• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

5. Permasalahan Lalu Lintas

Perkembangan lalu lintas saat ini berkembang pesat. Banyaknya pilihan pengunaan jenis kendaraan membuat orang semakin nyaman dalam bertransportasi. Masyarakat umumnya lebih sering menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan kendaraan umum dengan berbagai alasan salah satunya lebih praktis dan hemat. Namun, jika semua orang berasumsi seperti itu tak pelak akan menimbulkan penumpukan jumlah kendaraan dijalan yang akan berdampak pada kepadatan lalu lintas dan berpotensi menimbulkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

Kota Surakarta memiliki kepadatan penduduk mencapai 12.849 jiwa/km2 dan tingkat pertumbuhannya 1,47 % pada tahun 2008. Jika melihat kepadatan penduduk yang cukup tinggi tersebut dapat digambarkan bahwa terdapat kegiatan aktivitas penduduk yang cukup tinggi. Kota Surakarta termasuk salah satu yang menjadi kota untuk berbagai tujuan seperti pendidikan dan pekerjaan. Didukung dengan letaknya yang strategis dan merupakan icon kota budaya memberikan kontribusi dibidang pariwisata. Para pendatang dan wisatawan umumnya datang sebagian besar melalui terminal. Namun ada juga yang melalui stasiun dan bandara. Jumlah penumpang yang datang ke Surakarta dengan berbagai moda transportasi tahun 2008 dapat disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah Penumpang yang Datang ke Kota Surakarta Tahun 2008

No Jenis Perhentian Jumlah Penumpang (orang)

1 Terminal Tirtonadi 23.483.315

2 Stasiun Balapan 852.947

3 Bandara Adi Sumarmo 121.515

Jumlah total 24.457.777

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa jumlah penumpang yang datang cukup tinggi tentunya akan mempengaruhi aktivitas transportasi kota semakin besar dan akan berakibat beban jalan dan jalur transportasi akan bertambah.

Meningkatnya aktivitas transportasi kota perlu didukung sarana dan prasarana transportasi yang memadai serta menjamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan penggunanya. Jika tidak maka akan menimbulkan masalah yang kompleks bagi transportasi dan akan menggangu kelancaran pembangunan kota.

Permasalahan di perkotaan yang biasa terjadi dan saat ini mulai terasa di Kota Surakarta adalah kemacetan di beberapa titik pusat kegiatan yang sering dilakukan masyarakat sekitar. Kemacetan telah memberikan dampak merugikan bagi masyarakat. Selain tingkat strees yang tinggi, pemborosan bahan bakar, uang dan waktu serta menimbulkan polusi. Beberapa titik rawan kemacetan di Kota Surakarta antara lain : di Simpang Tirtonadi, Palang Joglo, Simpang Panggung, Simpang Balapan, Pasar Nongko, Pasar Gede, Pasar Klewer, Simpang Coyudan, Simpang Nonongan, Simpang Gendengan, Simpang Kerten, dan Tugu Lilin (sumber : DLLAJ Kota Surakarta).

Kemacetan yang terjadi tak hanya timbul karena jalan yang tak cukup mampu menampung kendaraan yang ada tetapi juga didukung oleh beberapa faktor lain seperti penggunaan lahan yang ada disekitar titik rawan kemacetan dan sikap para pengguna jalan yang tak sedikit melanggar peraturan.

Faktor hambatan samping untuk disekitar pasar sangat tinggi dan lebih condong mengarah pada banyaknya aktivitas bongkar muat barang dengan kendaraan besar dalam jumlah yang banyak, aktivitas para pedagang yang berada di tepi jalan serta penggunaan jalan untuk parkir sehingga kapasitas jalan menjadi kecil. Sedangkan untuk di simpang-simpang tertentu merupakan pertemuan beberapa arus lalu lintas dan berada di lingkar keluar masuk Kota Surakarta sendiri. Pada simpang-simpang tersebut biasanya jalur lingkar luar kota yang ditandai dengan adanya bus AKAP atau truk berbagai ukuran yang melintas. Pada simpang Kerten merupakan gerbang keluar masuk untuk Surakarta, Jogjakarta dan Semarang. Simpang

Nonongan dan Coyudan adalah gerbang keluar masuk kendaraan Surakarta, Sukoharjo dan wonogiri. Simpang Panggung merupakan titik pertemuan arus untuk Surakarta bagian utara dan timur serta jalur kendaraan besar jurusan dari Sragen, Karanganyar dan dari Jawa Timur.

Selain kemacetan, permasalah yang kompleks juga timbul dari angka kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan lalu lintas terjadi tidak selalu ditimbulkan oleh suatu sebab tetapi oleh kombinasi berbagai efek dari sejumlah kelemahan atau gangguan yang berkaitan dengan pemakai jalan, kendaraan dan jalan itu sendiri. Kondisi lingkungan juga sangat menentukan keselamatan para pengguna jalan, misalnya permukaan jalan, cuaca dan waktu.

Beberapa penyebab kecelakaan yang berasal dari kondisi jalan seperti kerusakan pada permukaan jalan, konstruksi jalan yang rusak serta geometrik jalan yang kurang sempurna. Faktor kendaraan yang tidak dikemudikan dengan baik atau tidak sesuai dengan standar keamanan juga menyumbang dalan peningkatan angka kecelakaan misalnya kelengkapan kendaraan yang kurang seperti kaca spion yang tidak terpasang, lampu sen tidak berfungsi, klakson mati, rem blong, lampu utama mati jika di malam hari. Pemakai jalan yang dapat mempengaruhi angka data korban kecelakaan dapat berasal dari pengemudi kendaraan maupun pejalan kaki yang melintas. Keadaan pengemudi sebagai faktor penyebab kecelakaan misalnya pengemudi lelah karena melakukan perjalanan jauh, pengemudi lengah atau tidak berkonsentrasi karena melamun atau mengobrol, pengemudi yang kurang terampil dalam menjalankan kendaraan, serta pengendara yang ugal-ugalan tidak memperhatikan keadaan sekitarnya dan pengaruh para pejalan kaki (pedestrian) yang menyebrang tidak pada tempatnya turut menjadi faktor penyebab kecelakaan.

Ruas jalan yang rawan kecelakaan antara lain Jalan Sumpah Pemuda, Jalan A. Yani, Jalan Ir Sutami, Jalan Kol. Sutarto, Jalan Juanda dan Jalan Veteran. Jalan-jalan tersebut merupakan Jalan-jalan lingkar luar kota dan biasanya karena kecepatan tinggi dan terjadi lalu lintas campuran serta hambatan samping yang mempengaruhinya. Jumlah kejadian kecelakaan di Kota Surakarta dari tahun ke tahun terus meningkat

namun untuk jumlah korban dan kerugian menurun selama kurun waktu tahun 2007-2009 yang disajikan dalam Tabel 15.

Tabel 15 Kejadian Laka Lantas di Kota Surakarta N o Tahun Jumlah Kejadian Korban Meninggal Dunia (jiwa) Luka Berat (jiwa) Luka Ringan (jiwa) Material (rupiah) 1 2007 636 57 28 837 360.390.000 2 2008 642 31 10 766 230.540.000 3 2009 660 13 3 727 203.350.000

Sumber : Satlantas Kota Surakarta

Selain kemacetan dan kecelakaan lalu lintas, permasalahan yang timbul dari transportasi perkotaan yang perlu dibenahi adalah upaya masyarakat yang sadar lingkungan dan keselamatan dalam berlalulintas masih sangat kurang. Fenomena kesemrawutan lalu lintas paling mudah terlihat yaitu pada saat jam sibuk (antara jam 06.30-08.00), dimana waktu tersebut merupakan waktu aktifitas sekolah dan para pekerja. Pengamatan yang dilakukan di 19 titik pos-pos polisi lalu lintas di seluruh Kota Solo terlihat banyak pelanggaran yang dilakukan oleh anak sekolah, dengan tidak memakai helm terutama yang berboncengan (geourban.wordpress.com). Pelanggaran terhadap peraturan yang sering dilakukan oleh masyarakat menjadi terlihat biasa. Seperti kaca spion yang tidak lengkap, kendaraan yang membawa barang melebihi muatan, melanggar kecepatan dan lain sebagainya.

Transportasi Kota Surakarta di dalam pengaturan ketertiban di jalan saat ini dengan memberlakukan program safety riding dengan konsentrasi pada light on untuk sepada motor sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan penggunaan sabuk pengaman pada mobil. Adanya program tersebut diharapkan mampu memberikan kondisi tertib lalu lintas dengan menenkan angka jumlah pelanggaran. Berikut merupakan kondisi pelanggaran terhadap lalu lintas disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16 Jumlah Pelanggaran di Kota Surakarta

No Tahun Jumlah Pelanggaran

1 2006 7.405

2 2007 20.351

3 2008 42.950

4 2009 41.440

Sumber : Satlantas Poltabes Surakarta

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun angka pelanggaran lalu lintas di Kota Surakarta mengalami perubahan. Peningkatan jumlah pelanggaran dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2007 yang hampir 2 kali lipat yaitu dari 20.351 menjadi 42.950. Namun, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 41.440. selain kecelakaan, kemacetan dan pelangaran lalu lintas Kota Surakarta juga menghadapi berbagai masalah lalu lintas lain yang harus segera ditindaklanjuti.

Dari Tabel 15 dan Tabel 16 dapat disimpulkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas di Surakarta meningkat diakibatkan karena jumlah pelanggaran yang meningkat pula. Untuk itu perlu adanya penanganan dan perhatian khusus untuk menangani permasalahan lalu lintas sehingga dapat meminimalisir angka kecelakaan dan pelanggaran.

Meskipun jumlah kejadian kecelakaan dan pelanggaran meningkat tiap tahunnya serta potensi kemacetan di beberapa titik dan sejumlah permasalahan lalu lintas lainnya, Kota Surakarta Mendapatkan Penghargaan Wahana Tata Nugraha sebanyak 4 kali dengan kategori kota besar dalam bidang transportasi. Penghargaan itu diberikan kepada kota yang mampu mewujudkan kawasan tertib lalu lintas. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah terus berupaya membenahi masalah transportasi yang terus berkembang.

6. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

Manajemen lalu lintas merupakan teknik yang mengatur dan mengelola pergerakan lalu lintas dalam jaringan jalan yang ada sebagai bagian rangkaian timbulnya kebutuhan transportasi dan pelayanannya. Manajemen lalu lintas sangat

diperlukan dalam kaitannya dengan keterbatasan pelayanan transportasi (sarana dan prasarana transportasi) dibandingkan dengan tingginya keperluan transportasi, hal ini terutama dikaitkan dengan terbatasnya dana untuk mengadakan sarana dan prasarana transportasi yang baru.

Pemerintah daerah Surakarta yang menjadi ujung tombak pergerakan pembangunan kota di segala bidang termasuk transportasi telah berupaya untuk memberikan yang terbaik dalam pengembangan dan pengelolaannya. Beberapa rencana telah disusun oleh pemerintah untuk mengembangkan sistem transportasi di Kota Surakarta antara lain :

1 Tertib lalu lintas

2 Membina kesadaran masyarakat

3 Traffic Restrain

4 Penyusunan Perda pendukung

5 Pengembangan multimoda sistem

6 Evaluasi rute dan trayek angkutan umum

7 Pengembangan pedestrian

8 Pelatihan dan sertifikasi pengemudi angkutan umum

9 Pengembangan pelayanan jaringan jalan

10 Pengembangan Pelayanan jalur lambat

11 Penataan parkir

12 Manajemen satu arah

13 Manajemen angkutan barang

14 Penataan simpang

15 Pemberian APILL

16 Pembatasan kecepatan

17 Penyediaan fasilitas penyebrangan 18 Penyediaan fasilitas pedestrian

20 Penyediaan zona selamat sekolah

21 Penataan angkutan umum

22 Jalan lingkar dan jalan tol 23 Peningkatan jaringan jalan

24 Pelebaran jaringan jalan

25 Peningkatan fly over

26 Peningkatan terminal jalan

Sumber : Studi Tartalok Kota Surakarta

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan transportasi perkotaan sangat penting demi menjaga keamanan, kelancaran dan kenyamanan serta meningkatkan perkembangan wilayah. Kebijakan pengembangan manajemen lalu lintas yakni dengan cara mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan perbaikan-perbaikan pengaturan lalu lintas serta menghindari pembangunan fisik seperti pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan. Beberapa kebijakan pemerintah Kota Surakarta terkait bidang transportasi antara lain pengembangan sistem transportasi yang saling terintegrasi seperti menyandingkan sistem transportasi Kereta api dengan jalan raya di tengah kota (pada Jalan Slamet Riyadi) meski saat ini dipergunakan untuk kereta uap pariwisata, sistem pengontrolan lalu lintas berupa perintah maupun larangan. Perintah dan larangan berupa lampu lalu lintas, rambu-rambu lalu lintas atau marka jalan. Selain pemasangan perintah dan larangan kini sistem transportasi mulai berkembang dengan menggunakan teknologi yang canggih dan terkoordinasi dengan sistem ATCS dan pemasangan CCTV untuk membantu memantau secara cepat.

Pada persimpangan masuk atau keluar dari persimpangan diberlakukan jalan satu arah dan ke kiri boleh terus pada lampu merah biasanya pada persimpangan dibuat jalur khusus untuk ke kiri yang terpisah, sehingga arus lalu lintas yang ke kiri dapat berbelok tanpa menggangu arus lalu lintas yang lurus maupun ke kanan.

7. Jaringan Jalan

Dalam Sistem Transportasi salah satu prasarana lalu lintas yang cukup penting adalah jaringan jalan. jaringan jalan yang ada di Kota Surakarta mempunyai kelas jalan yang beragam, mulai dari jalan arteri, jalan kolektor serta jalan lokal. Jaringan jalan di Kota Surakarta yang menghubungkan kawasan dalam kota dan berfungsi sebagai jalan arteri sekunder meliputi ruas jalan sebagai berikut : Jalan Slamet Riyadi, Jalan A.Yani, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Jalan Sumpah Pemuda, Jalan Sumpah Pemuda, Jalan Bridjend Katamso-Ringroad.Rencana pengembangan Jalan arteri primer Kota Surakarta menurut RTRW Kota Surakarta tahun 2007-2026 adalah mengembangkan pola jalan arteri baru kea rah pinggiran kota untuk menghindari arus lalu lintas lokal, mengembangkan disain jalan arteri primer sesuai dengan yang disyaratkan serta mengembangkan jalan layang. Jaringan jalan arteri sekunder antara lain Jalan Bridjen Slamet Riyadi-Jalan Jendral Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Kolonel Sutarto. Jalan kolektor primer merupakan jalan yang menghubungkan antara Kota Surakartan dengan Kabupaten disekitarnya meliputi Jalan Sugiono dan Jalan Kapten Tendeean yang menghubungkan dengan Kota Purwodadi. Jalan Bridjen Sudiarto, Jalan Veteran, Jalan Bhayangkara, Jalan Dr Radjiman, Jalan KH Agus Salim. Jalan Ir. Juanda Kartasanjaya, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Prof Kahar Muzakir yang menghubungkan Kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri. Jalan kolektor sekunder merupakan jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama di dalam Kota Surakarta. Sedangkan jalan lokal primer meliputi ruas-ruas jalan yang menghubungkan kota Surakarta dengan kecamatan disekitarnya seperti menuju Kecamatan Gatak Kabupaten Boyolali, Menuju Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen dan menuju Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Klasifikasi fungsi jalan di Kota Surakarta dapat diperlihatkan pada Tabel 17.

Tabel 17 Fungsi dan Status Jalan Kota Surakarta

No Sumber Status Panjang Jalan

km %

1 Arteri Primer Nasional 7,340 6,32

2 Arteri Sekunder Kota 11,005 9,48

3 Kolektor Primer Propinsi 27,500 23,68

4 Kolektor Sekunder Kota 39,610 34,12

5 Lokal Primer Propinsi 17,850 15,37

6 Lokal Sekunder Kota 12,805 11,03

Jumlah 116,110 100,00

Sumber :DPU Kota Surakarta 2006

Prasarana jalan yang baik akan berdampak pada peningkatan kegiatan sosial, ekonomi masyarakat sehingga dapat menggerakkan aktivitas masyarakat secara merata. Ketersediaan prasarana jalan yang memadai akan membantu kelancaran masyarakat dalam bertransportasi. Namun dengan peningkatan jumlah kendaraan tak disertai dengan peningkatan pelebaran maupun pembangunan jalan akan menghambat kegiatan dengan adanya potensi penumpukan volume kendaraan di berbagai ruas jalan. Dari tahun ke tahun panjang dan lebar jalan di Kota Surakarta tidak bertambah hal itu dimungkinkan terkait dengan keterbatasan lahan. Panjang dan lebar perkerasan jalan menurut status tahun 2009.

Tabel 18 Panjang dan Lebar Perkerasan Jalan Menurut Status Tahun 2009. N o Status 2006 2007 2008 Panjang (km) Lebar (km) Panjang (km) Lebar (km) Panjang (km) Lebar (km) 1 Jalan Nasional 13,5 8-16 13,5 8-16 13,5 8-16 2 Jalan Propinsi 16,33 7-14 16,33 7-14 16,33 7-14

3 Jalan Kabupaten / Kota 675,86 3-18 675,86 3-18 675,86 3-18

Dokumen terkait