• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan Gorontalo

SARANA PRODUKSI Galangan Kapal

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

4.1.3 Jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan Gorontalo

Wilayah perairan laut Provinsi Gorontalo sangat potensial dengan jenis ikan tuna, cakalang, layang, tongkol dan teri. Selain itu juga terdapat berbagai jenis ikan pelagis kecil dan demersal yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi terdapat di wilayah perairan ini. Teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan yang ada di kedua perairan ini untuk memanfaatkan sumberdaya ikan yaitu,

purse seine (pukat cincin), long line (rawai tuna), pole and line (huhate), handline

(pancing) dengan rumpon, lift net (bagan) dan gill net (jaring insang). Secara umum jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan yang ada di wilayah utara dan selatan Provinsi Gorontalo disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis alat tangkap di Propinsi Gorontalo

No. Alat tangkap Sumberdaya utama yang dimanfaatkan

1. Pukat cincin(purse seine) Ikan pelagis 2. Rawai tuna (long line) Tuna

3. Huhate (pole and line) Cakalang

4. Pancing ulur (hand line) Tuna, cakalang, layang 5. Pancing Tonda (troll net) Cakalang, tongkol

6. Bagan (lift net) Teri

7. Jaring insang (gill net) Jenis ikan demersal

8. Jaring perangkap (set net) Tuna, cakalang, layang, ikan lainnya Sumber : Wawancara Nelayan (2005)

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Balitbangpedalda (2004) bahwa beberapa alat tangkap dan metode penangkapan yang digunakan di perairan Gorontalo yakni :

(1) Purse Seine

Salah satu alat tangkap yang sangat produktif saat ini khususnya di Provinsi Gorontalo adalah purse seine. Purse seine merupakan alat yang dioperasikan secara aktif, yaitu dengan cara mengejar dan melingkari jaring pada suatu gerombolan ikan (schooling). Alat tangkap tersebut merupakan hasil modifikasi dari alat sebelumnya, yaitu lampara dan ring net.

Purse seine merupakan alat tangkap yang berkembang saat ini di perairan Provinsi Gorontalo, hal ini disebabkan karena alat ini merupakan alat paling efektif dalam penangkapan ikan pelagis kecil dengan alat bantu rumpon. Armada perikanan

purse seine tergolong kecil yaitu rata-rata dibawah 30 GT dan terbuat dari kayu dengan 2 buah mesin tempel berkekuatan 40 PK, material kayu banyak digunakan dalam pembuatan kapal purse seine. Banyaknya bahan baku kayu dan relatif murah menjadi alternatif pemilihan material kapal purse seine. Panjang alat tangkap purse seine 300 m dan lebar 50 m, jumlah pemberat 1 000 buah dengan berat perbuah 1.5 kg, sedangkan pelampung sebanyak 400 buah. Teknologi perikanan purse seine

sistem rumpon di perairan Provinsi Gorontalo masih tergolong sederhana. Hal ini dilihat dari kapasaitas armada, material, dan sarana navigasi seperti sonar dan

echosounder yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan ikan di sekitar rumpon. Prinsip penangkapan adalah melingkari gerombolan ikan dengan jaring, kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan, sehingga ikan tujuan penangkapan akan terkurung dan pada akhirnya tertangkap. Untuk penangkapan yang menggunakan rumpon, terlebih dahulu diamati tentang keberadaan ikan pada rumpon tersebut yang memungkinkan untuk dilakukan penangkapan.

(2) Bagan Perahu

Bagan perahu merupakan alat tangkap yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang diperkenalkan oleh nelayan-nelayan di Gorontalo. Komponen bagan perahu di Gorontalo sama dengan bagan pada umumnya yang terdiri dari jaring bagan, perahu dan rumah bagan. Bagan perahu di perairan Gorontalo saat ini masih berskala tradisional, hal ini dilihat dari ukuran yang relatif kecil, pengoperasian masih dilakukan secara manual, alat bantu pengumpul ikan berupa lampu petromak. Di pelataran bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia untuk memutar (roller).

Kontruksi bagan perahu berbentuk empat persegi pajang, jaring atau waring yang digunakan dipasang pada bingkai berukuran 12 x 12 meter persegi. Ukuran mata jaring 0.5 cm dan tidak bersimpul, sebab dengan jaring tanpa simpul akan memudahkan pengoperasian, peningkatan efektifitas serta daya tahan jaring. Perahu yang digunakan berukuran panjang 7 m hingga 10 m tergantung ukuran bingkai yang diinginkan oleh nelayan, bermesin tempel 5 PK dan kapal terbuat dari kayu. Jenis ikan hasil tangkapan didominasi oleh ikan teri, sedangkan jumlah trip per bulan mencapai 20 trip.

(3) Hand Line

Hand line (pancing tangan) adalah salah satu alat tangkap yang dikenal oleh masyarakat luas, utamanya di kalangan nelayan. Pancing pada prinsipnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing terbuat dari bahan nylon monofilament. Keuntungan dari jenis tali pancing jenis nylon monofilament yaitu kuat, tahan lama dan tidak busuk dalam air. Untuk mata pancing umumnya terbuat dari baja atau bahan yang anti karat dan mempunyai berkait balik. Panjang tali pancing bervariasi antara 100 m sampai 200 m, dan ukuran tali pancing bernomor 100 atau 500. Pemberat berbentuk kerucut dengan diameter 4 cm, tinggi 6 cm dan berat 500 gram. Kapal yang digunakan terbuat dari kayu dengan panjang 10 m, lebar 3 m tinggi 1.10 m. Kapal ini telah dilengkapi oleh palka untuk menyimpan ikan tuna dengan panjang 2 m, lebar 1.20 m tinggi 1.10 yang berkapasitas kurang lebih 1 ton.

(4) Huhate

Huhate yang digunakan di Teluk Tomini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ƒ Joran (galah)

Joran terbuat dari bambu dengan elastisitas yang baik. Panjang joran 2.5–3 m dengan diameter pangkal 2.6–5 cm, dan diameter ujungnya 0.5–1 cm.

ƒ Tali Pancing

1) Tali pancing yang digunakan terbuat dari bahan polyethilene yang berdiameter 0.2 cm. Tali pancing ini terdiri atas 3 bagian yaitu :

2) Tali kepala (hand line) yaitu tali yang berhubungan lansung dengan joran dan dikaitkan pada ujung joran, dengan panjang 10–15 cm

3) Tali utama (main line) yaitu tali yang terpanjang, dimana kedua ujungnya dibuatkan mata yang berfungsi sebagai penghubung antara tali kepala dengan tali sekunder. Panjang 1.5–2 meter.

4) Tali sekunder yaitu tali yang berfungsi untuk mengikatkan tasi (monofilamen) atau kawat baja yang menghubungkan dengan mata pancing. Panjang 10–15 cm.

Pada kapal pole and line tersebut, alat tangkapnya menggunakan tali bernomor 100 atau kawat baja (wire leader), targantung masing-masing pemancing. Tasi atau kawat baja tersebut panjangnya 10–15 cm diikatkan langsung pada mata pancing, fungsinya untuk mencegah putusnya tali pancing akibat gaya tarik beban dan gigitan ikan.

Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik. Mata pancing tersebut bernomor 2.5 – 2.8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk selinder dengan panjang 3 cm dan diameter 1 cm, yang bagian luarnya dibungkus dengan nikel sehingga lebih mengkilap dan menarik perhatian ikan target, sedangkan pada sisi luarnya terdapat cincin sebagai tempat mengikat tasi atau kawat baja. Pada bagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia dan bulu ayam yang diikat dengan

monofilamen (no 2). Mata pancing pada alat tangkap pole and line tidak mempunyai kait balik seperti mata pancing yang lain pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terlepasnya ikan pada saat disentakkan. Pole and line juga tidak menggunakan umpan dimata pancingnya, tetapi digantikan oleh umpan tiruan berupa guntingan tali rafia dan bulu ayam. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas alat tangkap karena cakalang termasuk pemangsa yang rakus.

(5) Payang

Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish) dimana kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan supaya masuk ke dalam kantong. Dalam operasi penangkapannya banyak dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon, di mana ikan-ikan yang ada pada rumpon digiring masuk ke dalam kantong payang walaupun dalam operasi penangkapannya tidak selalu menggunakan rumpon. Alat tangkap ini banyak digunakan di perairan Indonesia. Di Sulawesi Selatan alat tangkap ini banyak digunakan di Perairan selat Makassar, terutama di Teluk Mandar. Alat tangkap ini terdiri dari dua sayap, terbuat dari jaring yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon multifilament. Sebagai contoh alat tangkap payang yang dioperasikan di Pulau Ponelo Kwandang, mesh size sayapnya masing-masing berukuran 48 bagian badannya antara 8- 15 cm dan bagian kantonnya berukuran 1-1.5 cm. Ukuran sayap semakin kecil kearah kantong dan pada bagian sayap diberikan pelampung. Supaya sayap tersebut terentang dalam air maka diberikan pemberat. Fungsi sayap adalah menakuti ikan agar masuk ke dalam kantong. Ujung kedua sayap dihubungkan dengan tali penarik, pada bagian sebelah kanan diberi pelampung tanda, sedangkan pada tali penarik lainnya diikatkan di kapal. Setelah alat tangkap ini telah tersusun dengan baik diatas kapal maka setelah tiba di fishing ground, jika menggunakan alat bantu rumpon maka terlebih dahulu harus ditangani dengan memperhatikan arah arus. Karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan dengan arah arus. Jika arah arus dari barat maka posisi ikan berada pada sisi timur rumpon.

Setelah itu jaring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, kemudian mengelilingi rumpon, penauran jaring dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring ditarik ke atas perahu. Sebagian awak kapal tetap bertugas pada rumpon sehingga tetap seperti semula. Operasi penangkapan dianggap selesai jika kantong jaring telah tiba di atas perahu. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang adalah layang (Decapterus sp), selar (Caranx sp), kembung (Restralliger sp), sardin (Sardinella sp). Jadi umumnya yang tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan layang merupakan hasil tangkapan yang dominan.

(6) Jaring insang (Gill net)

Gill Net Tetap yang digunakan dalam penelitian adalah gill net tetap yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar, yang mana panjang jaring lebih besar dibandingkan lebarnya. Jaring gill net tetap yang digunakan terdiri dari 25 unit jaring dengan panjang masing-masing 24 meter/unit dan lebarnya 2.5 meter dengan mesh size 3.5 inci dan bahan jaring terbuat dari bahan monofilament

(tasi) dengan nomor bahan 40. 1 (satu) piece jaring dengan panjang kebawah (lebar) 5 meter dibagi dua sehingga menghasilkan 2 unit jaring. Kemudian dirangkai dengan menggunakan tali yang terbuat dari polyethilen dengan nomor bahan 5 dan diberikan pemberat batu pada tiap 1 bagian unit jaring dengan jumlah pemberat batu yang digunakan sebanyak 26 buah berat masing-masing 0.5 kg, tujuannya agar jaring menetap di perairan. Jadi panjang keseluruhan jaring 25 x 24= 600 meter. Tali ris atas terbuat dari bahan poliethylen dengan nomor bahan 5 dan 3. Tali ris bawah terbuat dari bahan poliethylen dengan nomor bahan 2.5. Pelampung yang berbentuk elips

terbuat dari fibre glass dengan diameter 1.5 cm dengan jumlah 24 buah untuk 1 unit bagian jaring dengan jarak tiap pelampung 36 mata jaring yang dipasang merata di tali pelampung. Jumlah pelampung yang digunakan sebanyak 24 buah x 25 unit bagian jaring yaitu 600 buah untuk keseluruhan jaring. Pemberat berbentuk elips dengan diameter 0.25 cm dipasang pada bagian jaring dengan jarak antara pemberat 30 cm dengan jarak tiap pemberat 9 mata jaring. Jadi jumlah pemberatnya 90 buah yang dipasang pada tali pemberat untuk 1 unit bagian jaring. Total pemberat yang digunakan adalah 90 buah x 25 unit bagian jaring yaitu 2 250 buah untuk keseluruhan jaring. Pada ujung gill net (yang pertama diturunkan sewaktu operasi) dipasang sebuah tali yang disebut tali selambar depan yang berguna untuk mengikatkan ujung gill net dengan pelampung tanda dengan panjang ± 40 meter terbuat dari bahan

poliethylen dengan nomor bahan 9.