• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur Ilokusi

Dalam pembahasan tindak tutur ilokusi, peneliti menggunakan teori utama dari Yule dan Searle. Di samping itu peneliti juga menggunakan teori dari para

87 ahli sebagai pendukung dalam penelitian ini. Rahardi menyampaikan bahwa tindak tutur ilokusi ialah sebuah tindakan melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur sesungguhnya (Rahardi, 2005: 17).

Tindak tutur ilokusi lebih dikenal dengan sebutan The Act of Doing Something.

Tindakan bertutur digunakan untuk menginformasikan atau mengatakan sesuatu hal kepada mitra tutur dan sambil melakukan sesuatu.

Tindak ilokusi menjadi lima bentuk, yaitu tindak asertif, tindak direktif, tindak ekspresif, tindak komisif, dan tindak deklaratif (Searle dalam Rahardi, 2009:17). Peneliti menemukan bahwa tuturan para tokoh dalam film Kartini Karya Hanung Brahmantyo merupakan tindak tutur ilokusi. Hal tersebut disebabkan karena tuturan mengandung suatu tindakan menginformasikan atau menyatakan sesuatu supaya mitra tutur melakukan suatu tindakan. Dari data-data yang diperoleh peneliti menganalisis konteksnya supaya dapat mengetahui makna atau maksud tuturannya.

Jenis-jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalam film Kartini Karya Hanung Brahmantyo meliputi: tindak tutur ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur ilokusi yang pertama adalah tindak tutur asertif. Tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya (Searle dalam Tarigan, 2015:42-43). Melibatkan mitra tutur pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, dan melaporkan.

88 Pada penelitian ini, peneliti menemukan bentuk tindak tutur asertif seperti, asertif menyatakan, memberitahukan, menuntut, dan mengklaim. Secara sederhana bahwa tindak tutur asertif memiliki pengertian bahwa kemampuan penutur dalam menyampaikan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diharapkan melalui tuturanya serta keinginannya supaya mitra tutur mengerti maksud tuturannya. Seperti pada data TTA/2, penutur mengatakan “Harus jadi Raden Ayu biar kamu bisa sekolah”. Tujuan tuturan tersebut bahwa penutur menyampaikan harapannya dan berharap agar mitra tutur dapat memenuhi permintaanya itu. Mitra tutur kemudian melihat konteks tuturan yang terjadi, bisa karena latar belakang maupun pengetahuan penutur. Setelah mengetahui konteks tuturan, mitra tutur menjadi paham akan maksud tuturan tersebut. Mitra tutur dituntut untuk menjadi Raden Ayu dan berharap supaya mitra tutur dapat memenuhi permintaan tersebut. Oleh karena itu, tindak tutur asertif adalah penutur menyampaikan segala sesuatu dan berharap supaya mitra tutur dapat memahami atau memenuhi harapan penutur.

Tindak tutur selanjutnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif. Fungsi dari tindak tutur direktif ini adalah penutur menyatakan keinginannya supaya mitra tutur melakukan sesuatu. Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu (Yule, 2014: 93). Tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, pemohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif.

89 Pada penelitian ini, peneliti menemukan beberapa bentuk tindak tutur direktif seperti: direktif menanyakan, meminta, melarang, menasihatkan, dan memohon. Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa tindak tutur direktif merupakan penutur menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu. Seperti pada data TTD/54, penutur mengatakan “Kamu bisa to nyuwun romo membatalkan proposal itu”. Implikasi tuturan tersebut adalah meminta mitra tutur untuk membatalkan proposal. Jadi, tindak tutur direktif adalah penutur meminta mitra tuturnya melakukan tindakan sesuai dengan tuturan penutur atau secara sederhana melalui tuturan itu mitra tutur mampu melakukan suatu tindakan.

Selanjutnya, tindak tutur ekspresif adalah tuturan yang disampaikan penutur berisi pernyataan psikologis, dapat juga berupa pernyataan kesenangan, kesukaan, kegembiraan, kesedihan, kesulitan, kebencian, kemarahan dan sebagainya. Pemahaman tentang tindak tutur ekspresif dikuatkan pula dengan pendapat Rahardi bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang menyangkut perbuatan, perasaan, ucapan antara penutur dan lawan tutur yang berfungsi untuk menyerukan dan menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan atau benda (Rahardi, 2009:18). Jadi, dapat dikatakan bahwa tindak tutur ekspresif adalah bentuk ujaran yang menyangkut perasaan dan sikap atau menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur.

Pada penelitian ini ditemukan beberapa bentuk tindak tutur ekspresif dalam film Kartini Karya Hanung Brahmantyo, yakni ekspresif berterima kasih, marah, takut, dan kesakitan. Misalnya pada data TTE/64, penutur mengatakan

“Sekarang bapak kami setiap hari mendapat pesanan, kami jadi bisa makan

90 ndoro. Terima kasih ndoro. Semua ini berkat Ndoro ajeng kartini. Matur nuwun njih ndoro”. Dalam tuturan tersebut ketiga gadis itu menyampaikan rasa terima kasihnya yang ditandai melalui tuturan “terima kasih (matur nuwun)”. Melalui tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mengungkapkan perasaan yang muncul sesuai dengan konteksnya. Tuturan tersebut berisi ungkapan rasa terima kasih penutur atas kebaikan yang dialami. Jadi, tindak tutur ekspresif berisi tuturan yang menggambarkan perasaan psikologis penutur.

Tindak tutur komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.

Tindak tutur komisif dibagi menjadi beberapa jenis meliputi tindak tutur komisif menjanjikan, menawarkan, mengancam, dan bernazar (Yule, 2006). Adapun bentuk tindak tutur komisif yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu: komisif menjanjikan dan mengancam. Secara sederhana tindak tutur komisif dipahami sebagai tuturan yang berisi tentang perjanjian, ancaman, penolakan terhadap mitra tuturnya.

Tindak tutur komisif dapat dilihat pada data TTK/67, penutur menyampaikan “Perjodohanmu wis dilakukan sebelum kamu masuk pingitan.

Romo wis kadung janji ndhuk. Romo sebagai bangsawan ora biso cindro janji”.

Berdasarkan tuturan tersebut Raden Sosroningrat sudah melakukan perjanjian tentang perjodohan Kardinah dengan Haryono sejak Kardinah belum masuk pingitan. Sebagai bangsawan tidak mungkin untuk melanggar perjanjian tersebut sehingga mendorong Kardinah untuk bersedia menerima perjodohan tersebut.

91 Jadi, tindak tutur komisif menjanjikan ini mendorong mitra tutur untuk melakukan tindakan dimasa yang akan datang sesuai dengan perjanjian. Jenis tindak tutur yang terakhir, yaitu tindak tutur deklarasi atau deklaratif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru, misalnya memutuskan, menyerah, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberikan maaf (Searle dalam Rohmadi, 2010:35). Untuk menambah pemahaman tentang tindak tutur deklaratif bahwa deklarasi merupakan tuturan langsung dan dapat pula merupakan tuturan tidak langsung (Rahardi, 2008:75). Adapun bentuk tindak tutur deklaratif yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu: deklaratif menyerah dan deklaratif mengizinkan.

Pada data TTDe/69, penutur menyampaikan “Aku arep mati wae!”

penutur merasa tidak setuju karena perjodohannya. Kardinah menyampaikan kepada Kartini bahwa ia ingin mati saja. Kartini menghampiri adiknya menyampaikan bahwa perjuangan masih panjang dan Kartini mengajak untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapi. Tuturan di atas termasuk tindak tutur deklarasi menyerah karena tuturan yang disampaikan oleh penutur berisikan ungkapan menyerah atau putus asa terhadap situasi yang sedang dialami. Jadi, tindak tutur deklaratif adalah tuturan penutur yang mempengaruhi mitra tuturnya agar memahami dan mengikuti apa yang penutur maksudkan.

Dokumen terkait