Teater Nusantara
B. Merancang Pertunjukan Teater Nusantara
Merencanakan sebuah pementasan membutuhkan beberapa tahapan. Langkah pertama adalah menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya adalah menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking, serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar- benar siap untuk dipentaskan.
Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara 81
1. Menentukan Lakon
Proses atau tahap pertama yang harus dilakukan dalam merancang pertunjukan teater adalah menentukan lakon yang akan dimainkan. Lakon yang dipilih bisa lakon yang sudah tersedia (naskah jadi) karya orang lain atau membuat naskah lakon sendiri.
Mementaskan teater dengan naskah yang sudah tersedia memiliki kerumitan tersendiri terutama pada saat hendak memilih naskah yang akan dipentaskan. Naskah tersebut harus memenuhi kriteria yang diinginkan serta sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sutradara dalam memilih naskah, yaitu seperti yang dijelaskan berikut ini.
a. Sutradara menyukai naskah yang dipilih.
b. Sutradara merasa mampu mementaskan naskah yang telah dipilih. c. Sutradara wajib mempertimbangkan sisi pendanaan secara khusus. d. Sutradara mampu menemukan pemain yang tepat.
e. Sutradara mampu tetap mementaskan naskah yang dipilih.
Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan memperpanjang proses pengerjaan. Akan tetapi, berkenaan dengan sumber daya yang dimiliki, membuat naskah sendiri dapat menjadi pilihan yang tepat. Untuk itu, sutradara harus mampu membuat naskah yang sesuai dengan kualitas sumber daya yang ada. Naskah semacam ini bersifat situasional, tetapi semua orang yang terlibat menjadi senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Analisis Lakon
Menganalisis lakon adalah salah satu tugas utama sutradara. Lakon yang telah ditentukan harus segera dipelajari sehingga gambaran lengkap cerita didapatkan. Dengan analisis yang baik, sutradara akan lebih mudah menerjemahkan kehendak pengarang dalam pertunjukan. Selain itu, sutradara juga akan lebih mudah menentukan para pemain, pembagian kerja, serta perlengkapan dan peralatan pementasan. Dengan begitu, sutradara dapat menentukan jadwal dan memimpin kerja sama antarbagian dengan baik.
3. Memilih Pemain
Menentukan pemain yang tepat tidaklah mudah. Dalam sebuah grup atau sanggar, sutradara sudah mengetahui karakter para pemainnya (anggota). Akan tetapi, dalam sebuah grup teater sekolah yang pemainnya selalu berganti atau kelompok teater kecil yang membutuhkan banyak pemain lain sutradara harus jeli memilih sesuai kualifikasi yang dinginkan. Grup teater tradisional
a dapat menentukan jadwal dan memimpin
Gambar 6.1
Casting sebagai proses memilih pemain yang cocok dengan karakter yang diinginkan
biasanya memilih pemain sesuai dengan penampilan fisik dengan ciri fisik tokoh lakon, misalnya dalam wayang orang atau ketoprak. Akan tetapi, dalam teater modern, memilih pemain biasanya berdasar kecakapan pemain tersebut.
4. Menentukan Bentuk dan Gaya Pementasan
Bentuk dan gaya pementasan membingkai keseluruhan penampilan pementasan. Penting bagi sutradara untuk menentukan dengan tepat bentuk dan gaya pementasan. Bentuk dan gaya yang dipilih secara serampangan akan memengaruhi kualitas penampilan. Kehati-hatian dalam memilih bentuk dan gaya bukan saja karena tingkat kesulitan tertentu, tetapi juga latar belakang pengetahuan dan kemampuan sutradara sangat menentukan.
5.
Blocking
Secara mendasar, blocking adalah gerakan fisik atau proses penataan (pembentukan) sikap tubuh seluruh aktor di atas panggung. Blocking dapat diartikan sebagai aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik (area) yang lainnya bagi aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik, perlu diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit sehingga lalu lintas aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika blocking dibuat terlalu rumit, perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Hal yang terpenting dalam blocking adalah fokus atau penekanan bagian yang akan ditampilkan.
6. Latihan
Sutradara membimbing para aktor selama proses latihan. Untuk mendapatkan hasil terbaik, sutradara harus mampu mengatur para aktor mulai dari proses membaca naskah lakon hingga sampai materi pentas benar-benar siap untuk ditampilkan. Kunci utama dari serangkaian latihan adalah kerja sama antara sutradara dan aktor serta kerja sama antaraktor. Sutradara perlu menetapkan target yang harus dicapai oleh aktor melalui tahapan latihan yang dilakukan. Oleh karena itu, penjadwalan latihan perlu dibuat.
Dengan melaksanakan latihan sesuai jadwal maka aktor dituntut kedisiplinannya untuk memenuhi target capaian. Jadwal ini juga bisa digunakan sebagai acuan kerja penata artistik sehingga ketika sesi latihan teknik dilangsungkan pekerjaan mereka telah siap.
Pelatihan 2
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
1. Apa kelemahan dari memilih naskah yang sudah jadi? 2. Apa keuntungan menggunakan naskah buatan sendiri?
3. Seberapa penting pemilihan pemain dalam suatu pertunjukkan teater? 4. Hal apa saja yang harus dipertimbangkan sutradara dalam memilih naskah?
Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara 83
C. Menerapkan Prinsip Kerja Sama dalam Berteater
Pementasan teater merupakan kerja kolektif yang melibatkan banyak orang. Dalam prosesnya, pementasan diproduksi melalui kolaborasi antara sutradara, pemain, dan tim artistik.
1. Sutradara
Sebagai pimpinan, sutradara b e r t a n g g u n g j a wa b t e r h a d a p kelangsungan proses terciptanya pementasan. Meskipun dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dibantu oleh stafnya, sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu, sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan.
Sebagai seorang pemimpin,
sutradara harus mempunyai pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul. Menurut Harymawan ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya, yaitu:
a. Sutradara konseptor. Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif, tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tersebut.
b. Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah. Ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot-robot yang tetap buta tuli.
c. Sutradara koordinator. Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalu lintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.
d. Sutradara paternalis. Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan dengan padepokan sehingga pemain menjadi cantrik yang harus setia kepada sutradara.
2. Pemain
Pemain bertugas mentransformasikan naskah di atas panggung. Untuk itu, dibutuhkan pemain yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon menjadi sosok yang nyata. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh. Akan tetapi, ia bukan sekadar alat yang harus tunduk kepada naskah. Pemain
Gambar 6.2
M.H. Iskan seorang sutradara dan aktor Teater Persada yang mengarahkan sekaligus memainkan lakonnya
Sumber: 4.bp.blogspot.com
mempunyai wewenang membuat refleksi dari naskah melalui dirinya. Agar bisa merefleksikan tokoh menjadi sesuatu yang hidup, pemain dituntut menguasai aspek-aspek pemeranan yang dilatihkan secara khusus. aspek-aspe tersebut adalah jasmani (tubuh/fisik), rohani (jiwa/ emosi), dan intelektual.
Memindahkan naskah lakon ke dalam panggung melalui media pemain bukanlah hal yang sederhana. Pemain tidak sekadar mengucapkan kata-kata yang ada dalam naskah
lakon atau memperagakan keinginan penulis. Ia juga harus mempunyai karekterisasi tersendiri, yaitu menghidupkan bahasa kata (tulis) menjadi bahasa pentas (lisan).
3. Tata Artistik
Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik di sini meliputi tata panggung, tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata musik yang dapat membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur artistik menjadi lebih berarti apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada bagian-bagian tersebut
sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau mendukung, tetapi merupakan kesatuan yang utuh dari sebuah pementasan.
Berikut ini penjelasan mengenai bagian-bagian dari tata artistik. a. Tata Panggung
Tata panggung adalah pengaturan se ing di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekadar supaya permainan bisa dilihat penonton tetapi juga menghidupkan pemeranan dan suasana panggung.
b. Tata Cahaya
Tata cahaya atau lampu adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan suasana lakon
Gambar 6.4
Pakaian yang dikenakan oleh pemeran teater merupakan bagian dari tata artistik
Sumber: www.republika.co.id
Gambar 6.3
Pemain bertugas menghidupkan tokoh dalam naskah di atas panggung
Pelajaran 6 Pertunjukan Teater Nusantara 85 c. Tata Musik
Tata musik adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater yang berguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan.
d. Tata Suara
Tata suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam sumber bunyi seperti suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.
e. Tata Rias dan Tata Busana
Tata rias dan tata busana adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan pemain. Gunanya untuk menonjolkan watak peran yang dimainkan, dan bentuk fisik pemain bisa terlihat jelas penonton.
Pelatihan 3
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
1. Sebutkan tipe-tipe sutradara menurut Harymawan! 2. Sebutkan bagian-bagian dari tata artistik!
3. Bagaimanakah seorang pemain teater yang baik? 4. Apa saja tugas sutradara?
5. Apa fungsi tata artistik dalam pertunjukan teater?