• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Jaringan Jalan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan pada Bab I Ketentuan Umum Pasal I ayat 1 yang dimaksud Jaringan jalan adalah sekumpulan ruas-ruas jalan yang merupakan satu kesatuan yang terjalin dalam hubungan hirarki.

Sistem jaringan jalan saling terkait sehingga membentuk suatu ruang yang saling berhubungan dengan ruang lain. Sistem jaringan jalan juga terkait langsung dengan sarana dan prasarana trasportasi mempunyai andil dalam rangka pembangunan suatu wilayah, karena dengan sarana dan prasarana yang baik maka aktifitas masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan dapat berjalan dengan lancar, baik, aman, nyaman, dan teratur, sehingga pembangunan baik sarana maupun

prasarana transportasi ini diharapkan dapat memberi pengaruh yang positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Struktur jaringan jalan dapat diartikan sebagai suatu susunan jaringan jalur yang digunakan untuk lalu lintas orang atau barang. Menurut Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota, Direktorat Jendral Perhubungan Darat, jaringan merupakan serangkaian simpul-simpul yang dalam hal ini berupa persimpangan/terminal, yang dihubungkan dengan ruas-ruas jalan/ trayek. Ruas-ruas atau simpul-simpul diberi nomor atau nama tertentu untuk mempermudah dalam pengenalan jalan.

Jaringan jalan mempunyai peranan penting dalam sistem transportasi kota. Ditinjau dari fungsi kota terhadap wilayah pengembangannya maka sistem jaringan jalan ada 2 macam yaitu sistem primer yaitu jaringan yang berkaitan dengan hubungan antarkota. Dalam kota sistem primer ini berhubungan dengan fungsi-fungsi kota yang bersifat regional seperti kawasan industri, kawasan perdagangan grosir dan pelabuhan. Ciri-ciri lain ialah bahwa lalu lintas jalan primer merupakan jalan lintas truk. Sistem sekunder yaitu jaringan jalan yang berkaitan dengan pergerakan lalu lintas bersifat dalam kota saja.

Beberapa pola jaringan jalan menurut Lynch, 1984, dalam Manari 2009 sebagai berikut :

a. Grid / kisi-kisi

Pola ini merupakan pola yang paling banyak dijumpai di kota-kota saat ini. Pola seperti ini dapat diciptakan kualitas pelayanan transportasi yang sama untuk semua wilayah dan jaringan jalan ini juga sangat cocok untuk pola pergerakan yang menyebar. Pola jaringan jalan grid mempunyai keuntungan dan kelemahan yaitu :

Keunggulan dari pola grid adalah

(1) Memungkinkan pergerakan ke segala arah dengan tingkat pelayanan sama. (2) Memberikan kemudahan dalam penempatan fasilitas umum dan pembagian

blok lingkungan

Kelemahan :

(1) Tidak mencerminkan kedinamisan dan bersifat monoton

(2) Terlalu banyak persimpangan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Gambar 1 Pola Grid

b. Radial

Merupakan bentuk/pola jaringan jalan yang menghubungkan pusat kota satu ke pusat kota lainnya. Pola ini mempunyai sifat yaitu adanya pemusatan pada suatu daerah inti tertentu. Jaringan radial memang tampak lebih bagus dan mempunyai beberapa keunggulan, namun bentuk ini juga memberikan kelemahan pada kesulitan pengelolaan lalu lintas.

Keunggulan :

(1) Memberikan kemungkinan perkembangan kota ke segala arah (2) Letak pusat kota jelas

(3) Memudahkan pembagian kelas jalan

Kelemahan :

(1) Volume lalu lintas semakin meningkat seiring dengan semakin dekatnya pusat kota.

Gambar 2 Pola Radial

c. Linier

Tipe pola ini berkembang sebagai hasil topografi lokal yang terbentuk sepanjang jalan. Ciri dari pola linier yaitu pola perjalanan dari daerah asal ke tempat tujuan ditempuh pada suatu jaringan jalan tunggal ataupun secara paralel. Distribusi lalu lintas pada pola ini menyebar disepanjang jalan utama sehingga secara spasial akan merugikan bagi pertumbuhan suatu wilayah atau kota karena yang berkembang hanya kawasan-kawasan yang berada di sepanjang tepian jalan.

Keunggulan :

(1) Pergerakan utama kota hanya terjadi dalam suatu jalur

(2) Pemantauan pergerakan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah Kelemahan :

(1) Kurang mendukung upaya pengembangan wilayah karena hanya terjadi di sepanjang koridor jaringan jalan

(2) Hanya sesuai diterapkan dalam kota kecil.

d. Pola ring / radial

Bentuk ring/radial memiliki jalan yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat, tidak sama. Pola sirkulasi ring/ radialadalah pola sirkulasi mengembang dari pusat kegiatan / aktivitas keluar menuju daerah sekitar.

Gambar 4 Pola Ring / Radial

3. Jalan

Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dijelaskan bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Penyelenggaraan jalan berdasarkan pada asas kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan dan kemitraan.

Pengaturan penyelenggaraan jalan bertujuan untuk (a) mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan; (b) mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan; (c) mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan kepada masyarakat; (d) mewujudkan

pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan masyarakat; (e) mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu; dan (f) mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka.

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem jaringan jalan diatur dalam peraturan pemerintah.

a. Klasifikasi Jalan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan adalah sebagai berikut :

1) Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas :

a) Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.

b) Jalan khusus jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,

perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.

2) Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam

jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

a) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.

b) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. c) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

3) Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan menjadi :

a) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

b) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

c) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

d) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.

e) Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. b. Standar Jalan Menurut Ketentuan Teknis

Jalan ditetapkan keberadaannya dalam suatu ruang yang disebut:

1) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.

2) Ruang Milik Jalan (Rumija), meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.

3) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruang-ruang tersebut dipersiapkan untuk menjamin kelancaran dan keselamatan pengguna jalan disamping juga keutuhan konstruksi jalan. Dimensi ruang yang minimum untuk menjamin keselamatan pengguna jalan diatur sesuai dengan jenis prasarananya dan fungsinya.

Jalan sebagai salah satu unsur penyusun kota akan terus ikut mengembang seiring perkembangan kota itu sendiri. Jalan perkotaan akan berkembang secara permanen dan terus menerus sepanjang seluruh jalan. Indikasi penting pada jalan perkotaan adalah karakteristik arus lalu lintas puncak pada pagi dan sore hari, terdapat perubahan komposisi lalu lintas, serta peningkatan arus yang menunjukkan perubahan distribusi arah lalu lintas.

Beberapa tipe jalan perkotaan antara lain : a. Jalan dua lajur – dua arah (2/2 UD) b. Jalan empat lajur – dua arah

1) Tak terbagi (tanpa median) (4/2 UD) 2) Terbagi (dengan median) (4/2 UD) c. Jalan enam lajur – dua arah terbagi(6/2 D) d. Jalan satu arah (1-3/1)

Dokumen terkait