rustania, Bintami (Podocarpus imbricata), Cemara gunung (Casuarina junghuhniana), Akasia (Acacia decurrens), Kaliandra (Calliandra sp.), Kantung semar (Nepenthes sp.), Sowo (Engelhardia serrata), Pasang (Quercus spicata), Wuru (Litsea sp.), Dempul (Glochidion sp.), Picis (Nauclea lanceolata), Dadap (Erythrina sp.), Wilodo (Ficus fistulosa), Kemlandingan gunung atau Sengon gunung (Albizzia montana), Edelweiss (Anaphalis javanica), Cantigi (Vaccinium varingifolium) dan rumput-rumputan seperti Merangan dan Bubarjaran.

Sedangkan fauna yang tercatat dalam kegiatan verifikasi di jalur ini berjumlah 52 jenis, terdiri dari 2 jenis mamalia dan 50 jenis aves. Salah satu fauna yang menarik adalah Rekrekan (Presbytis fredericae) atau Lutung kelabu yang merupakan primata endemik Jawa Tengah yang dilindungi. Selain Lutung kelabu, fauna yang menarik lainnya adalah Ayam hutan hijau (Gallus varius).

Selengkapnya daftar jenis-jenis flora fauna hasil inventarisasi pada jalur ini dapat dilihat dalam Lampiran 14 dan 22.

5.1.2. Jalur Pendakian Tekelan - Puncak

Jalur Tekelan berawal dari Dusun Tekelan yang lokasinya berdekatan dengan TWA Tuk Songo Kopeng (Dusun Tekelan merupakan enklave TN Gunung Merbabu) dan merupakan salah satu jalur pendakian dari sisi Utara Gunung Merbabu yang sudah banyak dikenal di kalangan pendaki serta mempunyai aksesibilitas relatif mudah.

Kondisi fisik jalur Tekelan sebagian besar berupa jalan setapak dari tanah dan sebagian kecil berupa batu-batuan lepas. Pada bagian tertentu jalur ini

terdapat jalur yang mengalami erosi akibat aliran air dan membentuk parit hingga kedalaman parit mencapai 1 meter.

Tabel 9 Rute jalur Tekelan - Puncak

No. Rute Jarak Jarak

Akumulasi

Ketinggian (m dpl)

1. Start Batas Kawasan - Pos I Pending 700 m 700 m 1.933 2. Pos I Pending -Pos II Ijo / Pereng Putih 900 m 1.600 m 2.160 3. Pos II Ijo / Pereng Putih - Pos III Gumuk Mentul 775 m 2.375 m 2.342 4. Pos III Gumuk Mentul - Pos IV Lempong Sampan 600 m 2.975 m 2.509 5. Pos IV Lempong Sampan - Puncak I Pertapaan 550 m 3.525 m 2.729 6. Puncak I Pertapaan - Pos V Pemancar 600 m 4.175 m 2.915 7. Pos V Pemancar - Puncak II Watu Tulis 25 m 4.200 m 2.916 8. Puncak II Watu Tulis - Pos VI Helipad 600 m 4.800 m (tidak tercatat) 9. Pos VI Helipad - Puncak III Gegersapi 300 m 5.100 m 3.002 10. Puncak III Gegersapi - Puncak IV Syarif 425 m 5.525 m 3.140 11. Puncak III Gegersapi - Puncak V Ondorante 500 m 5.600 m 3.118 12. Puncak V Ondorante - Puncak VI Kenteng Songo 300 m 5.900 m 3.157 13. Puncak VI Kenteng 9 - Puncak VII Triangulasi 225 m 6.125 m 3.122

Kurang lebih terdapat 69 titik yang direkam dengan menggunakan alat GPS Receiver. Jumlah tersebut meliputi 59 titik HM, 3 titik pos pendakian diluar HM”, 2 titik lokasi pertigaan jalur, 2 titik puncak diluar HM, 2 titik lokasi memori (nisan) dan 1 titik lokasi mata air. Data hasil rekaman alat GPS Receiver pada titik-titik utama jalur pendakian Tekelan - puncak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10 Data rekaman GPS Receiver jalur Tekelan - Puncak Koordinat No. Rute

BT LS Ketinggian

(m dpl)

1. Base Start Tekelan (KOMPPAS) 110° 25' 41.4" 07° 24' 55.4" 1.662 2. Start Batas Kawasan 110° 25' 41.4" 07° 24' 55.4" 1.752 3. Pos I Pending 110° 25' 47.1" 07° 25' 16.9" 1.933 4. Pos II Ijo / Pereng Putih 110° 25' 56.9" 07° 25' 39.7" 2.160 5. Pos III Gumuk Mentul 110° 26' 10.0" 07° 25' 49.1" 2.342 6. Pos IV Lempong Sampan 110° 26' 11.8" 07° 25' 59.2" 2.509 7. Puncak I Pertapaan 110° 26' 18.7" 07° 26' 15.7" 2.729 8. Watu Gubug 110° 26' 18.1" 07° 26' 19.6" 2.737 9. Pertigaan ke Cunthel 110° 26' 12.8" 07° 26' 30.6" 2.886 10. Pos V Pemancar TNI + Puncak II Watu Tulis 110° 26' 13.1" 07° 26' 36.1" 2.915 11. Pal Batas Kabupaten 110° 26' 15.8" 07° 26' 45.0" 2.883 12. Pos VI Helipad 110° 26' 18.1" 07° 26' 48.0" 2.910 13. Kawah 110° 26' 20.6" 07° 26' 51.3" (tidak tercatat) 14. Puncak III Gegersapi 110° 26' 26.2" 07° 26' 51.3" 3.002 15. Pertigaan Syarif - Kenteng Songo 110° 26' 31.1" 07° 26' 59.4" 3.096 16. Puncak IV Syarif 110° 26' 33.8" 07° 26' 58.8" 3.140 17. Puncak V Ondorante 110° 26' 27.7" 07° 27' 04.9" 3.118 18. Puncak VI Kenteng Songo 110° 26' 26.4" 07° 27' 13.1" 3.157 19. Puncak VII Triangulasi 110° 26' 23.3" 07° 27' 17.5" 3.122

Grafik profil jalur Tekelan - puncak (Gambar 7) menunjukkan jalur yang mayoritas menanjak dengan sedikit segmen jalur yang menurun dan mendatar.

50 Ket ingg ian Jarak 5289 0 30 7 5 17 4 0 900 1800 2700 3600 4500 20 9 0 24 40 27 9 0

Grafik yang terputus disebabkan oleh adanya enklave yang dilewati jalur ini, sehingga tidak ditampilkan oleh ArcView.

Gambar 7 Profil jalur pendakian Tekelan - Puncak (tanpa skala)

Hasil pengamatan kondisi ekosistem serta pencatatan flora dan fauna pada jalur pendakian Tekelan - puncak adalah sebagai berikut :

a. Ekosistem

Jalur Tekelan - puncak sama dengan jalur Selo - puncak yang melewati semua tipe hutan di TN Gunung Merbabu, yaitu Hutan Hujan Pegunungan pada ketinggian + 1.752 - + 2.500 m dpl dan Hutan Hujan Sub Alpin pada ketinggian + 2.500 - + 3.150 m dpl.

Ekosistem pada jalur Tekelan - puncak relatif terganggu dan kondisi hutannya lebih terbuka daripada jalur Selo - puncak. Hal ini kemungkinan akibat kebakaran yang sering melanda (dalam jalur dilewati pada jarak 1.300 m, ketinggian + 2.065 m dpl, jarak 2.100 m, ketinggian + 2.267 m dpl, pada jarak 3.100 m, ketinggian + 2.358 m dpl dan pada jarak 4.700 m, ketinggian + 2.868 m dpl) ditambah dengan adanya penebangan liar serta jenis tanah yang rawan erosi. Selain itu terdapat pula ekosistem kebun pada tanah milik yang dilewati jalur.

b. Flora dan Fauna

Jenis flora yang dijumpai di jalur ini tercatat 47 jenis, baik flora berkayu maupun tidak berkayu seperti Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii), Akasia (Acacia decurrens), Bintami (Podocarpus imbricata) yang ditanam oleh Perum Perhutani, disamping jenis-jenis alami seperti Pasang (Quercus spicata), Dempul (Glochidion sp.), Lotrok (Nauclea obtuse), Luwing (Ficus hispida), Sowo

(m)

(Engelhardia serrata), Bambu Cendani (Bambusa multiplex) dan lain-lain. Pada tipe Hutan Hujan Sub Alpin tumbuh jenis-jenis Kemlandingan gunung (Albizzia montana), Edelweiss (Anaphalis javanica), Cantigi (Vaccinium varingifolium) dan rumput-rumputan seperti Merangan dan Bubarjaran.

Adapun fauna yang tercatat berjumlah 13 jenis, terdiri dari 2 mamalia dan 11 aves. Jenis fauna yang cukup menarik di jalur ini antara lain Elang hitam (Ichtinaetus malayensis), Alap-alap (Falco sp.) dan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Selengkapnya daftar jenis-jenis flora fauna hasil inventarisasi pada jalur ini dapat dilihat dalam Lampiran 15 dan 23.

5.1.3. Jalur Non Pendakian Selo - Mata Air

Jalur Selo - mata air ini mempunyai pola yang jalur tidak memutar kembali ke Desa Tarubatang karena sebenarnya merupakan jalan menuju desa lainnya (Desa Surodadi). Jalur ini melewati camping ground yang berada di sekitar pintu masuk kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, sebuah mata air pada jarak + 200 m yang airnya dimanfaatkan penduduk untuk keperluan sehari-hari dan juga oleh para pengunjung yang berkemah. Di sekitar mata air tersebut terdapat batu memori (nisan) mahasiswa UNS tanpa nama yang meninggal pada tahun 1992 di lokasi tersebut akibat kecelakaan ketika mengikuti pendidikan dasar pecinta alam.

Kondisi fisik jalur ini pada bagian awalnya berupa jalan berbatu namun setelah lokasi mata air jalur berupa jalan setapak dari tanah.

Tabel 11 Rute jalur Selo - Mata Air

No. Rute Jarak Jarak

Akumulasi

Ketinggian (m dpl)

1. Start Batas Kawasan - Camping ground 50 m 50 m 1.854 2. Camping ground - Pertigaan ke puncak 50 m 100 m 1.864 3. Pertigaan ke puncak - Mata Air 100 m 200 m 1.825 4. Mata Air - Akhir Pengamatan 700 m 900 m 1.824

Tercatat 10 titik yang direkam dengan menggunakan alat GPS Receiver yang merupakan titik HM seluruhnya. Tabel 12 memperlihatkan titik-titik utama jalur non pendakian Selo - mata air.

52 K et ingg ia n Jarak 1032 0 18 54 17 98 100 200 300 400 500 600 700 800 900 18 08 18 18 1 828 18 38 18 48

Tabel 12 Data rekaman GPS Receiver jalur Selo - Mata Air Koordinat No. Rute

BT LS Ketinggian

(m dpl)

1. Start Batas Kawasan + Camping Ground 110° 27' 04.5" 07° 29' 02.3" 1.854 2. Pertigaan ke puncak 110° 27' 34.2" 07° 28' 51.1" 1.864 3. Mata Air 110° 27' 34.4" 07° 28' 51.6" 1.825 4. Akhir Pengamatan 110° 27' 51.7" 07° 29' 03.8" 1.824

Profil jalur non pendakian Selo - mata air (Gambar 8) mempunyai kecenderungan menurun dengan sedikit variasi tanjakan dan turunan yang masih tergolong landai.

Gambar 8 Profil jalur non pendakian Selo - Mata Air (tanpa skala)

Berikut hasil pengamatan kondisi ekosistem serta pencatatan flora dan fauna dalam kegiatan verifikasi pada jalur non pendakian ini.

a. Ekosistem

Kondisi ekosistem pada jalur ini relatif masih utuh untuk suatu Hutan Sekunder.

b. Flora dan Fauna

Kegiatan verifikasi mencatat 26 jenis flora berkayu maupun tidak berkayu di jalur ini. Jenis-jenis tersebut yang mendominasi diantaranya Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii), Bintami (Podocarpus imbricata), dan jenis- jenis lain.

Sedangkan fauna yang tercatat sebanyak 25 jenis, terdiri dari 1 jenis mamalia dan 24 jenis aves. Fauna yang keberadaannya cukup menarik di jalur Selo - mata air antara lain Ayam hutan hijau (Gallus varius) dan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

(m)

Selengkapnya daftar jenis-jenis flora fauna hasil inventarisasi pada jalur ini dapat dilihat dalam Lampiran 13 dan 21.

5.1.4. Jalur Non Pendakian Tekelan - Watu Tadah

Jalur ini relatif datar, hanya ada sedikit bagian yang menanjak. Jarak tempuhnya dari batas kawasan hingga lokasi Watu Tadah + 1.000 m, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam saja. Untuk menuju batas kawasan dari base start Tekelan diperlukan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki.

Pada jalur ini dapat ditemui pemandangan yang indah pada lembah hutan tanaman Pinus dan pada sungai kecil yang berada di lembah antara dua punggungan. Watu Tadah merupakan air terjun (musiman) yang membentuk sungai kecil. Letaknya yang tersembunyi di sebuah tebing dan jalur akses menuju lokasi yang berbeda dengan jalur pendakian membuat jalur ini dan obyek-obyeknya tidak dikenal selain oleh penduduk setempat. Keseluruhan jalur berupa jalan setapak dari tanah.

Tabel 13 Rute jalur Tekelan - Watu Tadah

No. Rute Jarak Jarak

Akumulasi

Ketinggian (m dpl)

1. Start Batas Kawasan - Hutan Pinus 50 m 50 m 1.725 2. Hutan Pinus - Tebing Batu 600 m 650 m 1.728 3. Tebing Batu - Dasar Lembah (Sungai Kecil) 150 m 800 m 1.744 4. Dasar Lembah (Sungai Kecil) - Watu Tadah 200 m 1.000 m 1.812

Seluruhnya terdapat 11 titik yang direkam dengan menggunakan alat GPS Receiver yang semuanya merupakan titik HM. Penangkapan sinyal dari satelit oleh GPS Receiver di lokasi air terjun Watu Tadah sulit karena posisinya dikelilingi tebing menyebabkan akurasi yang didapat sangat rendah (+ 15 m).

Tabel 14 menyajikan data hasil rekaman alat GPS Receiver pada titik-titik utama jalur non pendakian Tekelan - Watu Tadah.

Tabel 14 Data rekaman GPS Receiver jalur Tekelan - Watu Tadah Koordinat No. Rute

BT LS Ketinggian

(m dpl)

1. Base Start Tekelan (KOMPPAS) 110° 25' 41.4" 07° 24' 55.4" 1.662 2. Start Batas Kawasan 110° 25' 42.4" 07° 24' 46.8" 1.725 3. Hutan Pinus + Akasia 110° 25' 46.4" 07° 24' 51.8" 1.726 4. Tebing Batu 110° 25' 48.7" 07° 25' 01.3" 1.718 5. Dasar Lembah (Sungai Kecil) 110° 25' 51.5" 07° 25' 10.6" 1.744 6. Watu Tadah 110° 25' 52.3" 07° 25' 16.8" 1.812

Profil jalur Tekelan - Watu Tadah secara umum menanjak, dengan variasi turunan di awal jalur dan beberapa segmen yang mendatar (Gambar 9).

54 K et ingg ian Jarak 988 0 176 4 16 76 175 350 525 700 875 17 01 17 26 17 51

Gambar 9 Profil jalur non pendakian Tekelan - Watu Tadah (tanpa skala) Dalam kegiatan verifikasi pada jalur ini dilakukan pengamatan kondisi ekosistem serta pencatatan flora dan fauna. Hasil pengamatan dan pencatatan tersebut disampaikan berikut ini.

a. Ekosistem

Jalur Tekelan - Watu Tadah mempunyai 3 tipe ekosistem, yaitu ekosistem Hutan Hujan Pegunungan, ekosistem sungai dan ekosistem danau air tawar (pada lingkungan air terjun Watu Tadah yang terdapat genangan air). Kondisi ekosistem Tekelan - Watu Tadah relatif masih utuh.

b. Flora dan Fauna

Flora yang tercatat di jalur Tekelan - Watu Tadah berjumlah 47 jenis, baik yang berkayu maupun tidak berkayu, seperti Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii), Bintami (Podocarpus imbricata), Akasia (Acacia decurrens), Pasang (Quercus spicata), Kina (Chinchona sp.), Dempul (Glochidion sp.), Umbel-umbelan (Sauauria sp.), Rustania, Lotrok (Nauclea obtuse), Semantung (Ficus hispida), Luwing (Ficus hispida), Pampung (Oenanthe javanica), serta Pakis Galar (Cyathea contaminans).

Dalam verifikasi hanya tercatat 5 jenis fauna yang terdiri dari 1 mamalia yaitu Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan 4 jenis aves yaitu Alap-alap (Falco sp.), Gagak kampung (Corvus macrorynchos), burung Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), dan Sepah gunung (Pericrocotus miniatus).

Selengkapnya daftar jenis-jenis flora fauna hasil inventarisasi pada jalur ini dapat dilihat dalam Lampiran 16 dan 24.

(m)

K et ingg ian Jarak 1067 0 157 5 138 8 200 400 600 800 143 8 1 488 1 538

5.1.5. Jalur Non Pendakian TWA Tuk Songo - Tekelan

Jalur ini berawal dari pintu masuk TWA Tuk Songo dan berakhir pada perbatasan antara kawasan taman wisata alam ini dengan tanah milik penduduk Dusun Tekelan (enklave). Dari batas antara kawasan TWA Tuk Songo dengan tanah milik, untuk menuju base start Tekelan dapat ditempuh berjalan kaki kurang dari 10 menit melewati kebun dan rumah penduduk Dusun Tekelan.

Panjang jalur ini + 1.000 m dengan vegetasi didominasi tanaman Pinus dan Puspa. Jalur TWA Tuk Songo - Tekelan berupa jalan setapak dari tanah.

Tabel 15 Rute jalur TWA Tuk Songo - Tekelan

No. Rute Jarak Jarak

Akumulasi

Ketinggian (m dpl)

1. Gerbang Kawasan TWA Tuk 9 - Taman Bermain 50 m 50 m 1.725 2. Taman Bermain - Tanjakan Pinus 50 m 100 m 1.728 3. Tanjakan Pinus - Jalan Tembus Cunthel 100 m 200 m 1.744 4. Jalan Tembus Cunthel - Batas Kawasan TWA 800 m 1.000 m 1.630

Data hasil rekaman alat GPS Receiver pada titik-titik utama jalur TWA Tuk Songo - Tekelan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16 Data rekaman GPS Receiver jalur TWA Tuk Songo - Tekelan Koordinat (UTM) No. Rute

BT LS Ketinggian

(m dpl)

1. Gerbang TWA Tuk Songo Kopeng 110.4209883 -7.4006017 1.410 2. Taman Bermain 110.4215233 -7.4009867 1.409 3. Tanjakan Pinus 110.4221250 -7.4033267 1.467 4. Pertigaan - Jalan Tembus ke Cunthel 110.4225317 -7.4061583 1.601 5. Perbatasan 110.4229617 -7.4071033 1.612

Jalur TWA Tuk Songo - Tekelan mempunyai profil yang menanjak, terutama pada jarak 200 hingga 800 m pertama, yang merupakan segmen antara awal hutan Pinus dengan pertemuan dengan jalan tembus ke Dusun Cunthel (Gambar 10).

Gambar 10 Profil jalur non pendakian TWA Tuk Songo - Tekelan (tanpa skala)

(m)

56

Sebenarnya di dalam TWA Tuk Songo juga terdapat jalur pengunjung dan obyek-obyek alami seperti air terjun musiman, hutan alam, mata air dan sungai yang dapat dimanfaatkan untuk interpretasi alam, namun karena lokasinya yang berada di lembah membuat alat GPS Receiver yang digunakan tidak mampu menangkap sinyal dari satelit untuk mencatat track jalurnya.

Hasil pengamatan kondisi ekosistem serta pencatatan flora dan fauna dalam kegiatan verifikasi pada jalur ini adalah sebagai berikut :

a. Ekosistem

Ekosistem jalur TWA Tuk Songo - Tekelan yang berupa ekosistem Hutan Sekunder relatif utuh dan hanya sedikit terganggu.

b. Flora dan Fauna

Pada jalur non pendakian ini, jenis flora yang mendominasi adalah Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii). Hal ini dapat dimaklumi mengingat jenis-jenis tersebut merupakan flora yang ditanam oleh Perum Perhutani selaku pengelola TWA Tuk Songo sebelumnya.

Jenis fauna yang dijumpai juga sangat sedikit, hanya 3 jenis yang kesemuanya termasuk aves, yaitu Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) dan Wiwik kelabu (Cuculus merulinus).

Selengkapnya daftar jenis-jenis flora fauna hasil inventarisasi pada jalur ini dapat dilihat dalam Lampiran 17 dan 25.

5.1.6. Jalur Non Pendakian Tekelan - Krinjingan

Jalur ini merupakan jalur dari Dusun Tekelan menuju air terjun lain di dalam kawasan TN Gunung Merbabu yang disebut oleh masyarakat setempat dengan nama air terjun Krinjingan. Untuk menuju batas kawasan yang menjadi awal jalur ini diperlukan waktu sekitar 5 menit berjalan kaki dari base start Tekelan. Jalur ini awalnya sama dengan jalur menuju ”Dufan”, namun berpisah di sebuah pertigaan pada jarak 50 m. Jalur yang tidak memutar ini medannya cenderung datar dan agak menurun, panjangnya + 450 m, dapat ditempuh dengan waktu 15 menit saja dengan kondisi fisik jalur berupa jalan setapak.

Tabel 17 Rute jalur Tekelan - Krinjingan

No. Rute Jarak Jarak

Akumulasi

Ketinggian (m dpl)

1. Start kawasan - Pertigaan ke “Dufan” 50 m 50 m 1.643 2. Pertigaan ke “Dufan” - Air Terjun Krinjingan 400 m 450 m 1.620

K e ti nggi a n Jarak 407 0 16 12 15 38 75 150 225 300 156 3 158 8

Hanya terdapat 6 titik yang direkam pada jalur ini dengan menggunakan alat GPS Receiver. Jumlah tersebut meliputi 5 titik HM dan 1 titik diluar HM. Penangkapan sinyal dari satelit oleh GPS Receiver di lokasi Air Terjun Krinjingan sulit karena posisinya yeng berada di bawah tebing sehingga keakuratannya sangat rendah (+ 20 m). Berikut hasil rekaman alat GPS Receiver pada titik-titik utama jalur non pendakian Tekelan - Air Terjun Krinjingan.

Tabel 18 Data rekaman GPS Receiver jalur Tekelan - Krinjingan Koordinat No. Rute

BT LS Ketinggian

(m dpl)

1. Base Start Tekelan (KOMPPAS) 110° 25' 41.4" 07° 24' 55.4" 1.662 2. Start kawasan 110° 25' 41.9" 07° 24' 35.3" 1.643 3. Pertigaan ke “Dufan” 110° 25' 43.0" 07° 24' 36.9" 1.622 4. Air Terjun Krinjingan 110° 25' 50.7" 07° 24' 44.8" 1.620

Gambar 11 menunjukkan profil jalur Tekelan - Krinjingan yang cenderung landai dan menurun, dengan satu variasi tanjakan yang tidak terlalu curam.

Gambar 11 Profil jalur non pendakian Tekelan - Krinjingan (tanpa skala) Kondisi ekosistem serta jenis-jenis flora dan fauna pada jalur ini adalah sebagai berikut :

a. Ekosistem

Jalur Tekelan - Krinjingan mempunyai 1 tipe ekosistem, yaitu ekosistem Hutan Sekunder pada ketinggian + 1.643 - + 1.620 m dpl. Pada musim hujan diperkirakan terbentuk danau dan sungai kecil di sekitar air terjun Krinjingan. b. Flora dan Fauna

Jenis flora baik berkayu maupun tidak berkayu yang tercatat di jalur ini hanya berjumlah 10 jenis. Diantara jenis-jenis tersebut adalah Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichii), Bintami (Podocarpus imbricata), Akasia

(m

)

58

(Acacia decurrens), Kina (Chinchona sp.) dan rumput Alang-alang (Imperata cylindrica).

Fauna yang dijumpai sebanyak 4 jenis yang semuanya termasuk jenis aves, yaitu Alap-alap (Falco sp.), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Bentet (Lanius schach), dan Trocokan atau Merbah crocok (Pycnonotus goiavier).

Selengkapnya daftar jenis-jenis flora fauna hasil inventarisasi pada jalur ini dapat dilihat dalam Lampiran 18 dan 26.

5.1.7. Jalur Non Pendakian Tekelan - ”Dufan”

”Dufan” atau ”Dunia Fantasi” adalah julukan yang diberikan KOMPPAS (KomunitasPeduli Puncak Syarif, yang merupakan kelompok pemuda Dusun Tekelan yang merawat jalur pendakian Tekelan - puncak) kepada suatu tempat yang nama sebenarnya adalah Wetan Pereng. Dufan berupa lembah yang ditubuhi hutan Pinus dengan sungai kecil (Kali Bacin) di dasarnya. Lokasi ini mempunyai pemandangan yang indah ke atas (arah puncak Gunung Merbabu) maupun ke bawah (arah Salatiga). Jalur Tekelan - ”Dufan” yang berupa jalan setapak dari tanah, polanya memutar kembali ke posisi awal dimulainya jalur.

Tabel 19 Rute jalur Tekelan - “Dufan”

No. Rute Jarak Jarak

Akumulasi

Ketinggian (m dpl)

1. Start kawasan - Pertigaan ke Krinjingan 50 m 50 m 1.643 2. Pertigaan ke Krinjingan - “Dufan” 350 m 400 m 1.662 3. “Dufan” - Batas Kawasan 325 m 725 m 1.683

Terdapat 9 titik yang direkam di jalur ini dengan menggunakan alat GPS Receiver, meliputi 8 titik HM dan 1 titik puncak diluar HM (Tabel 20).

Tabel 20 Data Rekaman GPS Receiver Jalur Tekelan - “Dufan” Koordinat