• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur Ilokusi

Dalam tuturan para pemain film Kartini karya Hanung Brahmantyo, peneliti menemukan tindak tutur ilokusi. Berdasarkan kajian teori, terdapat lima jenis tindak tutur ilokusi yaitu: tindak tutur ilokusi asertif, tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur ilokusi ekspresif, tindak tutur ilokusi komisif, dan tindak tutur ilokusi deklarasi. Peneliti menemukan tindak tutur ilokusi dalam tuturan antar para pemain film. Data-data yang telah ditemukan, telah di klasifikasi dan dianalisis sesuai denga jenis-jenis tindak tutur ilokusi.

Dari data-data yang sudah dianalisis, peneliti menemukan data tuturan ilokusi asertif, tuturan ilokusi direktif, tuturan ilokusi ekspresif, tuturan ilokusi komisif, dan tuturan ilokusi deklarasi.

4.2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Asertif

Jenis tindak tutur ilokusi yang pertama adalah asertif. Tindak tutur asertif merupakan bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming) (Searle dalam Rahardi, 2005:36). Adapun bentuk tindak tutur asertif yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu asertif menyatakan, asertif memberitahukan, asertif menuntut, dan asertif mengklaim. Berikut ini pembahasan setiap sampelnya:

48 4.2.1.1.1 Asertif Menyatakan

Bentuk tindak tutur asertif menyatakan yang terdapat dalam tuturan film Kartini Karya Hanung Brahmantyo digunakan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan oleh penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur asertif menyatakan merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk mengungkapkan suatu hal dengan apa adanya (Santoso, 2017: 20). Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur asertif menyatakan:

Kode data 1: TTA/1 Data Tuturan

Kartini : “Ni, mau bobok sama ibu”.

Yu Ngasirah : “Iya, inggih ndara”.

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Yu Ngasirah. Kartini menyampaikan keinginannya untuk tidur bersama ibunya (Yu Ngasirah).

Tuturan di atas dituturkan oleh Kartini kepada Yu Ngasirah. Konteks dari percakapan tersebut adalah Kartini menyampaikan keinginannya untuk tidur bersama ibunya. Hubungan Kartini dan Yu Ngasirah sebagai anak dan ibu. Pada saat itu Yu Ngasirah berstatus sebagai selir dan harus memanggil anak-anaknya sendiri dengan sebutan “ndara” dan putra-putri Yu Ngasirah harus memanggil Ngasirah dengan sebutan “Yu” atau panggilan untuk perempuan abdi dalem.

Sebagai selir, Ngasirah pun tidak berhak tinggal di rumah utama Kabupaten melainkan tinggal di bagian belakang Pendapa. Oleh karena itu, Kartini ingin tidur dengan ibunya di bangsal para pembantu.

Sampel data tuturan di atas termasuk tindak tutur asertif menyatakan karena tuturan yang disampaikan oleh penutur berisikan kebenaran yang bisa diketahui oleh mitra tutur. Dalam KBBI V (Departemen Pendidikan Nasional, 2016) menyatakan merupakan menerangkan, menyatakan, menunjukan, dan

lain-49 lain. Tidak tutur asertif juga mengungkapkan pernyataan dalam sebuah peristiwa.

Tujuan dari tindak tutur ini supaya mitra tutur mengetahui informasi yang disampaikan oleh penutur. Ketika mitra tutur mendengarkan tuturan maka mitra tutur akan menanggapi sesuai dengan konteks. Kemudian, mitra tutur memberikan tanggapan terhadap informasi yang didapatkan dengan memberikan tindakan verba berupa tuturan atau tindakan non verba berupa perilaku.

Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini karya Hanung Brahmantyo. Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Kartini, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan asertif menyatakan. Tuturan yang menandakan tuturan asertif menyatakan adalah “Ni, mau bobok sama ibu” (Ni, mau tidur sama ibu) Dalam tuturan tersebut Kartini menyatakan keinginannya untuk tidur dengan ibunya. Sebagai seorang anak Kartini tentunya ingin merasakan kehangatan kasih sayang dari seorang ibu.

Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mengungkapkan sesuai dengan fakta dan secara apa adanya. Tuturan dari data TTA/1 memiliki kesamaan tindak tutur asertif menyatakan pada data TTA/4, TTA/7, TTA/8, TTA/10, TTA/11, TTA/22, TTA/24, TTA/25, dan TTA/26. Sepuluh data yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan tindak tutur asertif menyatakan.

Konteks yang terjadi dalam setiap tuturan berbeda-beda. Tetapi semuanya memiliki kesamaan, yaitu penutur mengungkapkan sebuah pernyataan yang mengandung kebenaran.

50 4.2.1.1.2 Asertif Memberitahukan

Bentuk tindak tutur asertif memberitahuakan yang terdapat dalam tuturan film Kartini Karya Hanung Brahmantyo digunakan oleh penutur kepada mitra tutur untuk memberikan informasi yang berguna. Tindak tutur asertif memberitahukan merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk memberitahukan suatu hal yang bermanfaat kepada mitra tutur (Santoso, 2017:20).

Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur asertif memberitahukan:

Kode data 2: TTA/9 Data Tuturan

Kartini : “Aja ngundang aku mbak Yu. Ora usah perlu krama, ora usah perlu basa, panggil aku Kartini saja”.

Rukmini : “Trinil!”

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Rukmini. Kartini meminta adiknya untuk memanggilnya dengan sebutan Kartini.

Tuturan di atas dituturkan oleh Kartini kepada Rukmini. Konteks dari percakapan tersebut adalah Kartini meminta adiknya untuk memanggilnya dengan sebutan Kartini saja. Di Jepara pada zaman Kartini akhir tahun 1800an dipimpin oleh seorang Bupati menikahi perempuan bangsawan yang disebut Raden Ayu.

Anak-anak perempuan Bupati, baik istri bangsawan maupun bukan harus menjadi seorang Raden Ayu. Anak-anak perempuan tersebut harus menjalani pingitan dikurung di dalam rumah sejak menstruasi pertama. Menanti laki-laki bangsawan datang melamarnya menjadi istri pertama, kedua bahkan ketiga. Kartini, Roekmini, dan Kardinah berada dalam satu kamar yang sama.

Sampel data tuturan di atas termasuk tindak tutur asertif memberitahukan karena tuturan yang disampaikan oleh penutur berisikan suatu hal atau informasi yang belum diketahui oleh mitra tutur. Dalam KBBI V (Departemen Pendidikan Nasional, 2016) memberitahukan merupakan menyampaikan (kabar dan

51 sebagainya) supaya diketahui. Tindak tutur asertif memberitahukan ini bertujuan agar penutur dapat menyampaikan informasi, karena mitra tutur masih belum mengetahui hal yang dituturkan, sehingga penutur bermaksud untuk memberitahukan agar dapat diketahui oleh mitra tutur.

Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini karya Hanung Brahmantyo. Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Kartini, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan asertif memberitahukan. Tuturan yang menandakan tuturan asertif memberitahukan adalah “Aja ngundang aku mbak Yu. Ora usah perlu krama, ora usah perlu basa, panggil aku Kartini saja”. Dalam tuturan tersebut Kartini memberitahukan kepada adiknya ditandai dengan tuturan “panggil aku Kartini saja”.

Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa penutur memberitahukan atau menyampaikan informasi atau suatu hal kepada mitra tutur. Tuturan dari data TTA/9 memiliki kesamaan tindak tutur asertif memberitahukan pada data TTA/3, TTA/ 5, TTA/6, TTA/ 12, TTA/13, TTA/14, TTA/15, TTA/16, TTA/17, TTA/18, TTA/19, TTA/20, dan TTA/23. Empat belas data yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan tindak tutur asertif memberitahukan. Konteks yang terjadi dalam setiap tuturan berbeda-beda. Tetapi semuanya memiliki kesamaan yaitu penutur menyampaikan informasi kepada mitra tutur.

4.2.1.1.3 Asertif Menuntut

Bentuk tindak tutur asertif menuntut yang terdapat dalam tuturan film Kartini Karya Hanung Brahmantyo digunakan penutur kepada mitra tutur untuk keinginan atau permintaannya segera dipenuhi. Tindak tutur asertif menuntut

52 merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk meminta atau berusaha dengan keras guna terpenuhinya keinginan atau kemauan (Santoso, 2017: 23).

Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur asertif menuntut:

Kode data 3: TTA/2 Data Tuturan

Yu Ngasirah : “Harus jadi Raden Ayu biar kamu bisa sekolah”.

Kartini : “Tidak mau sekolah bu, Ni mau belajar sama ibu.”

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Kartini. Yu Ngasirah menuntut Kartini menjadi Raden Ayu supaya bisa sekolah.

Tuturan di atas dituturkan oleh Yu Ngasirah kepada Kartini. Konteks dari percakapan tersebut adalah Yu Ngasirah menuntut Kartini untuk menjadi Raden Ayu supaya bisa sekolah. Yu Ngasirah sebagai ibu ingin supaya anaknya bisa berpendidikan lebih tinggi. Sampel data tuturan di atas termasuk tindak tutur asertif menuntut karena tuturan disampaikan oleh penutur yang berisikan keinginannya. Dalam KBBI V (Departemen Pendidikan Nasional, 2016) menuntut adalah meminta dengan keras (setengah mengharuskan supaya dipenuhi).

Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini Karya Hanung Brahmantyo. Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Yu Ngasirah, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan asertif menuntut. Tuturan yang menandakan tuturan asertif menuntut adalah “Harus jadi Raden Ayu biar kamu bisa sekolah”. Dalam tuturan tersebut Yu Ngasirah menuntut Kartini untuk menjadi Raden Ayu yang ditandai melalui tuturan

“harus”. Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mengungkapkan sesuai dengan keinginannya.

53 4.2.1.1.4 Asertif Mengklaim

Bentuk tindak tutur asertif mengklaim yang terdapat dalam tuturan film Kartini Karya Hanung Brahmantyo digunakan penutur untuk menyampaikan asumsi buruk terhadap suatu hal. Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur asertif mengklaim :

Kode data 4: TTA/21 Data Tuturan

Busono: “Ukiran kaya ngono kuwi arep digawa ning Londo. Opo yo payu? Yo ijek api Porselen, Keramik Cina, Jas Eropa. Pengukir-pengukir kuwi kan wong bodho, basa Londo wae ra iso”.

Kartini: “Mboten saged boso Londo menika bukan berarti bodho kang mas”.

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Kartini. Mereka sedang dalam perjalanan dengan mengendarai delman. Busono menganggap rendah para pengukir karena mereka tidak bisa Bahasa Belanda.

Tuturan di atas dituturkan oleh Busono kepada Kartini. Konteks dari percakapan tersebut bahwa tuturan ditujukan kepada Kartini. Kartini, Rama, dan Busono naik delman menuju ke tempat tukang ukir. Namun disela perjalanan, ukiran yang dibuat Kartini direndahkan oleh Busono. Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini Karya Hanung Brahmantyo.

Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Kartono, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan asertif mengklaim. Tuturan yang menandakan tuturan asertif mengklaim adalah “Ukiran kaya ngono kuwi arep digawa ning Londo. Opo yo payu? Yo ijek api Porselen, Keramik Cina, Jas Eropa. Pengukir-pengukir kuwi kan wong bodho, basa Londo wae ra iso”. Dalam tuturan tersebut Busono merendahkan tukang ukir yang ditandai melalui tuturan “Pengukir-pengukir kuwi kan wong bodho, basa Londo wae ra iso”. Berdasarkan tuturan mengklaim tersebut Busono berasumsi bahwa

54 para pengukir itu orang bodoh dan tidak bisa berbahasa Belanda. Busono sangat menganggap rendah para pengukir tersebut.

4.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Direktif

Jenis tindak tutur ilokusi yang kedua adalah direktif. Tindak tutur direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu (Yule, 2006: 93). Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memerintah, memohon, menanyakan, meminta, melarang, menuntut, menasihatkan, menyarankan, mengancam, memohon, menantang, memaksa, dan mengajak.

Adapun tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu, direktif menanyakan, direktif meminta, direktif melarang, direktif menasehatkan, dan direktif memohon. Berikut ini pembahasan setiap sampelnya:

4.2.1.2.1 Direktif Menanyakan

Bentuk tindak tutur direktif menanyakan yang terdapat dalam tuturan film Kartini karya Hanung Brahmantyo digunakan penutur untuk meminta informasi kepada mitra tutur melalui pertanyaan. Pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan yang dikhususkan agar mitra tutur memberi informasi tertentu. Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur direktif menanyakan:

Kode data 5: TTD/44 Data Tuturan

Kardinah: “Kanggo napa korespodensi iki Nil?”

Kartini: “Untuk membuka pertemanan lebih luas. Aku arep njaluk tulung Ter Horst ben dimuat. Bagus kan?

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Kartini, ia ingin mengetahui fungsi korespodensi yang dibuat oleh Kartini.

Tuturan di atas dituturkan oleh Kadinah kepada Kartini. Konteks dari percakapan tersebut adalah Kardinah ingin mengetahui fungsi korespodensi yang

55 dibuat Kartini. Kemudian Kartini memberikan jawaban bahwa korespodensi untuk membuka pertemanan lebih luas dan meminta Ter Horst agar tulisannya dapat dimuat. Sampel data tuturan di atas termasuk tindak tutur direktif menanyakan karena tuturan yang disampaikan oleh penutur berisikan pertanyaan yang disampaikan kepada mitra tutur. Dalam KBBI V (Departemen Pendidikan Nasional, 2016) menayakan merupakan bertanya sesuatu kepada; meminta keterangan tentang sesuatu. Tujuan dari tindak tutur direktif menanyakan ini supaya mitra tutur memberikan informasi kepada penutur terhadap suatu hal.

Ketika mitra tutur mendengarkan pertanyaan dari penutur maka mitra tutur akan menanggapi sesuai dengan konteks.

Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini karya Hanung Brahmantyo. Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Kardinah, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan direktif menayakan. Tuturan yang menandakan tuturan direktif menanyakan adalah

“Kanggo napa korespodensi iki Nil?”. Dalam tuturan tersebut Kardinah menanyakan tentang korespodensi yang dibuat Kartini yang ditandai melalui tuturan “kanggo napa”. Tuturan tersebut menujukan suatu pertanyaan yang ditujukan kepada mitra tutur.

Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa penutur menyampaikan pertanyaan dan mendorong mitra tutur untuk menanggapinya sesuai dengan konteks. Tuturan dari data TTD/44 memiliki kesamaan tindak tutur direktif menanyakan pada data TTD/25, TTD/26, TTD/29, TTD/33, TTD/35, TTD/38, TTD/39, TTD/40, TTD/ 42, TTD/43, TTD/45, TTD/46, TTD/47, TTD/48,

56 TTD/49, TTD/53, TTD/55, TTD/56, dan TTD/57. Dua puluh data yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan tindak tutur direktif menanyakan.

Konteks yang terjadi dalam setiap tuturan berbeda-beda. Tetapi semuanya memiliki kesamaan yaitu penutur mengungkapkan sebuah pertanyaan yang disampaikan kepada mitra tutur dan mitra tutur yang akan memberikan informasi terkait pertanyaan tersebut.

4.2.1.2.2 Direktif Meminta

Bentuk tindak tutur direktif meminta yang terdapat dalam tuturan film Kartini karya Hanung Brahmantyo digunakan untuk mengungkapkan keinginan penutur kepada mitra tutur. Direktif permintaan adalah suatu tuturan yang bertujuan untuk memohon dan mengharapkan kepada mitra tutur supaya diberi sesuatu atau menjadi sebuah kenyataan sebagaimana yang diminta oleh penutur (Prayitno, 2011:46). Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur direktif meminta:

Kode data 6: TTD/54 Data Tuturan

Kartono: “Kamu bisa to nyuwun romo membatalkan proposal itu”

Kartini: “Kula mboten purun mas!”

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Kartini, Kartono meminta untuk membatalkan proposal tetapi Kartini tidak mau.

Tuturan di atas dituturkan oleh Kartono kepada Kartini. Konteks dari percakapan tersebut adalah Kartono meminta Kartini untuk membatalkan proposal permohonan beasiswa. Hubungan Kartini dan Kartono sebagai saudara kandung.

Kartini ingin untuk melajutkan sekolah di Belanda tetapi ada ketegangan yang terjadi saat itu. Saat itu pula Kartini mendapat kiriman surat dari Rembang yang berisi tentang lamaran. Raden Ajeng Wuryan sebagai ibu tiri Kartini dengan nada

57 tinggi meminta Kartini untuk menjawab lamaran dari seorang bupati. Slamet menatap Kartini dengan sabar dan Kartini dengan diam berekspresi datar, karena ia tahu bahwa kakaknya akan mengeluarkan jurus rayuan supaya membatalkan proposal beasiswa itu. Kemudian Kartini menatap kakak kandungnya dan menjawab dengan tegas bahwa ia tidak mau membatalkan proposal tersebut.

Sampel data tuturan di atas termasuk tindak tutur direktif meminta karena tuturan yang disampaikan oleh penutur berisikan keinginan dan harapanya mitra tutur dapat memenuhi keinginan tersebut. Meminta adalah suatu kondisi dimana orang lain ada dalam pikiran kita, pikiran kita tertuju pada orang lain. Tentu pikiran yang mengharapkan orang lain berkenan untuk membantu dan menolong.

Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini karya Hanung Brahmantyo. Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Kartono, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan direktif meminta. Tuturan yang menandakan tuturan direktif meminta adalah “Kamu bisa to nyuwun romo membatalkan proposal itu”. Dalam tuturan tersebut Kartono menyatakan permintaannya supaya Kartini membatalkan proposal yang ditandai melalui tuturan “nyuwun”.

Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa penutur menyampikan permintaanya kepada mitra tutur dan mitra tutur menanggapi dengan memberikan respon memenuhi permintaan atau menolaknya. Tuturan dari data TTD/54 memiliki kesamaan tindak tutur direktif meminta pada data TTD/27, TTD/41, TTD/50, TTD/51, TTD/58, dan TTD/59. Tujuh data yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan tindak tutur direktif meminta. Konteks yang terjadi

58 dalam setiap tuturan berbeda-beda. Tetapi semuanya memiliki kesamaan yaitu penutur meminta mitra tutur mau melakukan sesuatu hal sesuai dengan permintaannya.

4.2.1.2.3 Direktif Melarang

Bentuk tindak tutur direktif melarang yang terdapat dalam tuturan film Kartini karya Hanung Brahmantyo digunakan penutur untuk melarang mitra tutur melakukan suatu tindakan atau membatasi tindakan-tindakan tertentu pada orang yang dikehendakinya. Direktif larangan merupakan tuturan yang digunakan untuk mempengaruhi mitra tutur agar tidak melakukan suatu hal tertentu yang tidak dikehendaki oleh penutur (Prayitno, 2011:63) . Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur direktif larangan:

Kode data 7: TTD/28 Data Tuturan

Slamet: “Undang Yu, uduk ibu!”

Kartini : “Emoh! Dia ibu kita.”

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Kartini dengan tegas. Busono melarang Kartini memanggil Yu Ngasirah dengan sebutan ibu. Kartini semakin memberontak.

Tuturan di atas dituturkan oleh Slamet kepada Kartini. Konteks dari percakapan tersebut adalah Slamet melarang Kartini memanggil Yu Ngasirah dengan sebutan ibu. Pada saat itu Slamet tidak merespon Kartini yang terus berjalan ke depan menuju kamar dalam pendopo. Yu Ngasirah mendengar perbantahan anak-anaknya, ia menghela nafas ketika mendengar ucapan anak sulungnya. Mendengar jawaban Kartini hatinya menjadi tertikam. Yu Ngasirah melihat perkembangan anak sulungnya yang lebih mengutamakan kedudukan ayahnya daripada menghormati dan memberikan hak-hak ibunya sebagai

59 perempuan yang telah melahirkannya. Disisi lain merasa cemas dan bangga melihat Kartini yang kritis dan berani.

Sampel data tuturan di atas termasuk tindak tutur direktif melarang karena tuturan yang disampaikan oleh penutur berisikan larangan yang ditujukan kepada mitra tutur. Dalam KBBI V (Departemen Pendidikan Nasional, 2016) larangan merupakan perintah atau aturan yang melarang suatu perbuatan. Pendapat lain dari Namatame (1996) menyatakan bahwa tindak tutur larangan digunakan untuk menyatakan pada lawan tutur agar tidak melakukan suatu tindakan seperti yang dituturkan oleh penutur.

Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini karya Hanung Brahmantyo. Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Slamet, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan direktif larangan. Tuturan yang menandakan tuturan direktif larangan adalah “Undang Yu, uduk ibu!”. Dalam tuturan tersebut Slamet melarang Kartini supaya memanggil Yu Ngasirah dengan sebutan “Yu” tindak tutur larangannya ditandai melalui tuturan “uduk”. Sebagai seorang anak tentu Kartini ingin memnaggil ibunya dengan sebutan ibu, tetapi karna Tu Ngasirah sebagai garwo ampil ia harus dipanggil “Yu” oleh anak-anaknya. Slamet dengan tegas pula menyampaikan kepada Kartini bahwa mereka bukan anak Wedana lagi, melainkan anak Bupati.

Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa penutur menyampaikan larangan kepada mitra tutur.

60 4.2.1.2.4 Direktif Menasehati

Bentuk tindak tutur direktif menasehati yang terdapat dalam tuturan film Kartini karya Hanung Brahmantyo digunakan untuk membangun kepercayaan mitra tutur terhadap apa yang disampaikan oleh penutur untuk kebaikan mitra tutur sendiri. Dalam hal ini mitra tutur percaya bahwa apa yang dikatakan oleh penutur adalah sesuatu yang baik bagi dirinya, sehingga hal itu menjadi alasan kuat bagi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang disarankan oleh penutur. Nasehat adalah suatu petunjuk yang berisi pelajaran terpetik dan baik dari penutur yang dapat dijadikan sebagai alasan bagi mitra tutur untuk melakukan sesuatu (Prayitno, 2010:51). Berikut ini merupakan contoh dari bentuk tindak tutur direktif menasehatkan:

Kode data 8: TTD/36 Data Tuturan

Kartono: “Ngene lo Nil, apa yang kamu miliki saat ini tidak akan ada artinya jika hanya untuk dirimu sendiri, kamu harus berbagi.

Perubahan tidak bisa berjalan sendirian.”

Kartini : “Inggih mas.”

Konteks

Tuturan ditujukan kepada Kartini. Kartono menasehati Kartini bahwa apa yang dimiliki saat ini tidak akan ada artinya jika hanya untuk diri sendiri, maka harus berbagi.

Tuturan di atas dituturkan oleh Kartono kepada Kartini. Konteks dari percakapan tersebut adalah Kartono menasehati Kartini bahwa apa yang dimiliki saat ini tidak akan ada artinya jika hanya untuk diri sendiri, maka harus berbagi.

Kartono menanamkan nilai berbagi kepada Kartini. Berbagi dengan orang lain, maka kebaikan itu akan terus berlanjut. Sampel data tuturan di atas termasuk tindak tutur direktif menasehati karena tuturan yang disampaikan oleh penutur berisikan nasehat. Dalam KBBI V (Departemen Pendidikan Nasional, 2016)

61 nasihat merupakan ajaran atau pelajaran yang baik atau anjuran (peringatan, petunjuk, teguran) yang baik.

Data tuturan tersebut diambil dalam film Kartini karya Hanung Brahmantyo. Jika dicermati dan dianalisis tuturan yang disampaikan Kartono, maka terlihat bentuk tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk tuturan direktif menasehati. Tuturan yang menandakan tuturan direktif menasehati adalah “Ngene lo Nil, apa yang kamu miliki saat ini tidak akan ada artinya jika hanya untuk dirimu sendiri, kamu harus berbagi. Perubahan tidak bisa berjalan sendirian.”

Dalam tuturan tersebut Kartono nasehat kepada Kartini yang ditandai melalui tuturan “apa yang kamu miliki saat ini tidak akan ada artinya jika hanya untuk dirimu sendiri, kamu harus berbagi”. Sebagai kakak, Kartono menyampaikan arahan yang baik kepada Kartini adiknya.

Berdasarkan tuturan tersebut terlihat bahwa penutur menyampaikan arahan baik kepada mitra tutur bahwa perlu untuk berbagi dengan orang lain. Tuturan dari data TTD/36 memiliki kesamaan tindak tutur direktif menasehatkan pada data TTD/30, TTD/31, TTD/32, dan TTD/34. Kelima data yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan tindak tutur direktif menasihatkan. Konteks yang terjadi dalam setiap tuturan berbeda-beda. Tetapi semuanya memiliki kesamaan yaitu penutur menyampaikan arahan baik atau nasihat kepada mitra tutur.

4.2.1.2.5 Direktif Memohon

Bentuk tindak tutur direktif memohon yang terdapat dalam tuturan film Kartini karya Hanung Brahmantyo disampaikan penutur secara sopan dengan

Dokumen terkait