• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Analisis Inferensial

1. Jenis Usaha :

b. Makanan 8 22% c. Kerajinan 4 11% d. Farmasi 1 3% e. Konveksi 5 14% f. Agrobisnis 4 11% g. Service / Jasa 9 24% 2 Sektor Usaha a. Perdagangan 11 30%

b. Industri, Agrobisnis, Jasa 26 70% 3 Lama Usaha a. < 10 tahun 11 30% b. > 10 tahun 26 70% 4 Periode Kredit a. Sebelum tahun 2009 16 43% b. Setelah Tahun 2009 21 57%

5 Jangka Waktu Kredit

a. 12 Bulan 21 57% b. 24 Bulan 16 43% 6 Plafon Kredit a. < dari 40 Juta 17 46% b. > dari 40 Juta 20 54% 7 Total Asset a. < dari 100 Juta 27 73% b. > dari 100 Juta 20 54%

F. Analisis Deskriptif

Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sejauh mana suatu perusahaan telah mengoptimalkan pengelolaan aset dan kewajibannya dalam memaksimalkan laba, oleh karenanya analisa rasio profitabilitas akan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya dalam pencapaian laba. Sedangkan Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efiktivitas pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Seperti telah disampaikan dimuka bahwa analisa profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang digunakan dalam kajian ini adalah profit margin (PM), return on asset, (ROA), return on total assets (ROTA), perputaran modal kerja ( working capitaltTurn over), Penjualan dan perubahan jumlah tenaga kerja.

Perbandingan Rasio profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang dicapai oleh mitra binaan PT Sucofindo (Persero) sebelum dan setelah pemberian kredit sebagaimana terlihat dalam Lampiran 3. Dari Lampiran 3 tersebut di atas jika dikelompokkan berdasarkan: jenis usaha (Perdagangan dan Industri kecil, Agrobisnis dan Jasa), jangka waktu kredit (12 bulan dan 24 bulan), lama usaha (kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun), total aset (kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta), pemberian kredit (sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2009) dan plafon kredit (kurang dari Rp 40 juta dan lebih dari Rp 40 juta) dapat disajikan sebagai berikut:

a) Berdasarkan jenis/sektor usaha.

Jenis/sektor usaha mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terdiri dari dua kelompok yaitu sektor usaha perdagangan dan sektor usaha industri kecil, agrobisnis dan jasa, seperti pada Lampiran 4.

b) Berdasarkan jangka waktu kredit.

Jangka waktu kredit kepada mitra binaan terbagi dalam dua kelompok yaitu kredit dengan jangka waktu 12 bulan dan kredit dengan jangka waktu 24 bulan, seperti dalam Lampiran 5.

c) Berdasarkan lama usaha.

Lama usaha mitra binaan yang diberikan kredit terbagi dalam dua kelompok yaitu kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun, seperti dalam Lampiran 6.

d) Berdasarkan total aset.

Total aset mitra binaan terdiri dari dua kelompok yaitu total aset kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta, seperti dalam Lampiran 7. e) Berdasarkan tahun pencairan / realisasi kredit.

Tahun pencairan atau realisasi kredit terdiri dari dua kelompok yaitu

pencairan kredit ≤ tahun 2009 dan ≥ tahun 2009, seperti dalam

Lampiran 8.

f) Berdasarkan plafon kredit.

Plafon atau besaran kredit yang diberikan kepada mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terbagi dua kelompok yaitu kredit ≤ dari Rp 40

juta dan kredit ≥ dari Rp 40 juta, seperti dalam Lampiran 9.

Berdasarkan Lampiran 3 – 9 tersebut, dapat disampaikan pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada tabel 9 – 14.

1. Analisis Profit Margin (PM)

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata profit margin (PM) disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan pada Tabel 9, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja profit margin (PM) usaha mitra binaan adalah :

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap PM.

Tabel 9 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan profit margin (PM) No Keterangan PM ( % ) Pengaruh/ Kenaikan % Sebelum Sesudah

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 18 21 3

2 24 Bulan 22 24 2

3 Rataan 20,00 22,50 2,50

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 17 20 3

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 21 24 3

3 Rataan 19,00 22,00 3,00 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 22 23 1 2 ≥ 10 Tahun 19 22 3 3 Rataan 20,50 22,50 2,00 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 19 21 2

2 Tahun 2009 dan Setelah

2009 20 23 3 3 Rataan 19,50 22,00 2,50 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 18 21 3 2 ≥ 40 Juta 21 24 3 3 Rataan 19,50 22,50 3,00 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 18 21 3 2 ≥ 100 Juta 23 27 4 3 Rataan 20,50 24,00 3,50

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar

2 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun

mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan

dengan lama usaha ≤ 10 tahun.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan

PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta dan ≥ Rp 40 juta memberikan kenaikan yang sama terhadap PM.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar

3,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100

juta mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset < Rp 100 juta.

2. Analisis Return On Total Assets (ROTA).

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata ROTA, seperti disajikan dalam Tabel 10.

Berdasarkan pada Tabel 10 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja return on total assets (ROTA) usaha mitra binaan adalah:

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA.

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar

4 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun dan lama usaha ≤ 10 tahun memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan

ROTA lebih tinggi sebesar 3 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

Tabel 10 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROTA

No Keterangan ROTA ( % )

Pengaruh/ Kenaikan

% Sebelum Sesudah

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 15 21 6

2 24 Bulan 10 14 4

3 Rataan 12,5 17,5 5

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 15 20 5

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 12 17 5

3 Rataan 13,5 18,5 5 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 14 18 4 2 ≥ 10 Tahun 13 17 4 3 Rataan 13,5 17,5 4 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 15 17 2

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 13 18 5

3 Rataan 14 17,5 3,5 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 15 20 5 2 ≥ 40 Juta 11 15 4 3 Rataan 13 17,5 4,5 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 15 20 5 2 ≥ 100 Juta 8 10 2 3 Rataan 11,5 15 3,5

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 4,5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 1 % dibanding besaran kredit ≥ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar

100 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 3 %

dibandingkan dengan total aset ≥ Rp 100 juta.

3. Analisis Return On Equity (ROE).

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata ROE, seperti disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROE

No Keterangan ROE ( % )

Pengaruh/ Kenaikan

% Sebelum Sesudah

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 13 19 6

2 24 Bulan 18 24 6

3 Rataan 15,5 21,5 6

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 14 20 6

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 16 22 6

3 Rataan 15 21 6 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 16 21 5 2 ≥ 10 Tahun 15 21 6 3 Rataan 15,5 21 5,5 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 15 20 5

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 15 22 7

3 Rataan 15 21 6 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 13 18 5 2 ≥ 40 Juta 17 24 7 3 Rataan 15 21 6 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 14 20 6 2 ≥ 100 Juta 17 24 7 3 Rataan 15,5 22 6,5

Berdasarkan pada Tabel 11 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) usaha mitra binaan adalah :

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan dan jangka waktu 24 bulan memberikan kenaikan rataan ROE yang sama terhadap ROE.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan rataan yang sama terhadap ROE.

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar

5,5 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10

tahun mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 %

dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, besaran kredit

≥ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 2 % dibanding besaran kredit ≤ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar

6,50% terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100

juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 %

dibandingkan dengan total aset ≤ Rp 100 juta.

4. Analisis Perputaran Modal Kerja (PMK)

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata perputaran modal kerja disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PMK

No Keterangan PMK ( % )

Pengaruh/ Kenaikan Sebelum Sesudah %

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 12 14 2

2 24 Bulan 16 19 3

3 Rataan 14 16,5 2,5

Tabel 12 Lanjutan

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 12 12 0

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 14 17 3

3 Rataan 13 14,5 1,5 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 14 16 2 2 ≥ 10 Tahun 13 16 3 3 Rataan 13,5 16 2,5 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 14 17 3

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 13 16 3

3 Rataan 13,5 16,5 3 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 11 14 3 2 ≥ 40 Juta 15 18 3 3 Rataan 13 16 3 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 13 16 3 2 ≥ 100 Juta 15 17 2 3 Rataan 14 16,5 2,5

Berdasarkan pada Tabel 12 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja perputaran modal kerja (working capital turn over) usaha mitra binaan adalah :

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 1,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar

2,5% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 %

dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan PMK sama.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, besaran kredit

≥ Rp 40 juta dan besaran kredit ≤ Rp 40 juta mempunyai kenaikan

rataan PMK yang sama.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar

2,50% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp 100

juta mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 %

dibandingkan dengan total aset ≥ Rp 100 juta.

5. Analisis Omset Penjualan

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata omset penjualan disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan pada Tabel 13 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja omset penjualan usaha mitra binaan adalah:

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 19,3% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 4,1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.

Tabel 13 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan omset penjualan. NO.

Keterangan Omset Penjualan

Pengaruh / Kenaikan

Sebelum Sesudah %

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 30.183.766 35.404.914 17,3% 2 24 Bulan 72.732.040 88.294.434 21,4%

3 Rataan 51.457.903 61.849.674 19,3%

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 33.585.825 39.447.563 17,5% 2 Industri, Agrobisnis, Jasa 41.209.423 50.590.577 22,8%

3 Rataan 37.397.624 45.019.070 20,1% C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 36.262.500 43.725.000 20,6% 2 ≥ 10 Tahun 39.562.500 48.456.250 22,5% 3 Rataan 37.912.500 46.090.625 21,5% Tabel 13 lanjutan D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 40.662.350 49.373.500 21,4% 2 Tahun 2009 dan Setelah

2009 38.306.133 46.501.600 21,4% 3 Rataan 39.484.241 47.937.550 21,4% E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 28.305.534 34.001.365 20,1% 2 ≥ 40 Juta 47.984.750 58.562.750 22,0% 3 Rataan 38.145.142 46.282.057 21,1% F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 32.169.966 38.593.637 20,0% 2 ≥ 100 Juta 57.230.000 70.725.000 23,6% 3 Rataan 44.699.983 54.659.318 21,8%

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 20,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 5,3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan.

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 21,5% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, lama

usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 21,4% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan omset penjualan yang sama.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 21,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan,

besaran kredit ≥ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan besaran

kredit ≤ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 21,9% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 3,6% dibandingkan dengan total asset ≤ Rp 100 juta.

6. Analisis Jumlah Pegawai

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata jumlah pegawai yang disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan pada Tabel 14 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja jumlah pegawai usaha mitra binaan adalah:

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 18,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 2,5% dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,4% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, sektor perdagangan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 0,6% dibandingkan dengan sektor usaha sektor industri, agrobisnis dan jasa.

Tabel 14 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan jumlah pegawai

NO. Keterangan Jumlah Pegawai

Pengaruh / Kenaikan

Sebelum Sesudah %

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 5 6 20,0%

2 24 Bulan 12 14 17,5%

3 Rataan 8,5 10 18,7%

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 6 7 16,7%

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 7 8 16,1%

3 Rataan 6,5 7,5 16,4% C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 6 7 16,7% 2 ≥ 10 Tahun 6 7 16,7% 3 Rataan 6,0 7,0 16,7% D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 7 8 18,0%

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 6 7 19,8%

3 Rataan 6,5 7,5 18,9% E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 5 6 20,0% 2 ≥ 40 Juta 8 9 14,3% 3 Rataan 6,5 7,5 17,1% F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 6 7 16,7% 2 ≥ 100 Juta 8 9 13,2% 3 Rataan 7,0 8,0 14,9%

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, lama

usaha ≥ 10 tahun dan lama usaha ≤ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai yang sama.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 18,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 1,8% dibanding dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 17,1% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, besaran kredit ≤ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 5,7% dibandingkan dengan besaran kredit

≥ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 14,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 3,5% dibandingkan dengan total asset ≥ Rp 100 juta.

G. Analisis Inferensial

1. Hasil Uji t

Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja

--- Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P --- PMDift 37 0.02824 0.01523 0.00250 (0.02316, 0.03332) 11.28 0.000 ROTADift 37 0.04609 0.02321 0.00382 (0.03835, 0.05383) 12.08 0.000 ROEDift 37 0.05960 0.02845 0.00468 (0.05011, 0.06908) 12.74 0.000 PMKDift 37 2.626 2.033 0.334 ( 1.948, 3.304) 7.86 0.000 SaleDift 37 0.2175 0.0857 0.0141 ( 0.1889, 0.2461) 15.44 0.000 WorkDift 37 0.1978 0.2444 0.0402 ( 0.1163, 0.2793) 4.92 0.000 ---

Rata-rata perubahan PM adalah 0.028 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.015 dan 0.003, rata-rata perubahan ROTA adalah 0.046 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.023 dan 0.004, rata- rata perubahan ROE adalah 0.060 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.023 dan 0.005. Adapun rata-rata perubahan PMK adalah 2.626 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 2.033 dan 0.334, rata-rata perubahan penjualan adalah 0.218 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.086 dan 0.014. Sedangkan rata-rata perubahan jumlah pekerja adalah 0.198 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.244 dan 0.040.

Hasil uji-t atas hipotesis (Tabel 15) , menunjukkan nilai – p yang lebih kecil dari 0.05, sehingga keputusan ujinya pada adalah tolak H0, baik untuk perubahan PM (PMDift), ROTA (ROTADift), ROE (ROEDift), PMK (PMKDift), Penjualan (SaleDift), maupun jumlah pekerja(WorkDift). Dengan keputusan uji ini maka dapat disimpulkan bahwa nilai-tengah ukuran-ukuran kinerja tersebut adalah lebih dari nol. Dengan kata lain, telah terjadi peningkatan kinerja pada keadaan setelah menerima bantuan dari keadaan sebelum mendapat bantuan. Hal ini tampak pula dari selang kepercayaan 95% bagi nilai-tengah perubahan kinerja yang batas bawah dan batas atasnya masing-masing bernilai positif.

2. Hasil Uji F

Hasil uji F atas model analisis ragam perubahan kinerja sebagai peubah respon pada lima peubah faktor disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil Uji-F model Analisis Ragam Perubahan Kinerja Pada Lima Peubah Faktor

Faktor Nilai-p dari uji-F untuk peubah respon

PM ROTA ROE PMK Penjualan Pekerja

Keseluruhan 0.1871 0.0357 0.3897 0.0264 0.2651 0.2624 Sektor Usaha 0.8597 0.0221 0.9090 0.8793 0.9485 0.3617 Jangka waktu kredit 0.4278 0.1100 0.1020 0.0085 0.0114 0.0868 Pemberian kredit 0.0884 0.7159 0.1206 0.8104 0.9683 0.1440 Plafon Kredit 0.7266 0.2726 0.6469 0.5255 0.5088 0.5082 Total asset 0.0283 0.0914 0.3934 0.0072 0.9485 0.6397

Uji atas keseluruhan model menunjukkan bahwa peubah respon memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktor adalah peubah ROTA dan PMK dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.05. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa variasi perubahan nilai ROTA dan variasi perubahan nilai PMK terkait dengan perbedaan pada nilai-nilai peubah faktor.

Untuk peubah ROTA, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan ROTA ini adalah jenis usaha dan total asset, masing-masing

dengan nilai-p 0.0221 dan 0.0914. Dari nilai-p ini, jenis usaha dapat dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai ROTA pada taraf nyata 0.05, sedangkan total asset signifikan pada taraf nyata 0.10. Rata-rata perubahan nilai ROTA pada berbagai sektor (Gambar 2) menunjukkan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan menunjukkan perubahan nilai ROTA yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor jasa.

Gambar 2 Rata-rata perubahan ROTA pada sektor usaha yang berbeda

Perubahan nilai ROTA disebabkan antara lain : sektor perdagangan menjual barangnya dengan perputaran relatif cepat sehingga mempengaruhi penerimaan kas atau cash flow, biaya produksi sektor perdagangan kecil bahkan tidak ada sehingga keuntungannya cukup tinggi, tidak memerlukan sumber daya manusia atau pegawai yang banyak dan tidak membutuhkan investasi yang banyak. Rata-rata perubahan nilai ROTA pada nilai aset yang berbeda (Gambar 3) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan ROTA yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah. Pemberian pinjaman pada mitra binaan

dengan aset ≥ Rp. 100 juta pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman

senilai ≥ Rp. 40 juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang

mitra binaan dengan aset ≤ Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan nilai ROTA.

Gambar 3 Rata-rata perubahan ROTA pada total aset yang berbeda

Untuk peubah PMK, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan PMK ini adalah jangka waktu kredit dan total asset, masing- masing dengan nilai-p 0.0085 dan 0.0072. Dari nilai-p ini, kedua faktor ini dapat dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai PMK pada taraf nyata 0.01. Rata-rata perubahan nilai PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda (Gambar 4) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan menunjukkan perubahan nilai PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka waktu kredit 12 bulan. Pinjaman dengan jangka waktu 24 bulan terdapat sektor agribisnis yang perputaran modal kerjanya setahun hanya 2 atau 3 kali sebagai contoh usaha pengemukan sapi dan ikan hias sedangkan sektor perdagangan dan jasa hanya membeli produk jadi yang dijual langsung sangat berpengaruh pada peningkatan PMK.

Gambar 4 Rata-rata perubahan PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda

Rata-rata perubahan nilai PMK pada nilai aset yang berbeda (Gambar 5) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah.

Gambar 5 Rata-rata perubahan PMK pada total aset yang berbeda

Pemberian pinjaman pada mitra binaan dengan aset ≥ Rp. 100 juta

banyak terdapat pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi

memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman senilai ≥ Rp. 40

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 12 bln 24 bln 2.10 3.31

juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan PMK sedangkan pemberian bantuan pada mitra binaan dengan

aset ≤ Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako

sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan PMK.

Hasil Uji-F untuk keseluruhan model bagi empat peubah respon lainnya, yaitu (1) PM, (2) ROE, (3) Penjualan, dan (4) jumlah pekerja, menunjukkan bahwa keempat peubah respon tidak dapat dikatakan memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktornya, dengan nilai-p masing-masing lebih dari 0.05. Namun demikian uji-F masing-masing faktor menunjukkan bahwa beberapa faktor dapat dikatakan berpengaruh signifikan terhadap peubah respon. Untuk perubahan nilai PM, pemberian kredit dan total aset tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.10, dan kurang dari 0.05. Untuk perubahan nilai ROE, jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p sedikit lebih besar dari 0.10. Adapun untuk peubah Penjualan dan jumlah pekerja, jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.05, dan kurang dari 0.10.

Dokumen terkait