• Tidak ada hasil yang ditemukan

R. Soesilo yang mengatakan bahwa:

3. Jenis-jenis Tindak Pidana

Tindak pidana dapat dibeda-bedakan atas dasar-dasar tertentu, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Adami Chazawi yaitu sebagai berikut:

a. Kejahatan dan pelanggaran

Perbedaan kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen) seringkali dilihat secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, kejahatan dipandang sebagai tindak pidana yang sifat tercelanya tidak semata-mata pada dimuatnya dalam undang-undang, melainkan memang pada dasarnya telah melekat sifat terlarang sebelum memuatnya dalam rumusan tindak pidana dalam undang-undang. Sebaliknya, dalam pelanggaran sifat tercelanya suatu perbuatan itu terletak pada setelah dimuatnya sebagai demikian dalam undang-undang, atau dengan kata lain sumber tercelanya adalah undang-undang.

Secara kuantitatif, perbedaan antara kejahatan dan pelanggaran hanya didasarkan pada berat-ringannya tindak pidana yang kemudian akan mengarah pada berat-ringannya ancaman pidana. Dalam hal ini kejahatan merupakan bentuk tindak pidana yang lebih berat dibandingkan dengan pelanggaran.

b. Tindak pidana formil (formeel delicten) dan tindak pidana materiil (materiel delicten)

Tindak pidana formil (formeel delicten) adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan sesuatu perbuatan tertentu. Terjadinya tindak pidana tidak tergantung pada timbulnya suatu akibat, melainkan semata-mata pada perbuatannya. Sedangkan dalam rumusan tindak pidana materiil (materiele delicten), inti larangan adalah pada timbulnya akibat yang dilarang.

c. Tindak pidana sengaja (doleus delicten) dan tindak pidana kelalaian (culpose delicten)

Tindak pidana sengaja adalah tindak pidana yang dalam rumusannya dilakukan dengan kesengajaan atau mengandung unsur kesengajaan. Sementara tindak pidana culpa adalah tindak pidana yang dalam rumusannya mengandung unsure culpa.

d. Tindak pidana aktif/positif (delicta commissionis) dan tindak pidana pasif/negatif (delicta omissionis)

Tindak pidana aktif adalah tindak pidana yang perbuatannya berupa perbuatan aktif (positif), artinya bahwa untuk mewujudkan tindak pidana tersebut disyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh orang yang berbuat. Sedangkan tindak pidana pasif, ada suatu kondisi dan atau keadaan tertentu yang mewajibkan seseorang dibebani hukum untuk berbuat tertentu, yang apabila ia tidak melakukan (aktif) perbuatan itu, ia telah melanggar kewajiban hukumnya.

e. Tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana berlangsung terus

Tindak pidana terjadi seketika adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikina rupa sehingga untuk terwujudnya atau terjadinya dalam waktu seketika atau waktu singkat, disebut dengan aflopende delicten. Sedangkan tindak pidana berlangung terus adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa, sehingga terjadinya tindak pidana itu berlangsung lama, yakni setelah perbuatan dilakukan, tindak pidana itu masih berlangsung terus, yang disebut juga dengan voortdurende delicten. f. Tindak pidana umum dan tindak pidana khusus

Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam KUHP sebagai kodifikasi hukum pidana materiil. Sementara tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana yang terdapat di luar kodifikasi tersebut.

g. Tindak pidana communia (delicta communia) dan tindak pidana propia (delicta propia)

Tindak pidana communia adalah tindak pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang, sedangkan tindak pidana propia adalah tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu.

h. Tindak pidana biasa (gewone delicten) dan tindak pidana aduan (klacht

delicten)

Penggolongan tindak pidana ini didasarkan pada proses penuntutannya. Dalam tindak pidana biasa, untuk dilakukannya penuntutan pidana terhadap pembuatnya tidak disyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak. Sementara dalam tindak pidana aduan, untuk dapat dilakukannya penuntutan pidana disyaratkan untuk terlebih dahulu adanya pengaduan oleh yang berhak.

i. Tindak pidana dalam bentuk pokok, yang diperberat dan diperingan

Dilihat dari berat ringannya, ada tindak pidana tertentu yang dibentuk menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1) bentuk pokok, sederhana atau bentuk standar (eenvoudige delicten), yaitu tindak pidana dirumuskan secara lengkap dimana semua unsurnya dicantumkan dalam rumusan;

2) dalam bentuk yang diperberat (gequalificeerde delicten), yaitu tindak pidana yang dalam rumusannya tidak menyebutkan kembali unsur-unsur bentuk pokok, namun menyebut kualifikasi bentuk pokonya atau Pasal bentuk pokonya disertai unsur yang bersifat memberatkan; 3) dalam bentuk ringan (gepriviligieerde delicten), yaitu tindak pidana

yang dalam rumusannya tidak menyebutkan kembali unsur-unsur bentuk pokok, namun menyebut kualifikasi bentuk pokonya atau Pasal bentuk pokonya disertai unsur yang bersifat meringankan. j. Tindak pidana berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi

Kepentingan hukum yang hendak dilindungi oleh hukum pidana terdiri dari 3 (tiga) kelompok besar, yaitu kepentingan hukum individu (individuale belangen), kepentingan hukum masyarakat (sociale

pengelompokkan indak pidana bab per bab dalam KUHP didasarka pada kepentingan hukum yang dilindungi tersebut.

k. Tindak pidana tunggal dan tindak pidana berangkai (samegestelde

delicten)

Tindak pidana tunggal (enkelvoudige delicten) adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga untuk dipandang selesainya tindak pidana dan dapat dipidananya pelaku, cukup dilakukan satu kali perbuatan saja. Sementara yang dimaksud dengan tindak pidana berangkai adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga untuk dipandang sebagai selesai dan dapat dipidananya pembuat, disyaratkan dilakukan berulang-ulang.61

Berdasarkan pendapat Adami Chazawi tersebut di atas, maka dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa pembagian jenis-jenis tindak pidana dalam sistem perundang-undangan hukum dibagi menjadi dua bagian yaitu kejahatan dan pelanggaran. Ilmu pengetahuan mencari secara intensif ukuran atau kriterium untuk membedakan kedua jenis delik itu. Menurut Sudarto ada dua pendapat mengenai hal tersebut, yaitu:

a. Ada yang mengatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada perbedaan yang bersifat kualitatif. Dengan ukuran ini lalu didapati dua jenis delik yaitu:

1) Rechtsdelicten

Rechtsdelicten ialah perbuatan yang bertentangan dengan keadilan,

terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak, jadi yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai bertentangan dengan keadilan. Misal: pembunuhan, pencurian. Delik-delik semacam ini disebut ”kejahatan” (Male perse). 2) Wetsdelicten

Wetsdelicten ialah perbuatan yang oleh umum baru disadari sebagai

suatu tindak pidana, karena undang-undang menyebutnya sebagai delik, karena tercantum dalam undang-undang mengancamnya dengan pidana. Misal: memparkir mobil di sebelah kanan jalan. Delik-delik semacam ini disebut ”pelanggaran” (Mala quia prohibita).

Perbedaan secara kualitatif ini tidak dapat diterima, sebab ada kejahatan yang baru disadari sebagai delik, karena tercantum dalam undang-undang pidana, jadi sebenarnya tidak segera dirasakan sebagai bertentangan dengan rasa keadilan.

61

Adami Chazawi, Tindak Pidana Pornografi (Penyerangan terhadap Kepentingan

Hukum Mengenai Tegaknya Tatanan Kehidupan Akhlak dan Moral Kesusilaan yang Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab), PMN, Surabaya, 2009, hal. 4.

Dan sebaliknya ”pelanggaran ”, yang memang benar-benar dirasakan bertentangan dengan rasa keadilan. Oleh karena perbedaan secara demikian itu tidak memuaskan, maka dicari ukuran lain.

b. Ada yang mengatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada perbedaan yang bersifat kualitatif. Pendirian ini hanya meletakkan kriterium pada perbedaan yang dilihat dari segi kriminologi, ialah ”pelanggaran” itu lebih ringan daripada ”kejahatan”.62

Selain pembagian tindak pidana menjadi kejahatan dan pelanggaran, menurut Sudarto tindak pidana dapat dibedakan jenis-jenisnya sebagai berikut:

a. Delik formil dan delik materiil

1) Delik Formil adalah delik yang perumusannya dititikberatkan kepada perbuatan yang dilarang. Delik tersebut telah selesai dengan dilakukannya perbuatan seperti tercantum dalam rumusan delik. Misal: penghasutan (Pasal 160 KUHP), pencurian (Pasal 362 KUHP). 2) Delik Materiil adalah delik yang perumusannya dititikberatkan kepada

akibat yang tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini baru selesai apabila akibat yang tidak dikehendaki itu telah terjadi. Kalau belum, maka paling banyak hanya ada percobaan. Misal : pembakaran (Pasal 187 KUHP), pembunuhan (Pasal KUHP).

b. Delik commisionis, delik ommissionis dan delik commissionis per

commissionis commissa

1) Delik commissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan yaitu berbuat sesuatu yang dilarang. Misalnya: pencurian, penggelapan, penipuan.

2) Delik ommissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah. Misal: tidak menghadap sebagai saksi di muka pengadilan (Pasal 522 KUHP), tidak menolong orang memerlukan pertolongan (Pasal 531 KUHP).

3) Delik commissionis per ommissionis commissa adalah delik yang berupa pelanggaran larangan (dua delik commissionis), akan tetapi dapat dilakukan dengan tidak berbuat. Misal: seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak memberi air susu (Pasal 338 KUHP, Pasal 340 KUHP), seorang penjaga wissel yang menyebabkan kecelakaan kereta api dengan sengaja tidak memindahkan wissel (Pasal 194 KUHP).

c. Delik dolus dan delik culpa (doluise en culpose delicten) 1) Delik dolus adalah delik yang memuat unsur kesengajaan.

2) Delik culpa adalah delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur.

62

d. Delik tunggal dan delik berganda (enkevoudige en samengestelde

delicten)

1) Delik tunggal adalah delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu kali.

2) Delik berganda adalah delik yang baru merupakan delik, apabila dilakukan beberapa kali perbuatan. Misal: Pasal 481 (penahanan sebagai kebiasaan).

e. Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung terus (voortdurende en niet voortdurende (aflopende delicten))

Delik yang berlangsung terus adalah delik yang mempunyai bahwa keadaan terlarang itu berlangsung terus. Misal: merampas kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP).

f. Delik aduan dan bukan delik aduan (kalchtdelicten en en niet klacht

delicten)

Delik aduan adalah delik yang penuntutnya hanya dapat dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak yang terkena (gelaedeerde partij). Misal: perzinahan (Pasal 284 KUHP).

g. Delik sederhana dan delik yang ada pembenarannya (eenvoudige dan

gedualificeerde delictgen)

1) Delik sederhana misalnya penganiayaan (Pasal 351 KUHP), pencurian (Pasal 362 KUHP).

2) Delik yang ada pembenarannya misalnya penganiayaan yang menyebabkan luka berat atau matinya orang (Pasal 351 Ayat 2, 3 KUHP), pencurian pada waktu malam hari (Pasal 363 KUHP).

h. Delik ekonomi (biasanya disebut dengan tindak pidana ekonomi dan bukan delik ekonomi)

Delik Ekonomi (Tindak Pidana Ekonomi) dan bukan delik ekonomi. Terdapat dalam Pasal Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Ekonomi.

i. Kejahatan ringan

Kejahatan Ringan adalah delik yang menimbulkan kerugian bagi yang terkena, kejahatan-kejahatan ringan yang ada dalam KUHP.63

4. Pidana dan Pemidanaan