• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

5.4. Karakteristik dan Demand Pengguna (Pendaki)

pendakian maupun di masing-masing sekretariat (basecamp) kelompok mereka di kota Solo, Magelang, Salatiga dan Semarang.

5.4.1 Karakteristik Responden Pendaki

Responden pendaki gunung didominasi oleh responden laki-laki sebanyak 29 orang atau sekitar 87,9%. Hal ini mungkin berkaitan dengan anggapan masyarakat mengenai kegiatan pendakian yang merupakan kegiatan alam bebas yang berbahaya dan hanya pantas dilakukan oleh para lelaki. Rata-rata usia responden 22-23 tahun, dengan kisaran umur 15 - 30 tahun.

Tingkat pendidikan responden umumnya adalah lulus SMA (84,8%) disusul lulus SMP dan Perguruan Tinggi (S1) yang masing-masing mempunyai persentase yang sama, yaitu sebesar 6,1%.

Sedangkan untuk pekerjaan, didominasi responden yang masih berstatus mahasiswa yaitu sekitar 78,8%. Hal ini sesuai kenyataan di masyarakat bahwa kegiatan mendaki gunung umumnya dilakukan oleh mahasiswa.

Berdasarkan sebaran asal komunitas pendaki, hasil kuesioner menunjukkan asal responden terbanyak dari kota Solo (15 orang atau 45,5%), disusul oleh asal komunitas kota Semarang sebanyak 8 orang (24,2%).

Tabel 24 menunjukkan rekapitulasi karakteristik responden pendaki.

Tabel 24 Karakteristik responden pendaki

No. Karakteristik Persentase (%) Keterangan

1 2 3 4 1. Jenis Kelamin - Laki - laki 87,9 - Perempuan 12,1 2. Kelompok Umur a. KU 1 ( < 15 tahun ) 0 b. KU 2 ( 15 – 24 tahun ) 75,8 c. KU 3 ( 25 – 35 tahun ) 24,2 d. KU 4 ( > 35 tahun ) 0

1 2 3 4 3. Tingkat Pendidikan SD 0 SMP 6,1 SMA 84,8 Diploma 3,0 Sarjana (S1) 6,1 4. Pekerjaan Pelajar 6,1 Mahasiswa 78,8 Wirausaha 3,0 Karyawan Swasta 6,1 Freelance 3,0 Belum Bekerja 3,0 5. Asal Semarang 24,2 Salatiga 12,1 Solo 45,5 Magelang 18,2

5.4.2. Pengetahuan Jalur Pendakian

Rata-rata responden mengetahui 4 jalur pendakian. Dari jalur yang mereka ketahui tersebut, 36,4% responden atau 12 orang pernah melalui jalur pendakian Tekelan dengan waktu tempuh sekitar 7-8 jam, dan 27,3% atau 9 orang pernah mendaki melalui jalur pendakian Selo dengan waktu tempuh sekitar 6 - 7 jam.

Gambar 16 Jalur yang pernah dilewati

5.4.3. Sumber Informasi Jalur Pendakian

Untuk sumber informasi mengenai jalur-jalur pendakian, hampir semua responden pendaki atau sekitar 93,9% menyatakan bahwa mereka mengetahui informasi suatu jalur pendakian dari teman, hanya 6,1% yang mencari informasi mengenai jalur pendakian dengan cara melihat peta. Tidak ada responden yang mengaku mendapatkan informasi dari koran/majalah serta dari promosi pengelola (dalam hal ini Balai Taman Nasional Gunung Merbabu). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih kurangnya koran/majalah yang mengulas tentang pendakian khususnya di Gunung Merbabu serta kurangnya promosi

37% 27% 21% 9% 6% Tekelan Selo Wekas Guolelo Ngagrong

68

yang dilakukan oleh pihak pengelola yang pada saat penelitian dilakukan merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang masih baru.

Gambar 17 Sumber informasi jalur pendakian 5.4.4. Modus dan Tujuan Pendakian

Hampir semua (96,7%) responden melakukan perjalanan pendakian secara berombongan, hanya satu orang atau sekitar 3% yang melakukan pendakian sendirian. Hal ini masih mungkin terjadi karena belum adanya larangan atau aturan mengenai perjalanan yang mengharuskan lebih dari 1 orang (minimal 2 orang). Dari perjalanan pendakian secara berombongan, ternyata paling banyak pendaki melakukannya dalam rombongan besar (diatas 10 orang) yaitu sebanyak 54,5% sedangkan pendaki yang melakukan dalam rombongan kecil ada sebanyak 42,4%. Untuk pendaki yang mengadakan pendakian dalam rombongan kecil paling banyak mengadakan perjalanan pendakian dengan 0 - 4 orang yaitu sebanyak 8 responden (57,1%), sedangkan sisanya sekitar 42,9% berrombongan 5 hingga 9 orang.

Gambar 18 Modus pendakian

Tujuan responden melakukan pendakian yang utama adalah untuk rekreasi (54,5% atau 18 orang) dan melakukan pendakian massal (24,2% atau 8 orang).

94% 6% Teman Peta 3% 42% 55% Sendiri Kelompok Kecil Kelompok Besar

Gambar 19 Tujuan pendakian

5.4.5. Faktor yang Paling Mempengaruhi Responden dalam Memilih Suatu Jalur Pendakian

Untuk mengetahui faktor apa yang paling mempengaruhi responden dalam memilih jalur pendakian, dilakukan skoring terhadap nilai-nilai yang diberikan.

Tabel 25 Skoring terhadap nilai-nilai faktor yang paling mempengaruhi responden dalam memilih jalur pendakian

Nilai Sangat Baik Baik Biasa Tidak Baik Sangat tidak baik

Skoring 5 4 3 2 1

Dengan pilihan faktor berjumlah 17 macam, maka kemungkinan jumlah skor tertinggi adalah 165 (atau 17 x 5), dan kemungkinan jumlah skor terendah adalah 17 (atau 17 x 1).

Dari hasil penjumlahan terhadap jawaban yang diberikan responden, ternyata faktor yang mempunyai nilai skor paling besar adalah faktor pemandangan alamdengan jumlah skor 137, diikuti oleh faktor kesejukan udara dan faktor pengalaman sebelumnya (early experience) yang masing-masing mempunyai jumlah skor 131 dan 125.

Gambar 20 Faktor yang paling mempengaruhi dalam memilih jalur pendakian 137 131 119125 121 118 115 120 109 112 107 119 100 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Kondisi hutan Pemandangan Alam Kesejukan udara Aksesibilitas Pengalaman sebelumnya Informasi dari teman Jarak Tempuh Waktu Tempuh Topografi Jalur Kondisi fisik jalur Kondisi Ekosistem jalur Keamanan Jalur Sarpras pada jalur

Jarak Base Start dari kota asal Kondisi Base Start

Biaya total yang diperlukan Jenis Satwa yang dijumpai 117 105 112 114 55% 18% 3% 24% Rekreasi Pendidikan Penelitian Lain-lain

70

5.4.6. Alasan Utama Memilih Jalur yang Paling Sering Dilalui

Untuk pertanyaan alasan apa yang membuat responden memilih suatu jalur pendakian yang paling sering dilalui ternyata alasan pemandangan alam merupakan alasan tertinggi bagi 39,4% atau 13 orang responden. Alasan tertinggi kedua yang membuat responden memilih suatu jalur pendakian yang paling sering dilalui adalah waktu tempuh (33,3% atau 11 responden), sedangkan alasan tertinggi ketiga adalah jarak tempuh yang disebutkan oleh 27,3% atau 9 orang responden.

Gambar 21 Alasan utama memilih jalur yang paling sering dilalui

5.4.7. Preferensi Jalur Pendakian

Sedangkan untuk jalur yang paling disukai, sebanyak 33,3% responden atau 11 orang yang menyatakan menyukai jalur pendakian lewat Selo. Hal ini mungkin disebabkan akses ke lokasi yang mudah dicapai, tersedianya angkutan umum untuk menuju lokasi dan kondisi jalur pendakian yang nyaman dan mudah ditempuh. Urutan kedua ditempati oleh jalur Wekas dan jalur Tekelan, yang sama-sama disukai oleh 7 orang responden atau sekitar 21,2%.

Gambar 22 Jalur yang paling disukai

5.4.8. Preferensi Tingkat Kemiringan Jalur Pendakian

Untuk tingkat kemiringan jalur pendakian, sebanyak 23 orang atau sekitar 69,7% responden yang menyukai jalur yang mempunyai kombinasi kemiringan antara terjal dan landai. Mungkin menurut mereka jalur yang demikian tidak

39% 33% 27% Pemandangan Waktu Tempuh Jarak Tempuh 34% 21% 21% 15% 3% 3% 3% Selo Wekas Tekelan Guolelo Ngablak Ngagrong Tidak Ada

membuat mereka bosan dan tidak terlalu menguras tenaga mereka. Sedangkan responden yang menyukai jalur pendakian yang landai hanya sebesar 27,3% (9 orang) dan hanya 3,0% (1 orang) menyukai jalur pendakian yang terjal.

Gambar 23 Tingkat kemiringan jalur pendakian yang disukai 5.4.9. Pola Beristirahat dalam Pendakian

Dalam melakukan pendakian, 60,6% atau 23 orang responden pendaki menyatakan paling sering beristirahat pada tempat-tempat tertentu (seperti pos pendakian, shelter, padang rumput dan lain-lain). Pada urutan kedua 27,3% atau 9 responden menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan waktu, dan pada urutan terakhir hanya 12,1% atau 4 responden yang menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan jarak tempuh tertentu.

Untuk responden pendaki yang menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan jarak, menyebutkan kisaran jarak tempuh 1 hingga 2 km untuk beristirahat atau rata-rata 1,8 km. Sedangkan responden pendaki yang menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan waktu, melakukan pendakian selama 15 menit hingga 1 jam terlebih dahulu baru kemudian beristirahat.

Gambar 24 Pola beristirahat dalam pendakian 5.4.10. Preferensi Tempat Beristirahat dalam Pendakian

Ketika melakukan pendakian di Gunung Merbabu, mayoritas pendaki memilih pos pendakian sebagai urutan pertama tempat untuk beristirahat (20 orang atau sekitar 66,6% responden), disusul tempat di bawah puncak dan di shelter yang dipilih 5 orang atau sekitar 17,2% responden sebagai tempat pilihan pertamanya untuk beristirahat. Ini mungkin karena di pos pendakian biasanya

27% 3% 70% Landai Terjal Kombinasi 12% 27% 61% Jarak Waktu Tempuh Tempat Tertentu

72

sudah tersedia banyak fasilitas, misalnya di sekitar pos terdapat mata air dan biasanya letak pos pendakian yang strategis, seperti tempatnya luas, datar dan terlindung dari angin serta biasanya pos pendakian dibangun di tempat yang sudah diperhitungkan dimana kondisi pendaki diperkirakan mengalami penurunan sehingga memerlukan tempat beristirahat.

Gambar 25 Preferensi tempat beristirahat dalam pendakian 5.4.11. Kondisi Responden Ketika Melakukan Pendakian

Kondisi responden ketika mulai melakukan pendakian 33,3% berada dalam kondisi yang baik, sedangkan sisanya (66,7%) dalam kondisi yang sangat baik.

Gambar 26 Kondisi responden ketika melakukan pendakian 5.4.12. Obyek Daya Tarik Jalur Pendakian

Obyek yang membuat pendaki senang dalam melakukan pendakian di Gunung Merbabu ternyata didominasi oleh obyek pemandangan. Sebanyak 17 orang (51,5%) responden menempatkan obyek pemandangan sebagai pilihan pertama mereka mengenai obyek yang disenangi dalam perjalanan pendakian, disusul kondisi medan sebanyak 8 orang (24,2%). Hal ini sesuai dengan tujuan mereka yang banyak melakukan pendakian untuk tujuan rekreasi.

Gambar 27 Obyek daya tarik jalur pendakian 66% 17% 17% Pos Pendakian Di Bawah Puncak Shelter 33% 67% Baik Sangat Baik 3% 3% 24% 52% 18% Tumbuhan Hewan Medan Pemandangan Jarak Tempuh

5.4.13. Pengetahuan Responden Pendaki Mengenai Interpretasi Alam

Dari 33 orang responden yang diwawancarai ternyata mayoritas responden menyatakan tidak tahu tentang interpretasi alam, ada sekitar responden, dan sisanya sekitar 21,2% menyatakan tahu, walaupun menurut peneliti jawaban mereka tentang interpretasi alam tidak ada satupun yang tepat. Hal ini memberikan gambaran pada kita bahwa sangat rendah sekali pengetahuan masyararakat tentang interpretasi alam, karena responden yang notabene adalah pendaki atau pencinta alam yaitu orang yang sebagian besar waktunya mereka luangkan untuk kegiatan alam bebas ternyata hampir semuanya tidak memahami mengenai interpretasi alam, apalagi masyarakat umum.

Gambar 28 Pengetahuan responden pendaki mengenai Interpretasi Alam Namun setelah responden diberi penjelasan oleh peneliti mengenai interpretasi alam, ternyata hampir semua responden (97%) menyatakan bahwa interpretasi alam adalah suatu hal yang penting untuk diselenggarakan. Bahkan sekitar 97% responden langsung menyatakan minatnya jika kegiatan interpretasi alam ini diselenggarakan di lokasi pendakian ini.

5.4.14. Preferensi Terhadap Dasar Kegiatan Interpretasi Alam

Ketika ditanya mengenai dasar pembentukan kegiatan interpretasi alam, ternyata jalur interpretasi alam yang dibuat berdasarkan kelengkapan (melewati berbagai obyek interpretasi alam seperti flora fauna, sungai, air terjun dll) menempati urutan pertama, dimana 23 responden atau 69,7% memilih indikator ini. Menurut para responden dengan jalur interpretasi alam yang lengkap maka akan lebih lengkap pula pengetahuan mereka tentang alam. Sedangkan urutan kedua (6 orang atau 18,2%) untuk kegiatan interpretasi alam ini didasarkan pada kemiringan jalur dan urutan terakhir adalah kegiatan interpretasi alam dirancang berdasarkan durasi dengan responden 4 orang atau 12,1%.

21%

79%

Tahu dan benar Tahu tapi salah Tidak Tahu

74

Gambar 29 Preferensi terhadap dasar kegiatan Interpretasi Alam 5.4.15. Preferensi Durasi Jalur Interpretasi Alam

Untuk durasi suatu jalur interpretasi alam, ternyata mayoritas responden menginginkan interpretasi alam yang durasinya lebih dari 3 jam (42,4%) Hal ini mungkin karena menurut mereka durasi yang lainnya terlalu pendek. Pada urutan kedua, responden memilih interpretasi alam dengan durasi 1,5 jam (24,2%). 3 jam (18,2%).

Gambar 30 Preferensi durasi jalur Interpretasi Alam 5.4.16. Preferensi Kemiringan / Slope Jalur Interpretasi Alam

Mayoritas responden (75,8% atau 25 orang) lebih menyukai kemiringan jalur interpretasi alam yang merupakan kombinasi dari kemiringan yang landai dan terjal, yang mungkin disebabkan jika jalur interpretasi alam terjal akan menguras tenaga mereka dan tidak akan sempat menikmati keindahan alam, dan jika jalur terlalu landai mungkin kurang menantang serta cepat membuat mereka bosan.

Gambar 31 Preferensi kemiringan/slope jalur Interpretasi Alam 12% 18% 70% Durasi Slope Kelengkapan 6% 24% 9% 18% 43% 1 jam 1 jam 30 mnt 2 jam 3 jam > 3 jam 21% 3% 76% Landai Terjal Kombinasi

70% 21% 9% Hingga Puncak Pendek Ketinggian Menengah 5.4.17. Preferensi Posisi Jalur Interpretasi Alam

Dari segi jalur interpretasi alam, ternyata kebanyakan (69,7%) responden pendaki menyukai jalur yang sampai ke puncak, seperti tujuan utama mereka dalam melakukan pendakian. Adapun responden yang menginginkan jalur pendek (dekat batas kawasan) 21.2% atau 7 orang, sedangkan yang mengusulkan hingga ketinggian menengah hanya 9,1% atau hanya 3 orang saja.

Gambar 32 Preferensi posisi jalur Interpretasi Alam

Tabel 26 menunjukkan hasil kuesioner terhadap responden pendaki. Tabel 26 Matriks hasil kuesioner pendaki

No. Karakteristik Persentase (%) Keterangan

1 2 3 4

1. Pengetahuan Jalur Pendakian - Rata-rata 4 jalur 2. Jalur Yang Pernah dilalui

Tekelan 36,4

Selo 27,3

Wekas 21,2

Guolelo 9,1

Ngagrong 6,1

3. Sumber Informasi Jalur Pendakian

Teman 93,9

Koran/Majalah 0

Promosi dari Pengelola Kawasan 0

Melihat Peta 6,1

4. Modus Pendakian

Sendiri 3,1

Kelompok Kecil ( - orang) 42,4 Kelompok Besar ( - orang) 54,5 5. Tujuan Pendakian

Rekreasi 54,5

Pendidikan 18,2

Penelitian 3,1 1

Lain-lain 24,2 Pendakian Massal 6. Faktor yang paling berpengaruh dalam memilih

jalur pendakian

Pemandangan alam 137 Skoring Kesejukan udara 131 Skoring Pengalaman sebelumnya 125 Skoring 7. Alasan yang membuat responden memilih suatu

jalur pendakian yang paling sering dilalui

Pemandangan alam 39,4

Waktu tempuh 33,3

76

1 2 3 4

8. Preferensi Jalur Pendakian

Jalur Selo 33,3 Jalur Wekas 21,2 Jalur Tekelan 21,2 Jalur Ngagrong 3,0 Jalur Ngablak 3,0 Jalur Guolelo 15,2 Tidak Ada Jalur Favorit 3,0 9. Preferensi Slope Jalur Pendakian

Landai 27,3

Terjal 3

Kombinasi 69,7

10. Pola Beristirahat dalam Pendakian

Tempat tertentu 60,6 Berdasar waktu tertentu 27,3 Jarak tempuh tertentu 12,1 11. Preferensi Tempat Beristirahat

Pos Pendakian 66,6 Tempat di bawah puncak 17,2

Shelter 17,2

Tempat Lainnya 14,0 12. Kondisi responden melakukan pendakian

Sangat baik 33,3

Baik 66,7

13. Obyek Daya Tarik Jalur Pendakian

Tumbuhan 3,0

Hewan 3,0

Kondisi Medan 24,2

Pemandangan 51,5

Jarak Tempuh 18,2

14. Pengetahuan Interpretasi Alam

Tahu dan jawaban tepat 0 Tahu tapi jawaban tidak tepat 21,2

Tidak tahu 78,8

15. Minat Terhadap Kegiatan Interpretasi Alam

Ya 97,0

Tidak 3,0

16. Preferensi Terhadap Dasar Kegiatan Interpretasi Alam

Durasi 12,1

Kemiringan Jalur 18,2 Kelengkapan Interpretasi 69,7 17. Preferensi Durasi Jalur Interpretasi Alam

1 Jam 6,1

1 Jam 30 Menit 24,2

2 Jam 9,1

3 Jam 18,2

> 3 Jam 42,4

18. Preferensi Kemiringan Jalur Interpretasi Alam

Landai 21,2

Terjal 3,0

Kombinasi 75,8

19. Preferensi Posisi Jalur Interpretasi Alam

Hingga puncak 69,7 Pendek (Dekat Batas Kawasan) 21,2 Hingga ketinggian menengah 9,1

5.5. Karakteristik dan Demand Pengguna (Pengunjung) TN Gunung