BAB III PRINSIP-PRINSIP HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
C. Prinsip-Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen Terkait Pengaturan Tata
2. Jenis dan Mutu Beras
Berbagai jenis beras yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat kini, semua jenis beras memiliki keunggulan dan kualitasnya masing-masing. Berikut ini beberapa jenis padi yang terdapat didunia dan jenis-jenis padi yang ditanam oleh petani Indonesia.170
1) Padi Makan ( Oryza Sativa)
Sesuai namanya Sativa berasal dari kata Latin yang berarti makan mengenyangkan, yang memuaskan. Jenis padi ini banyak ditanam orang untuk
168
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :12/M-DAG/PER/4/2008, Pasal 13 ayat (1) dan (2)..
169
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :12/M-DAG/PER/4/2008, Pasal 14.
170
dijadikan makanan. Beras yang dihasilkan sangat berbeda dalam rasa, bentuk, tekstur dan warnanya, sangat tergantung pada verietas dan kultuvanya. Rasa nasi yang dihasilkan ada yang pulen dan ada pula yang pera. Nasi pulen adalah nasi yang terasa agak lunak bila dimakan. Nasi terasa pulen karena banyak mengandung amilosa (amilopektin). Semakin tinggi kadar amilosanya, semakin pulen nasi yang dimasak karena banyak mengandung zat perekat.
Padi makan memiliki 4 varietas, yaitu :
a). Padi makan India (Oryza sativa Var. Indica).
Verietas padi ini banyak ditanam di India dan daerah tropis lainnya. Beras dari verietas ini berbentuk memanjang dan nasinya pera. Gabah varietas ini berambut pendek.
b). Padi Makan Jawa (Oryza sativa Var. Javanica).
Varietas ini banyak ditanam di Indonesia dan didaerah tropis lainnya. Rasa nasinya relatif lebih enak dan lebih pulen daripada padi makan India. Gabah berambut kasar dan panjang. Bentuk berasnya memanjang agak membulat bila dibandingkan dengan beras padi makan India. Varietas padi makan Jawa memiliki banyak kultivar, baik lokal, introduksi dari luar, maupun hasil rekayasa lembaga pembuat benih. Beberapa Kulitivar lokal adalah padi ‘Cianjur’, ‘Raja Lele’, ‘Kruing’,’Padi Geulis’, juga kultivar-kultivar dari jenis padi gogo. Terdapat pulakultivar lokal yang ditanam didanau dan air dalam. Adapun kultivar rekayasa dan impor meliputi padi ‘PB 5’,‘PB 8’,‘IR 34’,‘IR 37’,’IR 38’, Pelita’,’C4’,’Jelita’, ‘Sinta’,’Dewitara’, ‘Batara’, ‘Dara’, dan lain-lain. Padi gogo
adalah tanaman padi yang ditanam dilahan kering, tetapi bila datang hujan, ladang padi akan terisi air. Nasi padi gogo berwarna agak merah dan agak pulen.
c). Padi Ketan ( Oryza sativa Var. Glutinosa).
Varietas ini memiliki kandungan amilosa yang tinggi sehingga nasi terasa lengket. Padi ketan terdiri atas dua warna : Padi ketan putih dan ketan hitam (merah kehitaman). Padi ketan pada umumnya ditanam hanya untuki keperluan tertentu, biasanya untuk membuat kue-kue tradisional dan upacara adat. Tanaman ini mirip dengan varietas padi makan yang lainnya, hanya bulir-bulir gabahnya lebih panjang dan ujung-ujungnya lebih lancip. Secara umum, masyarakat Indonesia mengenal padi makan dan padi ketan sebagai dua jenis padi yang berbeda.
d). Padi makan Jepang ( Oryza sativa Var. Japonica).
Varietas padi ini umumnya ditanam didaerah subtropis seperti Jepang, Cina, dan Taiwan. Bentuk berasnya agak oval dan nasinya pulen. Gabah berambut pendek.
2). Padi Afrika (Oryza Glaberima).
Jenis padi ini tumbuh didaerahtropis. Jenis padi ini banyak ditanam oleh penduduk di Afrika Barat.
3). Padi Monyet atau Padi Kecil (Oryza minuta).
Jenis ini merupakan padi dengan ukuran ramping. Tinggi batangnya 0,6-1,5 m dan tumbuh dengan tegak. Cabang malai bunganya berukuran 4-5 mm dengan diameter 2,5-3mm. Daun lanset linier dengan panjang 13-80 cm dan berdiameter
7-30 mm. Tumbuh liar didaerah pantai, paya-paya, dan rawa-rawa. Juga didapati tumbuh dihutan jatidan lahan-lahan tak terurus disekitar tambak ikan. Biasanya padi kecil ini tumbuh sampai ketinggian 400 meter diatas permukaan laut. Padi liar ini dapat digunakan sebagai indukan pada pembuatan kultivar padi unggulan.
4) Padi Lodoran (Oryza Granulata).
Jenis padi liar ini memiliki ketahanan terhadap hama yang cukup baik. Sebagai bahan indukan, jenis ini pun dapat dikawinkan dengan jenis lain berbuah lebat, tetapi kurang tahan penyakit. Ciri khas jenis ini adalah memiliki tangkai karangan bunga yang panjang 30-75 cm sehingga dijadikan induk dan dikawinkan dengan jenis yang buahnya padat, tetapi tangkainya pendek. Kultivar yang diharapkan adalah tangkai panjang dengan buah rapat dan banyak. Padi yang unik, pendek, tetapi tangkai karangan bunganya panjang. Jenis ini merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh dirawa-rawa dan paya-paya tepi pantai juga sering tumbuh dibawah kerindangan pohon-pohon jati.
5). Padi meyer ( Oryza Meyeriana).
Padi liar ini banyak tumbuh di rawa dan paya didaerah pantai sampai daerah perbukitan dengan ketinggian 900 meter diatas permukaan laut. Kerap kali tumbuh ditepi hutan dan dibawah pepohonan hutan jati. Herba yang tumbuh tegak ini batangnya mencapai 0,5- 1m.
TABEL 1 Rincian Jenis Beras
NO. POS TARIF/HS URAIAN BARANG
10.06 Beras
1. 1006.10.00.00 -Beras berkulit (padi atau gabah)
1006.20 -Gabah dikuliti:
2. 1006.20.10.00 --Beras Thai Hom Mali. 3. 1006.20.90.00 --Lain-lain.
1006.30 -Beras setengah digiling atau digiling
seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun tidak. --Beras wangi
4. 1006.30.15.00 --Beras Thai Hom Mali 5. 1006.30.19.00 ---Lain-lain
6. 1006.30.20.00 --Beras setengah matang 7. 1006.30.30.00 --Beras ketan pulut; 8. 1006.30.90.00 --Lain-lain
9. 1006.40.00.00 -Beras pecah
1102.90.00 -Lain-lain 10. 1102.90.00.10 --Tepung beras 11. 1102.90.00.90 --Lain-lain
11.03 Menir, tepung kasar dan palet serealia -Menir dan tepung kasar
1103.19 --Dari serealia lainnya 12. 1103.19.20.00 ---Dari Beras
Sumber: Lampiran I Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 12/M- DAG/PER/4/2008 Tanggal 11 April 2008.
Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras yang kini beredar di pasaran, mempunyai kemasan bermerek dan juga kemasan tak bermerek dan/atau beras curah. Sebenarnya pembeli ingin beras kualitas bagus, namun mendapatkan beras berkualitas jelek. Bahkan seringkali mendapat campuran bahan kimia tambahan yang merugikan kesehatan. Panduan mengetahui mutu beras yang baik dapat dilihat di SNI 6128:2008 tentang Beras. Isinya antara lain memuat persyaratan mutu dan keamanan pangan. Standar mutu beras terdiri atas persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum beras adalah:171
a. bebas hama dan penyakit; Beras lama biasanya mulai berkutu. Namun kalau berkutu, justru pertanda beras tersebut tidak mengandung zat kimia.
171
“Persyaratan Jaminan Mutu dan keamanan Pangan Produk Beras.”,
Namun tentu ini bukan merupakan beras terbaik. Beras yang baru juga ada kemungkinan berkutu karena tertular dari beras lainnya yang sudah berkutu.
b. bebas bau apek, asam, atau bau asing lainnya; Beras yang sudah lama (lebih dari satu bulan) biasanya sudah berbau apek, apalagi sebelum digiling gabah belum benar-benar kering.
c. bebas dari campuran dedak dan bekatul;
d. bebas dari bahan kimia yang membahayakan dan merugikan konsumen,antara lain:
1) Zat Pewangi;
Beras yang dapat mengeluarkan aroma wangi hanya beras Pandan Wangi. dengan ciri-ciri : butiran tidak panjang, cenderung bulat, berwarna sedikit kekuningan tapi tidak putih namun bening. Jika terdapat beras dengan bulir panjang tetapi wangi, hampir dapat dipastikan beras telah dicampur dengan pewangi kimia.
2) Zat Pelicin;
Beras dengan tambahan Zat Pelicin bila diremas berasnya banyak menempel di tangan. Tentunya untuk melakukan pengujian ini tangan harus kering, tidak basah atau berkeringat. Jika tidak mengandung zat pelicin biasanya bulir beras yang menempel di tangan tidak terlalu banyak.
3) Zat Pemutih;
Beras sering mengandung zat pemutih kimia. Banyak sekali jenis zat pemutih yang digunakan oleh pabrik beras. Misalnya: tawas, kaporit, bahkan deterjen dan pemutih pakaian seperti bayclin. Untuk mengetahui hal ini bisa dilihat jika putihnya terlalu putih dan tidak ada warna alami beras sama sekali (bening kekuningan), maka beras tersebut patut diwaspadai.
Persyaratan khusus tertuang dalam tabel berikut :
Tabel 2
Mutu Beras berdasarkan SNI 6128:2008
No Komponen mutu Satuan Mutu Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV Mutu V
1 Derajat sosoh (min) % 100 100 95 95 85
2 Kadar air (maks) % 14 14 14 14 15
3 Butir kepala (min) % 95 89 78 73 60
4 Butir patah (maks) % 5 10 20 25 35
5 Butir menir (maks) % 0 1 2 2 5
6 Butir merah (maks) % 0 1 2 3 3
7 Butir kuning/rusak(maks) % 0 1 2 3 5
9 Benda asing(maks) % 0 0,02 0,02 0,05 0,02 10 Butir gabah (maks) (butir/100g) 0 1 1 2 3
Sumber : “Persyaratan Jaminan Mutu dan keamanan Pangan Produk Beras.”,
2014.
Dalam SNI 6128:2008 tentang beras memuat rekomendasi untuk menjamin keamanan pangan, yaitu pengujian kemungkinan adanya cemaran logam berat dan residu pestisida. Untuk cemaran logam berat mengacu SNI 7387 : 2009 Batasan Cemaran maksimum pada logam berat dengan metode pengujian mengacu pada Codex STAN 228-2001. Regulasi Kementerian Pertanian untuk Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan salah satunya dituangkan dalam Peraturan Kementerian Pertanian No : 20/ Permentan/ OT.140/2 / 2010 Tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian. Peraturan ini menyatakan bahwa Sistem jaminan mutu dan keamanan pangan terdiri dari GAP, GHP, GMP, HACCP dan ISO 22.000, Sistem Pangan Organik dan Sistem Jaminan Varietas. Beras yang produksinya menerapkan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan pangan dalam kemasan antara lain bisa berlogo berikut :172
a. Sistem Pangan Organik yaitu beras yang dibudidayakan tanpa input kimia sintetis (pupuk, pestisida) serta budidaya memperhatikan kelestarian lingkungan
172 Ibid.
b. Sistem Jaminan Varietas yaitu beras diproduksi memberikan jaminan varietas.
c. Sistem GAP, GHP, GMP, HACCP dan ISO 22000 yaitu beras diproduksi menerapkan sistem manajemen mutu HACCP atau ISO 22000.
Ukuran dan bentuk butiran/biji merupakan dasar dalam menentukan mutu beras di pasar dunia yang secara umum digolongkan atas kriteria :
(a) Sangat panjang/very long grain (> 7 mm)
(b) Panjang/long grain (6,0-6,9 mm),
(c) Sedang/medium grain (5,0-5,9 mm)
(d) Pendek/short grain (<5,0 mm).
Sedangkan bentuk beras dibagi 3 tipe, yaitu lonjong/ ramping, sedang dan bulat.
Menurut Efferson (1985) konsumen menentukan harga dan mutu beras dari penampilan fisiknya, tanpa beras tersebut diproses atau dimasak. Konsumen memiliki aturannya sendiritentang mutu beras tersebut. Konsumen menginginkan butur patah yang sedikit, tidak ada campuran benda asing,gulma dan gabah yang tidak tergiling, bentuk biji relatif seragam,tidak ada campuran varietas lain, penyosohan sempurna dan warna beras bening, serta aromanya yang menarik. Secara ringkas bahwa ukuran, bentuk, dan penampilan beras menentukan tingkat penerimaan pasar terhadap beras. BULOG (1987) menentukan mutu beras berdasarkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif. Persyaratan kualitatif adalah bebas hama dan penyakit hidup, bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya,
bebas dari campuran dedak dan katul, serta bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang berbahaya. Persyaratan kuantitatif terdiri dari kadar air, derajat sosoh, butir utuh, butir patah, menir, butir kapur/hijau, butir kuning/rusak, butir merah dan butir gabah.173
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pasal 21 menyatakan setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan bertanggung jawab menyelenggarakan sitem jaminan mutu sesuai dengan jenis pangan yang diprodusi. Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, perindustrian,kesehatan atau Kepala Badan berwenang mewajibkan penerapan standar atau persyaratan lain yang berkenaan dengan sistem jaminan mutu sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Menteri yang bertanggung jawab dibidang pertanian atau perikanan sesuai dengan bidang tugasdan kewenangan masing- masing, berwenang menetapkan jenis pangan segar yang wajib diuji secara laboratoris sebelum diedarkan. Pengujian dilakukan di laboratorium pemerintah atau laboratorium lain yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional atau Lembaga Akreditasi lain yang diakui oleh Komite Akreditasi Nasional.174
173
Fauziah A.R, Noortasiah dan Tazrin Nor, Cara Pengujian mutu Fisik Gabah dan Beras, (Banjarbaru : Temu Teknis Fungsional Non Peneliti, 2001),
Pasal 37 Undang-Undang Pangan menyatakan Impor pangan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri wajib memenuhi persyaratan
pada tanggal 2 Februari 2014. 174
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pasal 21.
keamanan, mutu, gizi dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.175