• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber: http://eastjava.com/tourism/surabaya

Propinsi Jawa Timur dengan ibukota Surabaya, memiliki luas wilayah 47.921 km2, terletak pada 7–8° Lintang Selatan dan 111–111.5° Bujur Timur. Jumlah penduduknya 33.139.000 jiwa (BPS 1990). Suku-suku yang mendiami wilayah tersebut adalah Jawa, Madura, Tengger dan Osing serta beberapa suku kecil pandatang.

Objek wisata Gunung Bromo adalah salah satu yang sangat dikenal oleh wisatawan mancanegara dan domestik. Melihat matahari terbit dan menyaksikan kawahnya bukan satu-satunya pilihan, karena Gunung Bromo (dan Gunung Semeru) adalah pusat dari Taman Nasional Kawasan Tengger, yang berarti masih banyak lagi objek yang dapat disaksikan di kompleks tersebut.

Kota Malang

Sebagai dataran tinggi dengan panorama yang indah, sejak jaman kolonial Malang telah dikenal sebagai tempat peristirahatan dengan julukan Switzerland of Indonesia dan Paris of East Java. Terbukti dengan banyaknya taman yang asri dan bangunan arsitektur Eropa yang sampai kini masih tetap dipertahankan. Banyaknya objek wisata menarik didukung fasilitas yang lengkap seperti hotel, travel, pusat perbelanjaan, bank, toko souvenir,dan kerajinan menjadikan Malang sebagai kota pariwisata yang siap melayani aktifitas turisme domestik dan mancanegara.

Karapan Sapi di Madura berupa pacuan sepasang sapi dengan menarik kereta bernama Kleres, tempat joki berdiri dan mengendalikan sepasang sapi tersebut pada waktu lari adu cepat. Peserta adalah sapi jantan, kulit cokelat, asli Madura. Pacuan diadakan pada bulan Agustus sampai dengan pertengahan Oktober, hari Minggu, pukul 09.00 WIB. Piala yang direbutkan adalah Piala Bergilir Presiden RI, tempat pacuan di Kabupaten Pamekasan, Madura.

d. BALI

Sumber: http://pariwisata.denpasarkota.go.id/

SANUR

Sanur merupakan pionir kepariwisataan Bali yang sampai sekarang masih menjadi salah satu tujuan wisata utama. Nama Sanur diduga berasal dari kata ”Saha Nuhur” yang berarti memohon untuk datang pada suatu tempat. Sanur memiliki beberapa catatan sejarah. Pada tahun 1906 peristiwa ”Perahu Sri Komala” milik Belanda berlabuh di Pantai Sanur. Pada saat itu Belanda dengan liciknya menuduh bahwa penduduk Sanur melakukan pembajakan atas isi perahu tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mencari dalih menyerang Kerajaan Badung. Maka pada tanggal 20 September 1906 berkecamuklah ”Perang Puputan Badung” yang semangatnya diwariskan pada generasi penerusnya. Karena Pantai Sanur dinilai strategis, maka tentara NICA Jepang pun masuk ke Bali melalui Pantai Sanur pada tahun 1945. Keindahan Sanur telah mengundang banyak wisatawan. Di kalangan pariwisata pantai Sanur pertama kali diperkenalkan oleh pelukis Belgia bernama A. J. Le Mayeur bersama istrinya Ni Polok yang menetap di Sanur sejak tahun 1937. Pada tahun 1963 geliat pariwisata Sanur makin terasa dengan didirikannya Hotel Bali Beach (sekarang Inna Grad Bali Beach) .

Pembangunan hotel yang mengambil lahan pertanian (sawah dan kebun kelapa) milik masyarakat sempat membuat was-was para tokoh masyarakat Sanur saat itu. Melalui pembentukan Badan Pembina Desa Sanur pada tahun 1965, maka mulailah dirintis berbagai usaha. Melihat perkembangan pariwisata mulailah dirintis usaha dibidang pariwisata yang salah satunya dengan membangun permandian umum dan warung mini (snack bar) yang merupakan cikal bakal Beach Market Restaurant. Untuk tetap menjadikan Sanur sebagai daerah tujuan wisata utama pemerintah Kota Denpasar bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali dan dana bantuan dari Pemerintah Jepang melaksanakan penataan pantai dari pantai Matahari Terbit sampai dengan Mertasari-6 km dalam bentuk menanggulangi abrasi dengan melakukan penambahan lebar pantai dan penertiban bangunan-bangunan yang ada pantai. Sedangkan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan telah dipasang beberapa CCTV di beberapa tempat di wilayah Sanur.

POTENSI

Potensi yang terdapat di Kawasan Pariwisata Sanur di antaranya:

Sosial Budaya

Potensi sosial budaya dalam rangka pengembangan Kawasan Pariwisata Sanur meliputi : pura, puri (jero) pasar tradisional, bangunan atau monumen bersejarah, peninggalan purbakala, tradisi setempat, kesenian, kerajinan dan aktifitas kehidupan sehari-hari.

Pura

– Pura Dalem Kedewatan (Desa Sanur Kaja) – Pura Balatri (Desa Sanur Kaja)

– Pura Sakenan (P Serangan)

– Pura Sasuhunan Wadon (P Sakenan) – Pura Empat Payung (P Serangan) – Pura Belanjong (Desa Sanur Kauh)

Jero Gede Sanur

Di Desa Sanur Kaja terdapat sebuah rumah tinggal keluarga yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata. Di kalangan masyarakat setempat rumah tersebut dikenal dengan sebutan Jero Gede Sanur. Di samping sebagai rumah tempat tinggal keluarga, keberadaan Jero Gede Sanur juga menjadi pusat orientasi dalam bidang adat dan agama.

Pasar Tradisional

Di beberapa desa di kawasan pariwisata Sanur terdapat sejumlah pasar tradisional yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata. Pasar? Pasar yang dimaksud di antaranya Pasar Sindu, Pasar Intaran, dan Pasar Adat Intara.

Bangunan/Monumen Bersejarah

Bangunan atau monumen bersejarah yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata adalah Monumen Perjuangan yang terletak di areal parkir Pantai Matahari terbit. Bangunan monumen yang menyerupai candi ini terbuat dari batu padas hitam dengan luas pelataran 5 meter persegi dan tinggi 6 meter

Bangunan bersejarah lainnya adalah Museum Le Mayeur. Museum ini terletak di tepi pantai yang berjarak sekitar 200 meter dari hotel Grand Bali Beach. Bangunan ini dibangun oleh seorang pelukis asing bernama A.J Le Mayeur yang datang ke Bali pada tahun 1937, sekaligus mempopulerkan keberadaan Pantai Sanur sebagai tempat wisata. Museum yang dibangun dengan langam arsitektur Bali tersebut lebih banyak memajang lukisan yang menggambarkan kehidupan Le Mayeur

Peninggalan Purbakala

Jenis-jenis peninggalan purbakala yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata di kawasan Pariwisata Sanur adalah:

Situs Purbakala Belanjong

Prasasti ini terletak di kawasan Mertasari Sanur, berbentuk pilar dengan tinggi -177 cm dengan garis tengah 62 cm. Prasasti ini ditulis dengan 2 huruf yaitu huruf Pre-Nagari mengunakan bahasa Bali Kuno dan huruf Kawi mengunakan bahasa Sansekerta.

Prasada dan Arca

Di Kelurahan Serangan terdapat tiga buah prasada masing-masing di Pura Sakenan, Pura Sasuhunan Wadobn, dan Pura Cemara serta dua buah arca Nandini dalam kondisi tidak utuh di Pura Sasuhunan Wadon.

PATUNG CATUR MUKA

Dibangun pada tahun 1973, dirancang oleh seorang ahli patung terkenal bernama ‘I Gusti Nyoman Lempad’ dari Desa Ubud Gianyar. Patung Catur Muka ini terletak tepat di perempatan Jalan (Gajah Mada ? Surapati ? Udayana ? Veteran). Patung ini memiliki 4 kepala, dimana keempat mukanya menghadap ke empat arah mata angin, oleh karena itu disebut dengan ’Catur Muka’, sebagai lambang dari Dewa Brahma manifestasi Tuhan sebagai pencipta dunia beserta isinya. Dibangun pada tahun 1973, dirancang oleh seorang ahli patung terkenal bernama ’I Gusti Nyoman Lempad’ dari Desa Ubud Gianyar. Patung Catur Muka ini terletak tepat di perempatan Jalan (Gajah Mada ? Surapati ? Udayana ? Veteran). Patung ini memiliki 4 kepala, di mana keempat mukanya menghadap keempat arah mata angin, oleh karena itu disebut dengan ’Catur Muka’, sebagai lambing dari Dewa Brahma manifestasi Tuhan sebagai pencipta dunia beserta isinya.

PATUNG GARUDA WISNU KENCANA

Patung ini berlokasi di Bukit Unggasan - Jimbaran Bali. Karya masterpiece Bali I Nyoman Nuarta. Saat ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi Landmark bagi pariwisata Bali dan Indonesia.

Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pelindung, mengendarai burung Garuda. Diambil dari cerita ”Garuda & Kerajaannya” dimana rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.

Patung ini dibangun dengan ketinggian 140 meter, diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia.

KAWASAN NUSA DUA

Indah sekali membayangkan suatu masyarakat yang tinggal di sudut sebuah pulau terindah di dunia, nun jauh dari keramaian kota, masyarakatnya hidup dengan tenang di sepanjang pantai berpasir putih dengan kilauan cahaya surya terpantul air laguna yang tenang.

Pemandangan yang begitu indah hingga kini masih belum terusik, bahkan bentuk bangunan berarsitektur Bali masih tetap dijaga keharmonisannya sebagai ciri khas Pulau Bali.

Sebagai daerah pariwisata di kawasan ini telah tersedia sistem pelayanan yang kompleks bagi masyarakat wisatawan modern, seperti air bersih, instalasi listrik, telepon, saluran sanitasi serta fasilitas lainnya. Segala sesuatunya diusahakan dirancang dengan seksama untuk menghindari polusi, kebisingan, pemandangan yang menyesakkan dan lain-lain.

Kawasan wisata ini terletak di paling selatan Pulau Bali, suatu lokasi yang paling dini mendapat sinar pagi. Di sepanjang 4 kilometer pantainya yang berpasir putih ditumbuhi ratusan hektar pohon nyiur dengan hotel-hotel berbintangnya nan megah berfasilitas standar internasional. NUSA DUA yang berjarak hanya 15 menit dari pelabuhan udara Ngurah Rai Bali telah banyak memberikan kontribusi pembangunan kepariwisataan dan bahkan mengimbas ke daerah-daerah di sekitarnya, seperti Benoa dan Sawangan.

SANGEH

Sangeh adalah nama sebuah desa yang di bagian utara desanya. Ditumbuhi pohon pala seluas 14 hektare dan dihuni oleh ratusan kera. Pohon pala seperti itu tidak dijumpai di tempat lain di Bali dan keberadaannya di Sangeh ini merupakan misteri. Sebuah pura kecil diselimuti lumut hijau tersembunyi di sela-sela hutan pala yang menjulang tinggi itu. Di punggung sebuah tugu pura tersebut di pahat patung Garuda, seekor burung mistik yang di dalam cerita Samudramantana dikisahkan sedang mencari tirta Amerta di dasar samudera, kemudian atas jasanya oleh Bathara Wisnu dihadiahkan seteguk kepadanya, akhirnya Garuda menjadi kendaraan setia Bathara Wisnu.