• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta Konsep • Teater Nusantara

A. Jenis Karya Teater Nusantara

4) Mak yong

Mak yong adalah sebutan teater rakyat yang berasal dari daerah Riau. Teater ini diperkirakan muncul pada abad kesembilan belas, yang diyakini mendapat pengaruh dari budaya Hindu-Buddha Thailand dan Hindu Jawa. Mak yong

t p y g a d d m p d b Gambar 7.5 Pementasan randai

Pelajaran 7 Mengapresiasi Karya Seni Teater Nusantara 99

dikaitkan juga dengan nama dewi padi, yaitu Dewi Sri (mak yong berasal dari frasa mak hyang).

Mak yong berasal dari perpaduan berbagai lintas budaya maka lakon ceritanyapun beragam seperti cerita kepahlawanan atau panji dari Jawa, cerita wayang kulit, teater bangsawan Melayu, dan cerita yang dikembangkan dari teater menora dari Thailand. Pada akhirnya, mak yong sangat kental dengan budaya Melayu.

2. Teater Modern

Teater modern adalah teater yang telah mengalami pengaruh-pengaruh dari luar (budaya Barat). Dalam konteks ini, teater modern diartikan pula sebagai jenis teater yang menggunakan naskah.

Dalam teater modern, naskah menjadi bagian yang sangat penting. Semua unsur pertunjukan didasarkan pada naskah. Para pemain harus berdialog sesuai naksah. Begitu juga bagian lainnya seperti penata artistik, mereka harus patuh terhadap tuntutan naskah. Teater modern pun biasa dipentaskan di sebuah gedung pementasan. Musik pengiring pun sudah menggunakan alat musik tradisional modern. Alat musik modern antara lain piano, organ, dan gitar. Cerita atau lakon yang disajikan pun berupa cerita-cerita dari barat atau cerita tentang kondisi sosial di masyarakat seperti kritik sosial dan kondisi politik.

Teater modern berkembang sejak abad ke-19. Teater modern Indonesia telah banyak menghasilkan karya seniman-seniman ternama yang memiliki karakter dan jiwa kepenulisan yang luar biasa. Mereka mewakili genre dengan tema tertentu, misalnya sebagai berikut.

Tema kemerdekaan: Rustam Effendi, Sanusi Pane, dan Armijn Pane. •

Tema semangat perjuangan: Utuy Tatang Sontani, Usmar Ismail, Emil Santosa. •

Tema industrialisasi: Jim Lim, Teguh Karya, W.S. Rendra, Suyatna Anirun, •

Arifin C. Noer, Putu Wijaya, dan N. Riantiarno.

Berdasarkan perkembangan teater dalam buku Drama (2007), secara kronologis, perkembangan teater modern Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut. a. Teater Angkatan Awal (Permulaan)

Teater ini berkembang sekitar 1920-1930 yang mengusung tema hiburan semata. Contoh teater yang muncul pada angkatan ini adalah sebagai berikut.

Oreon dengan pimpinan TD. Tio Jr. •

Dardanella yang dipimpin oleh A. Piedro •

b. Sastra-Sastra Lakon dalam Kurun Waktu 1926-1942

Bebasari

(1926) karya Rustam Effendi

Ken Arok dan Ken Dedes

(1934) karya Muh. Yamin

Gambar 7.6

Para pemain mak yong

Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Erlangga

(1928), Eenzame Garoedavlucht (1932),

Kertajaya (1933), dan Manusia Baroe (1940) karya Sanusi Pane

Lukisan Massa

(1973), Setahun di Bedahulu 91938), dan Nyai Lenggang Kencana

(1939) karya Armijn Pane

Bansacara

dan Rangapadmi karya Ajirabas c. Angkatan Pertumbuhan

Angkatan ini berkembang sekitar 1940-1960. Kelompok teater pada angkatan ini antara lain sebagai berikut.

Kelompok teater Bintang Surabaya dipimpin oleh Njoo Tjeong Sen •

Terang Bulan dipimpin oleh The Teng Jjoen •

Maya dipimpin oleh Usmar Ismail •

ATNI, sebuah akademi yang dipimpin oleh Asrul Sani, Usmar Ismail, Sitori •

Situmorang, dan Wiratmo Sukito d. Sastra Lakon Periode 1942-1945

Taufan di Atas Asia

, Intelek Istimewa, Dewi Reni, Insan Kamil, Rogaya, Bambang Laut karya El. Kasim (1943)

Liburan Seniman

(1944), Api (19450, Mutiara dan Nusa Laut (1943), Mekar Melati

(1945), karya Usman Ismail

Kami, Perempuan

(1943), Antara Boemi dan Langit (1944), Jinak-Jinak Merpati

(1945), dan Barang Tiada Berbahaya (1945) karya Armijn Pane

Kejahatan Membalas Dendam

(1945), Jibakoe Aceh (1945), Dokter Bisma (1945) karya Idroes

Tuan Amin

(1945) karya Amal Hamzah e. Sastra Lakon Periode 1945-1950

Suling

(Drama bersajak, 1946) dan bunga Rumah Makan (1947) karya Utuy Tatang Sontani

Keluarga Surono

(1948) karya Idroes Tembang (1949) karya Trisno Sumarjo •

f. Sastra Lakon setelah Tahun 1950 (Babak Perkembangan)

Gambar 7.7

Teater Roar dan Lumimut Karya Remy Silado

Bentrokan dalam Asmara

(1952), keluarga R. Sastro (1954), Rak Dallah in Ekstermis

(1959), dan Rencak Kesepian karya Achdiat Karta Miharja

Lakbok dan Kapten Stap

karya Aoh Karta Hadimaja

Genderang Bratayuda

(1953) dan Candera Kirana (19530 karya Sri Murtono

Prabu dan Putri

(1950), Neddie dan Tuti ((1951) karya Muh. Rustandi Kartakusumah

Dokter Kambuja

Pelajaran 7 Mengapresiasi Karya Seni Teater Nusantara 101

Pelatihan 1

Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar! 1. Apa yang dimaksud dengan teater tradisional?

2. Jelaskan pengelompokan teater tradisional berdasarkan daerahnya! 3. Apa perbedaan teater tradisional dan teater modern Nusantara? 4. Bagaimana cara melestarikan teater tradisional?

5. Sebutkan beberapa kelompok teater modern yang kamu ketahui disertai karyanya!

B. Keunikan dan Pesan Moral Teater Nusantara

Setiap teater yang lahir dan berkembang di daerah memiliki keunikan dan ciri khas sendiri. Masing-masing keunikan itu terlihat pada bentuk, cara penampilan, pemakaian kostum, alat pendukung, properti, dan sebagainya. Berikut ini dijelaskan keunikan dari teater mak yong.

1. Pengertian

Mak yong adalah seni peran berbentuk lakonan cerita. Setengah abad yang lalu, seni pertunjukan ini hidup dan berkembang di beberapa tempat dalam kawasan Kepulauan Riau, berfungsi sebagai hiburan rakyat di pesisir pantai.

Bunga Semerah Darah, Orang-orang di Tikungan Jalan

(mendapat hadiah BMKN

1952, dan terbit sebagai buku pada 1957), Segumpal Daging Bernyawa (1961), dan Tak Pernah Menjadi Tua (1965) karya Utuy Tatang Sontani

Sejuta Matahari

(1960), Barabah (1961), Langit Kegelapan (1962), Malam Pengantin Di Bukit Kera (1963), Nyonya dan Nyonya (1963) karya Motinggo Busye

Domba-Domba Revolusi

(1962) karya Bambang Sularto

Murka

(1963), Hari Masih Panjang (1963) karya Ali Audah

Bulan Delima dan Bulan Bujur sangkar

(1960), Taman dan Sang Tamu karya Iwan Simatupang

Nona Maryam

(1955), Bui, Tujuh Orang Tahanan, Laki-laki Jaga Malam, dan Setetes Darah karya Kirjomulyo

g. Angkatan Penalaran (sekitar tahun 1960-sekarang) Studiklub

• Teater Bandung (STB) dipimpin oleh Jim Adhi Limas, Suyatna Anirun, Fred Wetik, dan Saini KM

Federasi

• Teater kota Bogor dipimpin oleh Taufik Ismail • Teater Popular dipimpin oleh Teguh Karya

Bengkel

• Teater Rendra dipimpin oleh WS. Rendra • Teater Ketjil dipimpin oleh Arifin C. Noer

Dapur

• Teater dipimpin oleh Remy Silado • Teater Danarto dipimpin oleh Danarto