• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Melalui Mekanisme Tarif dan Non-Tarif

BAB II PENGATURAN TATA NIAGA BERAS DI INDONESIA PADA ERA

D. Perlindungan Terhadap Petani Dalam Negeri Terkait Liberalisas

1. Perlindungan Melalui Mekanisme Tarif dan Non-Tarif

Sejak awal tahun 1970-an kebijaksanaan perdagangan luar negeri Indonesia terutama untuk mempengaruhi pola industrialisasi melalui proteksi terhadap

81

Agustinus Handoko, “Perdagangan Multilateral Pasca-Bali”, Kompas, Selasa 17 Desember 2013, hlm. 7.

industri dalam negeri. Ciri khas kebijaksanaan proteksi yang dijalankan adalah pengendalian impor dengan instrumen tarif dan non-tarif (terutama kuota dan pembatasan/ penjatahan devisa), prosedur administrasi yang rumit dan intervensi pemerintah dalam proses industrialisasi. Tarif adalah pajak yang dipungut atas barang yang diimpor atau dapat pula diartikan sebagai pajak yang dikenakan atas barang yang diangkut dari sebuah wilayah kekuasaan politik satu ke wilayah lain, khususnya pajak atas barang yang diimpor dari wilayah kekuasaan politik satu ke wilayah lain atau tingkat pajak yang dikenakan atas barang tersebut. Tarif tinggi atas barang impor mengakibatkan harganya naik dan membuatnya kurang dapat bersaing di dalam negara pengimpor. Begitu juga dengan tarif bea masuk beras impor ke Indonesia, Beras impor dikenakan tarif bea masuk yang tinggi agar harga beras impor jauh lebih tinggi di bandingkan harga beras produksi dalam negeri. Pengenaan tarif bea masuk yang tinggi terhadap beras impor ditujukan agar harga beras dalam negeri dapat lebih kompetitif di pasaran. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber pendapatan pemerintah. Namun tujuan sesungguhnya juga adalah untuk melindungi sektor-sektor domestik tertentu. Secara lebih lengkap sifat dan fungsi tarif digambarkan oleh sebuah sumber dengan kala-kala sebagai berikut :82

Tariffs are for revanue if their primary objects are fisical; protective if designed to relieve domestic businesses from effective foreign competition; discriminatory if they apply unqually to products og diffrent countries; and retaliatory if they are designed to compell a country to remove artificial trade barriers againts the entry of another nation’s products.

82

Teks asli GATT. sebenarnya berlaku juga bagi hasil-hasil pertanian, hanya saja didalamnya terdapat loopholes (peluang untuk menghindari kewajiban), yang mengizinkan penggunaan tindakan non-tarif seperti kuota impor dan pemberian subsidi. Karenanya perdagangan hasil pertanian sangat terganggu GATT/WTO tidak melarang proteksi industri dalam negeri. Namun demikian sebagai salah satu prinsip GATT jika proteksi dilakukan maka harus melalui tarif. Salah satu tujuan pengaturan demikian adalah agar supaya ruang lingkup proteksi tadi menjadi transparan dan untuk mengurangi distorsi perdagangan yang ditimbulkannya. Diantara pengaturan terpenting untuk tujuan ini adalah dengan cara peningkatantingkatan tarif yang dirundingkan di antara negara-negara peserta GATT sebagaimana diatur dalam Pasal II.83

Disamping tarif suatu negara seringkali mengambil kebijakan perdagangan dalam bentuk pengenaan hambatan non-tarif. Hambatan non-tarif bentuknya sangat beragam. Namun hambatan non-tarif yang sering dilakukan untuk menekan lajunya jumlah impor beras ke Indonesia adalah dengan melakukan pembatasan kuota impor beras. Kuota dapat diartikan sebagai pembatasan jumlah barang yang boleh diimpor atau di ekspor. Pengaruh kuota akan sama dengan tarif bila jumlah impor ditentukan sama dengan jumlah yang akan terjadi bila dikenakan tarif. Tetapi ada satu perbedaan yang penting, kuota lebih mudah membuka peluang untuk timbulnya korupsi dan monopoli. Kuota atas impor maupun ekspor umumnya dilarang dalam Pasal XI. Namun demikian pembatasan-pembatasan atas produk pertanian, pembatasan untuk melindungi neraca pembayaran dan

83

Gofar Bain, Uruguay Round Dan Sistem Perdagangan Masa Depan, (Jakarta: Djabatan, 2011. Hlm, 128

untuk melindungi industri baru di negara-negara berkembang diizinkan dengan persyaratan-persyaratan tertentu menurut Pasal XI sampai dengan Pasal XV dan XVIII.84

Menurut Pasal III, pajak dalam negeri dan pungutan-pungutan lainnya, demikian juga peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi perdagangan dalam negeri serta produksi tidak boleh diterapkan terhadap barang-barang impor atau produk dalam negeri dengan maksud untuk memberikan proteksi terhadap produk dalam negeri. Ketentuan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Misalnya tarif suatu produk telah diikat sebesar 10% jika diimpor oleh salah satu negara GATT, akan tetapi ketentuan pengikatan tarif yang telah ditetapkan GATT tersebut tidak akan ada artinya apabila negara pengimpor dapat mengenakan pajak penjualan sebesar 10% sedangkan barang serupa yang dibuat di dalam negerinya sebesar 5%, ini sama saja dengan mengenakan tambahan 5% terhadap tarif yang sudah diikat tadi. Dengan demikian barang impor menjadi semakin sulit untuk bersaing dengan produksi lokal. Namun demikian menurut paragraf 8 Pasal tersebut, Badan Pemerintah yang melakukan pengadaan barang untuk kepentingan pemerintah dan bukan untuk dijual kembali secara komersial atau digunakan untuk produksi komersial, diperkenankan melakukan diskriminasi.85

Putaran perundingan GATT yang secara mendalam membahas hambatan non-tarif adalah Putaran Tokyo yang berlangsung dari tahun 1973 sampai 1979.

84

Gilarso, Pengantar Ilmu ekonomi Bagian Mikro Jilid 2, (Jakarta :Kanisius,1994), hlm.124.

85

Disamping merundingkan penurunan tarif seperti putaran-putaran perundingan yang sebelumnya Putaran Tokyo telah menghasilokan sejumlah perjanjian yang biasa disebut code yang menyangkut hambatan non-tarif, yang dalam garis besar pembahasan sebagai berikut :86

The Agreement On Technical Barriers To Trade.

Perjanjian ini sering kali disebut sebagai Standard Code. Para penandatangan perjanjian bersepakat bahwa jika pemerintah atau badan-badan lainnya membuat aturan atau standar teknis untuk atasan-atasan kesehatan, keamanan, perlindungan konsumen atau lingkungan hidup atau maksud-maksud lainnya, pengaturan atau standar, demikian juga rencana testing atau sertifikasinya, tidak boleh menciptakan hambatan perdagangan yang tidak perlu terjadi.

The Agreement On Import Licensing Procedures.

Mengakui bahwa prosedur lisensi impor dapat mempunyai kegunaan yang dapat diterima tetapi juga yang tidak layak sehingga menghambat perdagangan internasional. Perjanjian ini memastikan bahwa tindakan tersebut tidak merupakan suatu restriksi terhadap impor.