• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Di Luar Kebijakan Tarif dan Non-Tarif

BAB II PENGATURAN TATA NIAGA BERAS DI INDONESIA PADA ERA

D. Perlindungan Terhadap Petani Dalam Negeri Terkait Liberalisas

2. Perlindungan Di Luar Kebijakan Tarif dan Non-Tarif

Tujuan dari Agriculture Agreement adalah untuk mengadakan reformasi perdagangan sektor pertanian dan membuat kebijaksanaan perdagangan berorentasi pasar, sehingga dapat meingktakan predictibility dan security bagi

86

negara-negara pengimpor dan pengekspor. Ketentuan dan komitmen ini meliputi :87

a) Market access : berbagai hambatan perdagangan yang dihadapi impor.

b) Domestic support : subsidi dan program lain, termasuk tindakan untuk

meningkatkan atau menjamin harga hasil pertanian dan pengahsilan para petani.

c) Export subsidies dan metode lain yang digunakan untuk membuat ekspor

secara artifisial kompetitif.

Negara- negara anggota diperkenankan membantu ekonomi pedesaan, tetapi dianjurkan untuk menggunakan kebijaksanaan yang paling tidak mengganggu perdagangan internasional. Juga diperkenankan beberapa fleksibilitas dalam menerapkan komitmen. Negara-negara berkembang tidak perlu mengurangi subsidi atau menurunkan tarif sama seperti negara-negara maju, dan mereka diberikan waktu lebih panjang untuk memenuhikewajiban mereka. Juga dapat ketentuan khusus untuk melindungi kepentingan negara-negara yang pengadaan pangan mereka sangat tergantung pada impor, dan kepentingan negara-negara

least developed. Peace provisions yang terdapat dalam kesepakatan mengenai

hasil-hasil pertanian bertujuan untuk menghindari sengketa pertentangan mengenai subsidi di sektor pertanian paling kurang selama 9 (sembilan) tahun. 88

Dalam rangka melindungi petani beras dalam negeri pemerintah tidak hanya melakukan perlindungan melalui tariff dan non- tarif sesuai dengan kebijakan

87

Gofar Bain, Op.Cit. hlm.129. 88

perdagangan internasional. Pemerintah juga mengambil langkah kebijakan sendiri di luar kebijakan tarif dan non- tarif yang di terapkan didalam negeri, melindungi petani beras tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Perbaikan Iklim Usaha.

Semua produksi pangan punya ketergantungan alamiah terhadap alam. Itulah sebabnya mengapa pangan tertentu hanya bisa dihasilkan pada kondisi alam tertentu pula, misalnya musim penghujan/ada air. Hal ini pula yang membuat terjadinya pola tanam serempak menyebabkan panen serempak yang diikuti dengan musim tanam bersama dan masa menunggu panen berikutnya. Pola tanam demikian menghasilkan irama panen yang tidak berubah sepanjang tahun. Musim panen raya (februari - Mei dengan 60% - 65% dari total produksi), panen gadu ( Juni - September dengan 25%-30% dari total produksi) dan musim paceklik (Oktober-Januari).89

Dengan demikian petani sangat bergantung pada musim-musim tanam tersebut dan harus menganggur atau menjadi buruh musiman untuk mempertahankan hidupnya pada musim paceklik. Tanaman padi sangat bergantung pada air. Maka dari itu untuk memperbaiki iklim usaha petani, petani jangan hanya bergantung pada alam. Pemerintah dengan berbagai kebijakan telah menyiapkan berbagai jenis bibit padi unggul yang bisa ditanami dengan kualitas yang sangat baik. Pembangunan irigasi air dan sistem penyimpanan air agar air tetap bisa mengaliri sawah-sawah petani pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan

89

tidur dan lahan kering yang mengacu dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP). Selain itu, penelitian-penelitian terus dilakukan untuk mendapatkan jenis-jenis bibit padi unggul yang tahan terhadap cuaca sehingga iklim usaha petani dapat diperbaiki. Berhubungan dengan itu, Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) Los Banos, Philiphina menemukan gen padi baru yang meningkatkan hasil panen secara dramatis pada salah satu tanaman pangan yang paling penting itu, jenis tanaman padi penemuan baru itu adalah tanaman padi dengan gen Spike. 90

Selain itu, cara yang dapat ditempuh untuk memperbaiki iklim usaha petani adalah dengan mendekatkan petani dengan pasar. Agar petani dapat dekat dan menjangkau pasar pemerintah memiliki kewajiban untuk memperbaiki infrastruktur agar petani dapat dengan mudah mencapai pasar. Salah satu sumber rendahnya harga jual beras petani adalah panjangnya mata rantai pemasaran beras, sehingga petani tidak dapat memiliki keuntungan yang cukup. Untuk dapat memangkas panjangnya mata rantai penjualan beras pemerintah wajib mengawasi dan menegakkan hukum persaingan usaha, agar tercipta persaingan usaha yang sehat, tertib dan adil agar tidak terjadi kartel-kartel harga beras atau memonopoli harga beras pada tingkat pengepul/penjual besar. Pemerintah dan seluruh aparat yang berwenang juga memiliki kewajiban menegakkan hukum agar kuota impor beras tidak dipermainkan, jika hal ini terjadi penumpukan beras impor akan terjadi digudang-gudang beras pengusaha-pengusaha besar, lambat laun beras impor

90

tersebut akan beredar bebas dipasaran, hal ini akan mematikan beras produksi petani dalam negeri.

b. Akses Terhadap sumber Daya Financial

Keberdayaan petani harus dilihat sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan internal petani sekaligus juga membuka akses dan kesempatan yang lebih bagi petani untuk mendapat dukungan sumberdaya produktif maupun untuk mengembangkan usaha yang lebih mensejahterakan. Penyuluhan dan pendidikan pertanian menjadi agenda operasional yang sangat penting. Pengembangan lembaga pembiayaan dengan produk yang sesuai dengan karakter petani dan pertanian akan menentukan kemudahan akses pada sumber daya financial.91

Percepatan adopsi inovasi merupakan fasilitas permodalan usaha tani yang bisa diakses oleh petani dengan mudah. Hingga saat ini permodalan masih dianggap menjadi kendalanya. Mendapatkan modal dengan mengandalkan lembaga keungan formal yang ada, terkendala persyaratan administrasi yang tidak dapat memenuhinya sehingga peluangnya kecil. Satu-satunya sumber keuangan yang dapat diandalkan adalah lembaga jasa keuangan atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dikelola petani. Namun keberadaan LKM dilapangan masih terbatas jumlahnya. LKM adalah kelembagaan usaha yang mengelola jasa keuangan untuk membiyayai usaha pertanian skala mikro baik yang berbentuk formal dan non formal yang diprakarsai oleh masyarakat maupun pemerintah.

91

Rachmat Hendayana, “Membangun Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Komunitas

Petani”, hlm. 1.

LKM menyediakan akses keuangan kepada petani dalam bentuk pinjaman, modal, tabungan dan akses lainnya. LKM diharapkan mampu mengelola sumberdaya financial untuk melayani kebutuhan petani di lingkungan dalam upaya mengembangkan usaha ekonomi produktif dibidang pertanian.92

Selain itu, akses terhadap sumber daya financial bagi petani dapat di capai dengan cara memberdayakan koperasi khususnya koperasi kredit, Pemerintah mengembangkan program KTA (Kredit Tanpa Anggunan), karena petani tidak akan dapat meminjam uang untuk modalnya berusaha apabila tetap dimintai jaminan, hal ini dikarena sebagian besar petani Indonesia adalah miskin. Pemerintah juga membuka Grameen Bank untuk masyarakat miskin, Grameen Bank adalah sebuah organisasi kredit mikro yang memberikan pinjaman kecil kepada orang yang kurang mampu tanpa membutuhkan collateral. Sistem ini berdasarkan ide bahwa orang miskin memiliki kemapuan yang kurang digunakan. Yang berada dari kredit ini adalah pinjaman di berikan kepada kelompok perempuan produktif yang masih berada dalam status sosial miskin. Jika diterapkan dengan konsisten pola Grameen Bank ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan. Melalui sistem Grameen Bank ini petani-petani perempuan ataupun istri-istri petani dapat meminjam untuk modal usahanya yang pada akhirnya dapat mengembangkan pendapatan financialnya.93 92 Ibid. 93 Bank Grameen, 20 Februari 2014.

Di Provinsi Sumatera Utara melalui dana APBD, APBN dan Dana Pusat, yang dilakukan pemerintah membantu petani untuk meningktakan kuantitas dan kualitas beras adalah dengan memberikan:94

a) bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan Bantuan Sosial sesuai rencana usaha kelompok (RUK);

b) mendorong target tanam yang sudah disepakati dan target produksi serta peningkatan produktifitas;

c) bantuan lantai jemur (terpal);

d) bantuan Rice Milling Unit (RMU), Power Tresher, dan APPO;

e) peningkatan Sumber Daya Manusia Petani dengan memberikan penyuluhan dan informasi-informasi penting seputar pertanian, teknologi petanian;

f) peningkatan akses petani terhadap modal;

g) pengawasan terhadap penyaluran pupuk dan pestisida oleh komisi pestisida (KOMPES).

c. Program Ketahanan Pangan

Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, pemerintah melakukan ekstensifikasi lahan pertanian. Pada 2015 diharapkan luas lahan pertanian di Indonesia akan bertambah dua juta hektar. Menteri Pertanian Suswono mengatakan Upaya mencapai ketahanan pangan bisa dilakukan dengan dua hal. Pertama melakukan ekstensifikasi lahan pertanian dengan memanfaatkan lahan

94

yang ada serta lahan terlantar yang ditangani BPN (Badan Pertanahan Nasional). Kedua, melakukan optimalisasi lahan yang ada, Jika biasanya lahan panen hanya sekali setahun diharapkan bisa duakali setahun dengan meningkatkan indeks pertanamannya. Lahan bisa dimanfaatkan adalah rawa. Potensi rawa cukup besar. Ini harus dimanfaatkan. Caranya, untuk daera rawa, misalnya, dengan memperbaiki tata air mikronya. Upaya awal ini butuh biaya besar, tetapi harus dilakukan mengingat manfaatnya bagi pertanian.95

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara mengungkapkan program ketahanan pangan pemerintah dalam melindungi petani dan memajukan usaha tani yang sudah dilakukan antara lain :96

a) untuk program stabilisasi harga beras pemerintah telah melakukan kegiatan penguatan modal melalui Program Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (PLDPM);

b) untuk menjamin ketersediaan pangan di tingkat kelompok petani, Pemerintah telah merancang program penguatan cadangan pangan melalui pembangunan lumbung-lumbung pangan dan pemberian bantuan penguatan modal berubpa gabah sebagai cadangan pangan kelompok;

c) untuk mengatasi terjadinya kerawanan pangan di tingkat kelompok ataupun di pedesaan Pemerintah merancang kegiatan Desa Mandiri Pangan (DeMaPan);

95

“Lahan Pertanian Bertambah 2 Juta Ha”, Kompas, 2 Desember 2013, hlm. 15. 96

d) untuk meningkatkan pendapatan petani pemerintah merancang program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu pemanfaatan lahan perkarangan.