• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN PROFIL INFORMAN

4.4 Modal Sosial Pada Nelayan Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi

4.4.2 Jaringan

4.4.2.1 Jaringan dengan Sesama Nelayan

Cohen dan Prusak L dalam (dalam Hasbullah,2006:77) (dalam jurnal Ichsan Pramatya,2011:25) menjelaskanmodal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti trust (rasa saling mempercayai), keimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.

Selain kepercayaan, elemen lain dalam sebuah modal sosial yang dimiliki nelayan Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi ini dalam melaut adalah sebuah jaringan. Jaringan diperlukan dalam mencari orang atau anak buah untuk ikut bekerjasama dalam melaut dengan taukeh atau bahkan mencari taukeh yang bisa memberikan pekerjaan. Nelayan Tionghoa memerlukan dan membutuhkan orang lain sebagai sarana perantara seperti salah satu fungsi dari tingkatan jaringan sosial mikro yaitu sebagai jembatan dan sebagai pelicin. Dimana sebagai sebuah jembatan, jaringan sosial mikro dapat memudahkan hubungan antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, yaitu antara nelayan sebagai taukeh dengan nelayan sebagai buruh. Sedangkan sebagai pelicin, jaringan sosial yang terbentuk diantara nelayan baik itu nelayan Tionghoa ataupun nelayan pribumi memberikan kemudahan untuk mengkases berbagai macam barang atau sumber daya langka seperti informasi yang bisa memberikan informasi mengenai pekerjaan sebagai nelayan. Kerjasama ini nantinya diharapkan dapat membawa keuntungan bagi kedua belah pihak yang terkait.

Tak jarang pula berbekal dari adanya rasa saling percaya satu sama lain tersebut, banyak dari mereka Nelayan Tionghoa yang mendapatkan pekerjaan dari hasil tanya-tanya kepada teman, kerabat ataupun orang yang dipercayai, begitu pula sebaliknya seorang taukeh yang mencari anak buah atau orang yang mau bekerja sama dengannya dengan cara meminta bantuan kepada anak buahnya, kerabat, ataupun kawannya sesama nelayan Tionghoa.

Seperti yang dikatakan oleh Pak Awi :

“Dalam mencari anak buah yang mau bekerja dengan saya biasanya saya minta tolong sama saudara ataupun anak buah saya yang lain nanti mereka yang bawakan orang yang mau kerja itu, kadangpun ada juga orangnya yang datang sendiri karena dengar-dengar dari kawan dan kerabat”

Hal serupa juga diungkapkan oleh nelayan yang bekerja kepada orang lain yaitu Pak A Hok :

“Saya dulu melaut ikut sama Bapak saya, tapi sekarang saya ikut sama kawan yang Orang Tionghoa juga. Saya tahu taukeh yang sekarang ini dari kawan saya yang juga buruh nelayan, akhirnya saya temui taukeh itu untuk ikut melaut sama dia”

Dari penjelasan kedua nelayan Tionghoa diatas yang mana satu merupakan taukeh dan satu lagi merupakan buruh nelayan jelas terlihat bahwa jaringan sosial itu sangat berperan penting dalam bekerja, dimana jaringan yang ada pada nelayan tersebut yang merupakan jaringan sosial mikro sebagai pelicin dan sebagai jembatan yang memberikan kemudahan akses dalam mencari pekerjaan dan mencari orang yang ingin bekerja sama dalam melaut. Dari adanya jaringan tersebut yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara nelayan Tionghoa dengan sesama

nelayan, nelayan Tionghoa dengan kerabat dan juga nelayan Tionghoa dengan masyarakat, maka akan terjalin pula suatu hubungan kerjasama yang akan saling menguntungkan diantara kedua belah pihak.

Tak hanya dalam mencari anak buah ataupun taukeh, jaringan sosial lain yang ada pada nelayan Tionghoa di Bagansiapiapi ini adalah dalam pembuatan jaring untuk menangkap ikan. Tak sedikit istri dari nelayan Tionghoa ini yang pandai membuat jaring dan kemudian menjualnya kepada nelayan lain baik itu nelayan Tionghoa ataupun nelayan pribumi. Nelayan Tionghoa ataupun nelayan pribumi akan saling berbagi informasi mengenai istri nelayan yang pandai membuat jaring agar pada saat ada nelayan yang ingin menempah jaring tidak susah lagi untuk mencari kesana kesini. Tak ada cara khusus yang diakui istri nelayan yang pandai membuat jaring ini dalam menjual jaring buatannya, cukup dengan nelayan-nelayan lain yang memang sudah tahu saja karena biasanya mereka ini yang akan memberitahu kepada nelayan lain baik itu nelayan Tionghoa ataupun nelayan pribumi.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Efandi (Hok-Lua) :

“Istri saya pandai membuat jaring, makanya banyak juga kawan-kawan saya sesama nelayan yang memesan jaring untuk melaut dengan saya yang kemudian dikerjakan oleh istri saya, kadangpun kalau tidak melaut saya bantu istri membuat jaring. Nanti nelayan yang lainpun membaritahu nelayan yang lain bahwa istri saya bisa buat jaring hal itu yang terkadang membuat istri saya banyak membuat jaring.

Dari penjelasan Pak Efandi terlihat bahwa nelayan Tionghoa ini akan saling memberi informasi kepada nelayan lainnya jika ada istri nelayan yang pandai

membuat jaring untuk melaut. Selain itu jaringan lain yang dibangun para nelayan Tionghoa adalah selalu berbagi informasi mengenai harga jual hasil tangkapan di bangliau, karena bangliau di Bagansiapaiapi ini tidak hanya satu, oleh sebab itulah nelayan Tioghoa harus saling berbagi informasi dengan nelayan lainnya karena terkadang terdapat perbedaan harga jual antara bangliau yang satu dengan yang lainnya.

Seperti apa yang dikatakan oleh nelayan Tionghoa yaitu Bapak Cingkiong :

“Memang ada beberapa bangliau yang mematok harga yang berberda walaupun tidak terlalu jauh berbeda, namun kita sebagai nelayan ini tentunya ingin harga jual yang sedikit lebih tinggi supaya dapat keuntungan juga, jadi saya sering tanya ke teman saya yang nelayan tapi beda bangliau mengenai harga jual hasil tangkapan. Selain itu juga saya kenal beberapa orang yang memiliki bangliau, jadi saya bisa selalu pantau harga jual hasil tangkapan mana yang lebih baik yang nantinya akan saya kasi tahu juga ke nelayan lain, biar kita bisa sama-sama untung, namanya kerja jadi nelayan ini kan tidak tetap penghasilannya jadi tidak ada salahnya mencari tahu harga jual tangkapan melaut di beberapa beliau”.

Hal lainnya juga diungkapkan oleh Bapak Anto :

“Kita memang menjual hasil tangkapan ke bangliau, kadang ada beberapa bangliau yang memberikan harga berbeda dengan bank laiu lain, oleh karena itu kita para nelayan sering cari informasi dan bertukar informasi mengenai harga jual hasil tangakapan di bangliau. Kalau ada yang bisa memberi harga sedikit lebih tinggi kadang mau juga kita jual ke bangliau itu untuk dapat untung yang lebih juga”.

Dari pernyataan pak Cingkiong dan Pak Anto diatas dapat diketahui bahwa memang para nelayan selalu berbagi informasi mengenai harga jual hasil tangkapan diberbagai bangliau, jika ada bangliau yang mematok harga sedikit lebih tinggi maka nelayan yang satu akan memberitahu kepada nelayan yang lain, walaupun

terkadang ada beberapa nelayan akan tetap menjual hasil tangkapannya kepada bangliau langgananya karena tak jarang pula untuk mempertahankan nelayan yang menjual ikan kepada bangliaunya, pemilik bangliau memberikan bonus kepada nelayan. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Ahok :

“Saya kan kerja ikut dengan orang, biasanya taukeh menjual hasil tangkapan kepada bangliau langganannya. Tapi sering juga ada nelayan lain yang memberitahu dan mengajak untuk menjual hasil tangkapan kepada bangliau lain karena harganya yang sedikit lebih tinggi. Tapi taukeh tak mau karena sudah kenal dekat dan juga sering dapat bonus dari bangliau tempatnya biasa menjual hasil tangkapan, lagian harga yang dipatok juga tidak terlalu jauh beda”.

Hubungan antara nelayan Tionghoa dengan sesama nelayan menciptakan jaringan sosial yang berperan sebagai keuntungan bersama ,karena nelayan Tionghoa dengan sesama nelayan baik itu taukeh ataupun buruh nelayan saling bergantung satu sama lain dan saling membutuhkan. Dimana nelayan Tionghoa dan nelayan pribumi sebagai taukeh tidak akan bisa mendapatkan hasil yang maksimal tanpa dibantu oleh anak buahnya (buruh nelayan), begitu pula sebaliknya buruh nelayan Tionghoa dan buruh nelayan pribumi tidak bisa memiliki pekerjaan tanpa adanya bantuan dari nelayan lainnya baik itu nelayan Tionghoa ataupun nelayan pribumi.

Dokumen terkait