• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Taman Nasional

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Dephut 1990), taman nasional adalah

20

kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. MacKinnon et al. (1993) mengutarakan bahwa taman nasional adalah kawasan alami dan berpemandangan indah yang dilindungi atau dikonservasi secara nasional atau internasional serta memiliki manfaat bagi ilmu pengetahuan, pendidikan dan rekreasi. Kawasan tersebut relatif luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan. Taman nasional merupakan salah satu bentuk dari kawasan yang dilindungi. Ciri taman nasional adalah : 1) Adanya karakteristik atau keunikan ekosistem; 2) Terdapat spesies tertentu yang endemik, terancam punah atau langka; 3) Merupakan tempat yang memiliki keanekaragaman spesies; 4) Terdapat lanskap atau daerah yang bergeofisik dengan nilai estetik seperti gletser, mata air panas, dan lainnya; 5) Berfungsi sebagai perlindungan hidrologi, air tanah dan iklim; 6) Memiliki fasilitas wisata alam; dan 7) Terdapat peninggalan budaya.

Fungsi taman nasional sesuai dengan Strategi Konservasi Sedunia (IUCN 1991, diacu dalam Roslita 2001) adalah sebagai berikut :

1. Perlindungan proses-proses ekologi dan sistem-sistem penyangga kehidupan 2. Perlindungan keragaman genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga

mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah)

3. Pemanfaatan spesies atau ekosistem secara lestari, yang mendukung kehidupan penduduk serta menopang sejumlah industri.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, taman nasional merupakan salah satu bentuk Kawasan Pelestarian Alam, selain Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam (Dephut 1998). Berdasarkan sistem zonasi pengelolaannya Kawasan Taman Nasional dapat dibagi atas : a). zona inti; b). zona pemanfaatan; c). zona rimba; dan atau zona lain yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan taman nasional, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami;

b. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami;

c. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;

d. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam;

e. Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.

Kawasan hutan Gunung Merbabu ditunjuk sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135 / Menhut-II / 2004 tanggal 4 Mei 2004 dengan luas 5.725 Ha. Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan alih fungsi kawasan hutan lindung di lereng Gunung Merbabu yang semula dikelola oleh Perum Perhutani dan TWA Tuk Songo Kopeng yang termasuk kawasan konservasi lingkup Balai KSDA Jawa Tengah menjadi sebuah taman nasional.

Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu meliputi 3 (tiga) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang (sebelah Barat), Kabupaten Boyolali (sebelah Timur) dan Kabupaten Semarang (sebelah Utara). Kawasan ini mempunyai fungsi yang penting baik secara ekologis, hidrologis, ekonomis maupun sosiokultural. Selain sebagai habitat berbagai flora dan fauna. Gunung Merbabu merupakan daerah tangkapan air yang sangat besar pengaruhnya bagi ketersediaan air pada daerah-daerah yang berada di bawahnya. Kawasan hutan di lereng Gunung Merbabu telah mengalami degradasi karena penjarahan dan perambahan (BKSDA Jawa Tengah 2006).

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Nasional adalah organisasi pelaksana teknis pengelolaan taman nasional yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan. UPT Taman Nasional dipimpin oleh seorang Kepala. UPT Taman Nasional melakukan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. UPT Taman Nasional menyelenggarakan fungsi-fungsi

22

(Dephut 2007) :

a. Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional

b. Pengelolaan kawasan taman nasional

c. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan kawasan taman nasional d. Pengendalian kebakaran hutan

e. Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya f. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya

alam hayati dan ekosistemnya

g. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kemitraan

h. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional

i. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam j. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Klasifikasi UPT Taman Nasional adalah sebagai berikut (Anonim 2007): a. Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Kelas I, yang disebut dengan Balai

Besar Taman Nasional;

b. Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Kelas II yang disebut dengan Balai Taman Nasional.

2.3.1. Konsep dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Setyono (2003) menyatakan bahwa untuk lebih mengoptimalkan program ekowisata di taman nasional maka konsep pengembangan ekowisata tersebut harus bertumpu pada hal-hal sebagai berikut :

- Pengembangan ekowisata disesuaikan dengan kondisi kawasan taman nasional itu sendiri dengan memprioritaskan unggulan atau spesifikasi dari potensi kawasan tersebut, dan unggulan tersebut harus siap untuk dipasarkan dan memiliki nilai jual tinggi

- Pengembangan dan pengelolaan ekowisata di kawasan taman nasional tetap mengacu kepada fungsi utama taman nasional sebagai wahan penelitian, perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, serta sistem penyangga kehidupan

- Pengembangan dan pengelolaan ekowisata di taman nasional harus mampu memicu pertumbuhan industri pariwisata alam yang ramah lingkungan, memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar kawasan dan mendorong

perluasan, pemerataan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar kawasan

- Pengembangan dan pengelolaan ekowisata di taman nasional merupakan bagian dari pembangunan wilayah yang memerlukan perhatian dan kontribusi semua instansi dan lembaga swadaya masyarakat yang terkait

- Pengembangan dan pengelolaan ekowisata pada kenyataannya di lapangan masih mengandalkan fenomena alam yang kurang bisa dijual, sehingga bila perlu melakukan modifikasi sedikit yang tujuannya untuk meningkatkan daya jual tanpa mengurangi nilai kealamian dari kawasan tersebut

- Mengadakan kolaborasi dengan masyarakat sekitar kawasan sehingga menjadi suatu ekosistem pengelolaan yang baik dan berkelanjutan, melalui berbagai program kerjasama dan pelibatan masyarakat lokal baik secara langsung atau tidak langsung dalam pengelolaan ekowisata di taman nasional.